Mohon tunggu...
Diana husna
Diana husna Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Seorang Guru SD yang hobi menulis cerpen dan membuat puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Mereka?!

1 April 2024   15:10 Diperbarui: 1 April 2024   15:11 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karya : Diana Husna

Terdengar dikejauhan...
Tawa yang begitu renyah tapi sumbang
Hingga membuat hatiku bertanya
"Siapa yang begitu senangnya? Apa yang ditertawakan?"
Kuajak kakiku melangkah untuk menghampirinya
Ku ikuti asal tawa itu
Semakin dekat...semakin dekat...dan sampai...
Kuhentikan langkahku tepat di depan gubuk berdinding  triplek
Kudekati...untuk memastikan
kuketuk pintu yang sudah sedikit bolong
Tiba-tiba tawa itu terhenti...kemudian sepi...
Aku ketuk kembali pintu itu..
Pintu itu terbuka dan kulihat anak laki-laki kecil berwajah pucat berdiri
Anak itu tak berbaju dan rambut yang berantakan...
Dia berdiri sambil memandangku
Aku tersenyum...
Tapi dia tidak membalas, dia tetap memandangku
Kemudian dia masuk, namun pintu itu tetap terbuka seakan menyuruhku masuk
Aku terdiam, aku ragu, tapi keingintahuan menarikku
Saat aku berada di dalam, Aku terperangah...
Terlihat seorang perempuan setengah tua sedang duduk bersila
Dia memangku bayi, dan anak laki-laki kecil tadi bergelendot di belakangnya
Perempuan itu tersenyum hampa saat melihatku, aku membalasnya
Kulihat di depan perempuan itu ada piring dan gelas plastik
Tapi semua kosong...Melihat itu, Aku bertanya
"Tadi aku dengar kalian tertawa, apa yang kalian tertawakan?
Perempuan itu menatapku tajam dan menjawab singkat dengan suara pelan," Nasib!"
Aku terkejut, lalu kutanya lagi,"Kenapa dengan nasib?"
Dia tertawa, tertawa, tapi tiba-tiba  terlihat airmata mengalir di pipinya...
"Nasibku sama dengan piring dan gelas plastik itu!" katanya sambil menunjuk
Aku diam mendengar jawabannya, aku bertanya lagi,"Maksudnya?"
Tiba-tiba anak laki-laki kecil itu menangis sambil memegang perutnya
Begitu juga bayi yang ada dipangkuan perempuan itu, menangis...
Perempuan itu berkata,"Kalau kami tidak tertawa, apakah kami harus menangis?
Apakah ada yang mendengar tangisan kami? Apakah ada yang akan memperhatikan kami?
Dua anak manusia ini, yang belum berdosa, sudah dua hari perutnya kosong
Tak ada makanan, tak ada minuman yang mampir ke perutnya
Apa yang harus aku lakukan lagi? Semua sudah aku kerjakan!Tenagaku hampir habis!
Suamiku tak kembali! Tuhan lebih sayang padanya!
Lalu kemana mereka? Apakah mereka sudi melihat kami? Apakah mereka bisa merasakan apa yang kami rasa? Apakah mereka mau mendengar tangis kami?
Masih banyak kami-kami yang lain... yang membutuhkan tangan kekar mereka
Masih banyak kami-kami yang lain...Yang mungkin hanya  bisa mentertawakan nasib
Aku terdiam, kata-kata itu terasa tamparan keras menghantam sanubariku
Kedua anak kecil itu berhenti menangis, mereka lelah...sangat lelah
Mereka tertidur, dan membawa berjuta mimpi
Tentang nasibnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun