Mohon tunggu...
Dian Maulana
Dian Maulana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

biasa saja. menjadi admin di account @dianakimaulana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

belajar dari teman

6 April 2013   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seraya mendengarkan lagu-lagu hasil pilihanya di computer, kita berdua mulai menikmati enaknya kebudayaan para kaum Haile Selassie ini. Obrolan dalam keadaan giting memang tidak teratur, tetapi seenggaknya jujur. Dalam keadaan seperti inilah aku suka sekali mewawancarainya apalagi mengenai kisah-kisah asmaranya hahaha..

”bejana maneh putus jeung kabogoh maneh, kunaon euy?”
aku mulai bertanya, dan biasanya bila dalam keadaan seperti ini biarpun pertanyaanku pendek, akan dia jawab panjang lebar..

”hahah.. mulai maneh.. enya kitu weh si eta geus bosenen meren ka urang, ningali kalakuan urang nu teu berubah ti baheula, hese diatur jeung teu nyadar umur. Terus nu ka urang nyieun teu ngenah mah pas si eta ngomong, bahwa si eta teh lain nu terbaik jang urang, enya pan padahal urang teh apalnya si eta geus bosen ka urang naha make alesan eta,. Terus si eta ngaluarkeun ungkapan klise nu paling urang benci, kieu cenah yah udah atuh yah man.. mungkin ini jalan yang harus kita lalui, dan sudah jadi garis dari Tuhan tapi kamu percaya padaku kalau kita jodoh gak akan kemana. Hahaha jodoh moal kamana cenah.. hahaha bodor teu ki?”
Begitulah kira kira jawabannya, entah benar atau tidak tapi seenggaknya cerita nya malam ini membuat kita berdua terbahak-bahak.

Aal memang tidak suka pernyataan-pernyataan yang mengatasnamakan nasib dari Tuhan, setiap orang mampu merubah dan membuat nasibnya sendiri-sendiri hanya orang goblog dan munafik bila mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan pribadi, begitu katanya.

Biarpun dia kuliah di jurusan sosial yang kebanyakan membahas kebudayaan-kebudayaan dan dipaksa agar mengakui teori dari buku barat bahwa agama yang ada sekarang adalah sebuah manifesto kebudayaan masa lampau. Memang banyak orang mengatakan dia atheis, suatu kali dia pernah berdebat dengan seorang aktivis mesjid di kampusnya. Aktivis mesjid itu dibuat Aal tak bisa berkata kata lagi lalu pergi sambil bilang ”ah sia mah dasar jelema atheis” aktivis yang tadinya berkata lemah lembut jadi berbalik kasar tutur bahasanya karena lelah setiap pernyataannya mampu si Aal balikan.

Padahal waktu itu sang aktivis bukan di hadiahi bogem mentah. Akan tetapi oleh Aal si aktivis mesjid yang berkata dan mengeluarkan pernyataan ajakan selalu dibalikan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa di jawab oleh aktivis tadi. Hadits dan ayat Qur’an yang di lafadzkan dengan baik oleh si aktivis di balas dengan hal serupa oleh Aal yang memang tidak bodoh dalam menghafal Qur’an dan Hadits, secara dia sebenarnya dari kecil mendapat didikan yang baik mengenai agama. Sampai sekarang pun dia masih rajin sholat, lima waktu masih ia lakukan, minum dan mabuk mabukkan selalu dilakukan apabila ia sudah melaksanakan sholat Isya. Aku dan temannya yang lain selalu bilang dia aneh karena kelakuannya yang itu.

Jam di layar monitor komputer si Aal menunjukan 10:48 PM. Manusia memang tidak pernah mengenal kata puas, dua linting ganja yang sebenarnya telah membuat aku giting berat bagi si Aal masih belum apa-apa.

”can ngenah jang sare meureun sakieu mah nya ki? Kumaha mun urang meuli cai heula, bae nya inti sari weh, ku urang meulina ka warjam nu di hareup. Maneh boga duit teu?”
Aal bertanya padaku, bagaimana bila kegitingan kita berdua itu. Diakhiri dengan sebotol intisari; alkohol lokal. Aku menyetujuinya dan memberikan satu lembar uang lima puluh ribu dan berpesan padanya agar tidak lupa beli satu bungkus besar kacang dan sebotol bir di toko bertanda bulatan merah dan huruf K.

Setengah jam berlalu tapi kok si Aal belum sampai juga padahal kan dia pake motor seharusnya dalam jangka waktu lima belas menit saja dia sudah kembali. Aku putuskan untuk menelepon ponsel nya tetapi anehnya yang mengangkat bukan dia tetapi suara seorang bapak bapak bersuara amat berat dan seperti menggigil.

”halo?” tanyaku.
”yah halo jang, nu gaduh hape ieu rerencangan ujang sanes?” jawab bapak itu.
”enya pak?”
”ieu baturan ujang katabrak ku bes, ayeuna nuju di jalan bade ka rumah sakitkeun.”

Giting gara gara ganja hilang sudah pada saat itu, langsung aku pijit tombol merah untuk menutup telepon, dan tanpa ba bi bu langsung aku ambil helm dan kunci motorku untuk menuju ke sebuah rumah sakit di daerah pasteur, di perjalanan di aku liat motor matic si Al telah ringsek di gilas sebuah bus pariwisata dari arah lembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun