Mohon tunggu...
Diana husna
Diana husna Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Seorang Guru SD yang hobi menulis cerpen dan membuat puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Barang Antik!

11 Februari 2024   10:15 Diperbarui: 11 Februari 2024   10:20 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Prakkk!!” Motor yang dikendarai Uli menabrak trotoar. “Gabrukkk!” Sekarang motor dan Uli yang jatuh. Uli hilang keseimbangan. Karena tangan kirinya  pegang stang dan tangan kanannya pegang tas besar.Dan  dia lebih menyelamatkan tas besar itu, karena berisi barang dagangannya.

Peristiwa itu terjadi, karena motornya terserempet mobil Fortuner warna putih yang semula ada sebelahnya. Tapi saat motor Uli berjalan mendahuluinya, mobil menyerempet dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Uli berusaha bangun dari jatuhnya. Apalagi K=ketika dia melihat mobil itu terus berjalan, cewek tomboy itu langsung berdiri dan meneriaki mobil itu agar berhenti.

Pengendara mobil, melihat  di kaca spion dalam, ada perempuan  yang berteriak sambil mengejarnya. Pengendara itu lebih bingung ketika beberapa orang yang ada di halte juga ikut  mengejar mobilnya. Melihat itu, pengendara pun menghentikan mobilnya. Ketika mobil sudah benar-benar berhenti, para pengejar itu menghadang dengan berdiri di depan mobil. 

Ternyata yang ada di dalam mobil Fortuner adalah cowok muda dan cewek yang berwajah songong. Melihat mobilnya dihadang oleh beberapa orang, cowok itu membuka pintu lalu turun dari mobilnya. Cowok itu berdiri tegap di depan mobilnya,karena mengenakan kaos oblong ketat berwarna hitam, maka tubuh sixpacknya terlihat. 

Melihat cowok ganteng yang berdiri tegap dan tersenyum manis, Uli jadi gugup. Tiba-tiba dadanya berdetak kencang. Uli mematung dan di dalam hati Uli berbisik,” Sialan, nih cowok ganteng banget lagi. Bikin gue bingung mau ngebentaknya! Aduhh, kok  gue deg degan sih?!” Uli menghela nafasnya, berusaha menenangkan dirinya. Dia tetap membulatkan tekad untuk meminta pertanggungjawaban cowok itu. “Hee! Lu ga liat motor gue? Enak aja, main senggol! Mobil lu kan gede, jadi gue ilang keseimbangan! Tuh lu liat motor gue! Rusak! Untung aja tas ini ga ikut jatoh!” Kata Uli marah sambil mengelus tas besar yang di selempangkan di lehernya. Cowok itu tersenyum lalu berkata dengan tenang,”Maafin saya, mbak! Saya memang ga liat motor mbak! Saya ga tau kalau motor mbak kesenggol mobil saya! Mungkin, mbak juga bawanya terlalu mepet dengan mobil saya!” Lalu Uli ga terima disalahin cowok itu,”He! Ga usah nyalahin gue!Gue bukan orang yang baru bisa bawa motor!Gue juga tau jarak aman! Pokoknya, gue minta lu bertanggung jawab!Lu gantiin motor gue yang rusak!” Cowok itu tetap tenang dan tersenyum. Saat cowok itu mau menjawab, perempuan yang ada di dalam mobil keluar kemudian menutup pintu dengan sedikit kasar lalu berkata dengan suara yang agak ngebentak,” He! Lu tuh ga tau malu ya, lu yang salah.. malah lu yang marah-marah! Pake minta ganti segala! Seharusnya pacar gue yang minta ganti sama lu! Tuh lu liat, mobil mahal jadi lecet kesenggol motor butut lu!” Uli ga terima mendengar perkataan sombong cewek itu. Matanya lansung melotot, dia menghapiri cewek itu sambil tangannya mengepal seakan mau menonjok. Saat Uli berhadapan sama cewek itu, dia  berkata sambil telunjuknya menunjuk ke arah muka perempuan itu,”He, cewek songong! Jaga mulut lu ya! Gue emang bukan orang kaya macem lu pada! Motor gue emang butut! Tapi kalau gue bener, gue tetep nuntut hak gue!Gue minta, pacar lu bertanggungjawab! Dia harus gantiin yang rusak sama motor gue!” Uli menatap cewek itu dengan tatapan marah. Perempuan itu juga menatap Uli. Saat perempuan songong  itu mau menjawab, cowok itu menghampiri mereka. “Eit..Eit..sudah..sudah! Ok,mbak. Saya akan ganti semua yang rusak. Ini kartu nama saya. Mbak bisa menghubungi saya kapan aja! Kalau mbak sudah bawa motor itu ke bengkel, Saya  yang akan bayar semuanya.Ok?!” Kata laki-laki itu sambil berdiri di tengah-tengah antara Uli dan cewek songong itu. Uli agak redah saat mendengar perkataan cowok itu. Tapi cewek songong itu tetep ngotot.”Ren, Kenapa kamu yang ngalah! Kan dia yang salah! Ngapain kamu yang harus ganti! Mestinya dia yang bayarin kamu ke bengkel, liat tuh mobil kamu lecet, kena motor butut!” Lalu Uli mulai sewot lagi. Melihat akan ada peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, cowok tadi langsung  menarik tangan cewek songong itu kemudian memasukannya ke dalam mobil, lalu menutup pintunya, dan dia pun masuk ke dalam  kemudian langsung menstater mobilnya. Sebelum cowok itu menjalankan mobilnya, dia sempat menganggukan kepala dan tersenyum kepada Uli, lalu  mengacungkan jempol. Uli terlihat salahtingkah. Kemudian mobil itu melaju. Orang yang ada di sekitar itupun  bubar. Uli berterimakasih pada mereka. Lalu Uli memasukan kartu nama cowok itu ke kantong celana jeansnya. Uli mengambil motornya yang keadaannya sudah kurang baik.

“ Tik tok, tik tok, tik tok” Suara itu berasal dari  jam weker yang ada di atas meja dalam kamar Uli. Tiba-tiba “Kriiinnggg” suara alarm berbunyi. Uli yang sedang pulas, terbangun kaget. Dia langsung ambil weker itu dan mematikan bunyi alarmnya. Dia menarik nafas dan matanya terpejam lagi. Saat dia mau merebahkan badannya di kasur, hpnya berdering. Uli kaget untuk kedua kalinya. Dia menarik nafas dan mengeluarkan dengan kesal. Uli mengambil hp yang ada di bawah bantal. Dia melihat nama yang tertera di layar hpnya itu. Bu Anggi. Matanya langsung melotot dan ketika dia melihat waktu di hpnya, angka 13.00, dia menepuk jidatnya.  Hp nya  terus berdering. Uli menenangkan diri lalu menjawab telpon dari Bu Anggi. “Selamat siang, Bu Anggi!Gimana kabarnya,Bu?Sehat ya,Bu?” Suara Uli dibuat selembut mungkin. Lalu terdengar suara Bu Anggi yang melengking membuat Uli menjauhkan hp nya dari telinga.”Eleh.. eleh…Kumaha barudak teh?Pake nanya kabar sagala! Kamu teh dimana,guelis? Kenapa belum nongol?!  Jadi nte mau tunjukin barang  ka saya? Kalau nte jadi, ya sudah!Saya mau pergi ke kantor anak saya!” Lalu Uli menjawab dengan suara merayu dan menyakinkan,”Tenang  Bu Anggi, kalau untuk Bu Anggi, pelanggan setia, barang sudah saya siapkan dari kemarin! Dan untuk hari ini, saya mohon maaf  karena terlambat, sehingga Ibu jadi lama menunggu saya! Sekali lagi, Maafin saya ya,Bu! Saya janji, ga sampe setengah jam, saya sudah ada di hadapan Bu Anggi!” Lalu Bu Anggi menjawab,”Ya sudah, gera atuh! Kalau setengah jam kamu teh belum nongol juga, saya tinggal,ya! Saya batalin!” Lalu Uli menjawab singkat sambil berdiri,”Siap,Bos!” Uli menaruh hp nya di meja, kemudian cepat-cepat masuk kamar mandi. Di dalam kamar mandi, ternyata dia hanya mencuci mukanya dan menggosok gigi. Ketika keluar kamar mandi, dia mengambil kaos oblong dan celana jeans yang tergantung di belakang pintu  untuk di kenakan. Setelah itu, Dia langsung mengambil kunci motor dan tas besar yang berisi barang dagangannya  dengan hati-hati. Tas besar itu diselempangkan di lehernya. Uli mengendarai motornya dengan hati-hati, karena setelah kejadian itu, motor ga bisa dibawa ngebut. Untungnya, rumah Bu Anggi ga terlalu jauh dari kosan Uli. Jadi ga sampe setengah jam, dia sudah sampai di depan rumah Bu Anggi. Karena rumah mewah, sehingga gerbangnya tinggi. Uli memencet bel berkali-kali, akhirnya satpam membukakan pintu gerbang. Setelah ada sesi tanya jawab dengan satpam, akhirnya Uli dipersilahkan masuk ke dalam untuk menemui Bu Anggi. Ternyata Bu Anggi sedang menikmati makan siang yang tersedia di meja makannya yang panjang . “Selamat siang,Bu Anggi! Maafin atas keterlambatan saya!” Bu Anggi menoleh ke arah Uli sambil menarik nafas.   ”Hadeeuuh…laen kali teh, kalau janji  itu harus tepat waktu ya,geulis! Ya sudah, duduk atuh! Kamu teh sudah makan belum? Sekalian aja ya, makan di sini?” Lalu Uli menarik kursi yang ada di depan Bu Anggi.”Waduh,,Ibu tau aja saya belum makan,saya jadi enak nih, Bu. Baru dateng udah ditawarin makan siang. Terimakasih Bu Anggi. Ibu baik banget sih!”Lalu Uli menaruh tas nya di kursi yang ada di sebelahnya. Tanpa malu-malu, Dia membuka piring yang  sudah tersedia di atas meja makan. Kemudian mengambil nasi dan lauk pauk yang tersedia.Uli makan dengan lahap. Terlihat laparnya. Maklum anak kos. Melihat itu, Bu Anggi tersenyum. Setelah Uli selesai makan, Uli berkata sambil mengacungkan kedua jempolnya,”Ya ampun, makanannya enak banget, Bu! Mantabb!Terimakasih banyak ya,Bu!”Mendengar pujian Uli, Bu Anggi tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Lalu Uli mengangkat tas yang di taruh di kursi  sebelahnya. Dia mau menaruh tas itu di atas meja makan, tapi Bu Anggi melarangnya dan berkata,”Sakedap! Kita pindah tempat aja, biar leluasa! Ayo kita ke taman belakang.” Uli mengangguk dan mengikuti Bu Anggi menuju taman belakang, Setelah duduk di kursi taman, Uli meletakan tasnya di atas meja. Dia membuka rosleting tas itu dan mengeluarkan barang dagangannya.  Sebuah  keramik antik berukuran sedang yang   berbentuk burung Merak. Uli meletakan keramik itu di atas meja, Bu Anggi memandangi keramik itu dengan takjub, lalu berkata,”Amazing!”Uli tersenyum melihat ekspresi wajah Bu Anggi. “Gimana,Bu Anggi? Tertarikkah dengan barang ini?Ini asli loh,Bu Anggi!” Lalu Bu Anggi menganggukan kepalanya. “Iya, saya percaya kok sama kamu! Oke, saya ambil! Berapa harganya?” Tanya Bu Anggi sambil matanya tetap tertuju pada keramik itu. “Cuma dua puluh juta,Bu Anggi!” Bu Anggi menoleh ke arah Uli lalu berkata,” Eleh--eleh…mahal pisan, Saya kan sudah lama jadi langganan kamu, kurang atuh harganya!” Lalu Uli dan Bu Anggi tawar menawar dan akhirnya sepakat harga keramik itu 15 juta.”Saya tf aja ya, nomor rekening kamu masih yang itu kan?” Tanya Bu Anggi sambil memegang keramik itu. Uli mengangguk dan mengacungkan jempolnya. “Oke deh, Bu Anggi yang baik hati dan tidak sombong, saya pamit ya, Bu! Terimaksih untuk semuanya!” Lalu Uli dan Bu Anggi berpelukan. Saat mereka berjalan menuju pintu, tiba-tiba ada yang lebih dulu  membuka pintu dari luar. Bu Anggi terkejut. Mereka hampir tabrakan. “Rendi, kalau masuk rumah itu kudu ngucapin salam atuh!” Kata Bu Anggi ngomel. Melihat cowok itu,Uli terkejut. Cowok itupun terkejut melihat Uli. Mereka saling tunjuk.”ELu?!” Kata Uli. “Kamu?!” Kata cowok itu. Bu Anggi bingung melihat kelakuan mereka. “Eleh-eleh, kalian teh sudah pada kenal?” Tanya Bu Anggi tambah bingung. Uli dan cowok itu tidak menjawab. Mereka tetap saling berpandangan. “He! Kumaha barudak teh! Di tanya, malah cicing wae!”Uli dan cowok itu terkejut saat Bu Anggi menepuk tangan mereka. Cowok itu menjawab dengan gugup,” Iya,Mam. Eh..belum,Mam!” Bu Anggi tambah bingung dengan jawaban anaknya.”Kumaha? Iya..belum..? Kalian udah kenal belum?” Uli bingung mau menjawab pertanyaan Bu Anggi. Lalu cowok itu menjelaskan,”Mmm... Kami belum kenal tapi kami sudah pernah bertemu!” Bu Anggi menarik nafas karena belum paham. Lalu,”Sakedap, coba ceritain. Mama teh jadi lieerrr! Uli, guelis, kadie! Coba duduk diditu!” Akhirnya, Bu Anggi, cowok itu, dan Uli,  duduk di kursi ruang tamu. Cowok itu menceritakan kejadian waktu dia bertemu dengan Ui kepada Bu Anggi. Ternyata cowok ganteng itu anak Bu Anggi, namanya Rendi. “Ooo begitu! Nah sekarang motor kamu sudah dibawa ke bengkel belum?”Tanya Bu Anggi. Uli tak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya. “Ya sudah, sekarang kalian kenalan dulu. Uli, ini Rendi anak  Ibu yang tinggal semata wayang, Rendi, ini Uli. Uli ini mahasiswa semester akhir jurusan sejarah. Dia cari tambahannya dengan jual barang-barang antik! Ayo kenalan, biar kalian ga canggung!” Pinta Bu Anggi kepada Uli dan Rendi. Lalu Rendi mengulurkan tangannnya, dan Uli pun menyambut. Melihat itu, Bu Anggi tersenyum. Setelah berkenalan, akhirnya Uli pamit, “Ok Bu Anggi, saya permisi dulu. Terimakasih untuk semuanya! Mari!” Kata Uli berpamitan. Bu Anggi dan Rendi mengantarkan Uli sampai depan . Saat Uli menaiki motornya, Rendi berkata,“O iya, Uli, saran saya, mendingan secepatnya motor kamu dibawa ke bengkel, biar ga tambah rusak!” Uli hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu Uli mengedarai motornya dengan suasana hati yang tidak menentu.
                 Lima hari sudah kejadian itu berlalu. Dan hari ini adalah hari Minggu, sepertinya Uli benar-benar menikmati hari liburnya. Matahari yang sudah mulai tinggi, Uli masih mendengkur di tempat tidurnya.  Tepat pukul sebelas, alarm jam nya berbunyi. Uli membuka matanya. Dia menatap langit-langit kamar kosan nya. Dia mengerutkan kening lalu bangun dan berdiri. Uli langsung mengambil celana jeans  yang tergantung di belakang pintu. Dia merogoh kantongnya dan ternyata kartu nama cowok yang bernama Rendi itu masih ada. Uli tersenyum. Uli mengambilnya dan memandangi kartu nama itu. Lalu terbayang saat dia diserempet oleh mobil Rendi, lalu bertengkar dengan perempuan yang katanya pacarnya Rendi, lalu terbayang saat bertemu cowok itu di rumah Bu Anggi yang ternyata rumahnya. Tanpa disadari, Uli senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba,”Ach sayang, dia udah punya pacar! Cewek yang sok kecakepan, songong! Hmm, coba kalau si Rendi belum punya pacar…..,dia pasti ga tertarik juga mau gue!” Uli tersenyum lalu memasukan kembali kartu nama itu ke dalam kantong celana jeansnya. Kemudian dia menarik handuk yang dijembreng di sandaran kursi belajarnya, lalu masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Uli keluar sambil membawa pakaian kotornya. Dia melipat pakaian kotor itu dan memasukan ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke tempat loundry langganannya. Sesampainya di tempat loundry, Uli masuk ke dalam, dan dia terkejut, ternyata ada Rendi. Uli melongo, dia bingung apa yang harus dia lakukan? Kalau mau nemuin Rendi, keadaan dia saat ini lagi berantakan,pakai kaos oblong yang tadi dipakai tidur, rambut dikuncir berantakan, dan belum mandi pula. Tadinya Uli mau membatalkan niatnya ngeloundry. Tapi, Saat dia balikan badan untuk keluar dari situ, terdengar suara Rendi memanggilnya.”Uli!”Suara itu bikin dada Uli berdetak kencang.  Uli menoleh perlahan ke arah Rendi dan tersenyum  bingung . Rendi menghampirinya,”Hai! Kamu mau kemana?Bukannya mau ngeloundry?” Tanya Rendi sambil tersenyum. Melihat Rendi dari dekat, Uli berkata dalam hati,”Ala Maakk, cakep banget nih cowok!”  Melihat Uli yang bengong sambil menatapnya, Rendi menepuk bahu Uli. Uli terkejut, lalu,” Eh…iya, kenapa, Ren?” Rendi tertawa melihat Uli kelagepan. Uli semakin malu mendengar Rendi tertawa. “Uli, kamu kenapa?Kok kaya bingung gitu?” Tanya Rendi lagi. Kali ini, Uli menjawab dengan batuk-batuk ringan untuk menghilangkan rasa groginya. Uli menarik nafas lalu tersenyum.”Hmm, Iya nih, Ren, gue lagi cape, jadi males nyuci. Nah solusinya..yaa ke sini.” Kata Uli seenaknya.Rendi tersenyum. “Lu juga ngeloundry? Mang pembokat lu ga ada?”Tanya Uli pakai bahasa gaul. Sambil tersenyum Rendi menjawab, “Aku ngeloundry karpet yang ada di kamar, semalem ketumpahan kopi segelas.” Uli mengangguk dan tersenyum.”Uli, habis ini kamu mau kemana?” Pertanyaan Rendi membuat Uli kaget, Uli menjawab dengan terbatah-batah,”Mmm, ga, ga mau kemana-mana. Kenapa?” Lalu Rendi melanjutkan,” Kalau ga kemana-mana, kita ke cafe yang di situ,yuk!” Ajak Rendi sambil menunjuk cafe yang ada di depan tempat loudry. Dada Uli berdetak kencang. Dia diam karena ga percaya, ada cowok ganteng ngajak dia ke cafe, mana dia belum mandi. Mau di tolak,sayang, mau diterima penampilannya berantakan. Uli bingung.”Hei! Kok bengong?Gimana? Mau ga?” Tanya Rendi minta kepastian. Uli menjawab dengan bingung,”Gue sih mau aja, tapi lu ga malu ke cafe itu sama gue?Gue lagi berantakan gini!” Rendi tertawa lalu menjawab,”Berantakan?Apanya? Udahlah, sekarang kamu urus loundrian  dulu, aku tunggu di sini, abis itu kita ke situ.Oke?” Tanpa menunggu jawaban Uli, Rendi berjalan ke ruang tunggu untuk menunggu Uli selesai menaruh pakaian yang mau di loundry. Sepuluh menit kemudian, Uli berjalan ke tempat Rendi yang sedang menunggunya,  lalu mereka menyebrang untuk datang ke cafe itu. Mereka mengambil tempat dekat taman yang ada di dalam cafe. Setelah Rendi memesan makanan, Uli pun memesannya. Sambil menunggu pesanan datang, Rendi membuka obrolan,”Gimana motormu? Udah dibawa ke bengkel belum?” Mendengar pertanyaan itu, Uli hanya hanya menggeleng.”Loh kenapa?Aku kan udah janji kalau aku yang akan bayar ongkosnya! Bawa dong  motor itu ke bengkel, biar yang rusak-rusak dibetulin!” Kata Rendi. Uli tersenyum dan mengangguk. Lalu pesanan mereka datang. “Nah, makanannya udah siap untuk disantap. Ayo,Li. Dimakan!” Lalu Rendi langsung menyantap. Uli juga ikut menyantap dengan sedikit malu-malu. “Uli, kamu kuliah dimana? Kamu kan jual barang-barang antik, Kamu dapet barang antik itu dari mana?”Uli tersenyum mendengar pertanyaan Rendi yang cukup banyak.Lalu,”Banyak banget yang mau lu tanyain, mana dulu nih yang mau gue jawab?”Tanya Uli sambil tersenyum. Rendipun tersenyum sambil menaggapi pertanyaan Uli.”Maaf,maaf, yaa terserah kamu mau jawab yang mana dulu!” Uli tersenyum lalu menjawab dengan santai,”Gue kuliah di Perguruan Tinggi Negri, gue ambil jurusan sejarah,fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.Iya, gue pedagang barang antik, barang-barang itu gue dapet dari seseorang kolektor yang terpercaya. Dan mama lu, adalah salahsatu pelanggan gue!” Kata Uli sambil  makan spageti yang dia pesan. Rendi tersenyum sambil memandang Uli. Kemudian Rendi bertanya lagi,” Boleh ga kalau aku tanya sedikit pribadi?” Uli memandang Rendi dan menjawab,”Yaa kalau ga terlalu dalem sih boleh aja!” Lalu Rendi melanjutkan,”Kamu kan di sini ngekos, berarti keluargamu ga di sini dong?” Uli tersenyum, lalu menjawab,”Iyalaah, masa kalau keluarga gue di Bandung, gue ngekos! Keluarga gue di Jakarta.” Rendi menganggukan kepalanya. Uli melirik Rendi sambil tersenyum, lalu Uli bertanya,”Apa lagi yang mau lu tanyain ma gue?Mumpung gue masih di depan lu nih!”Rendi tertawa lalu,”Tau aja kalau aku masih mau nanya! Hmm, kamu berapa bersaudara?” Uli tersenyum mendengar pertanyaan Rendi yang cetek, tapi dia tetap menjawab,”Gue dua bersaudara. Kakak gue laki-laki. Dia udah berkeluarga. Ibu gue guru SMA Negri, Bapak gue Kepala Unit di Bank Swasta. Begitu biografi gue!” Rendi tersenyum lalu Uli juga ikut bertanya,”Kalau gue balik nanya boleh ga?”Rendi mengangguk sambil tersenyum.”Kalau elu, anak Bu Anggi yang keberapa? Soalnya Bu Anggi cuma ngomong kalau anaknya di luar negri. Trus kalau gue ke rumah Bu Anggi, gue ga pernah ngeliat lu!”Rendi meneguk minumannya lalu menjawab,”Yaa..anaknya Bu Anggi yang di luar negri itu aku! Lima tahun yang lalu, aku punya papa dan kakak laki-laki, tapi kedua orang yang aku sayang sudah meninggal. Waktu itu kakakku pergi bersama papa ngurus bisnisnya ke luar negri, tapi pesawat yang ditumpangi mereka jatuh. Mama sangat terpukul dengan musibah itu. Dulu, mama sampe ga mau keluar kamar rumah selama setengah tahun. Alhambulillah, lama-kelamaan mama sudah bisa menerima musibah. Lalu aku belajar ke Luar negri agar bisa meneruskan perusahaan yang papaku bangun. Alhamudulillah aku lulus dan Aku balik ke Indonesia baru tiga bulan yang lalu. Begitu ceritanya!Panjang yaa” Kata Rendi tersenyum hampa. Mendengar itu Uli jadi merasa ga enak karena membuka kembali kenangan pahit yang dialami Rendi.”Gue minta maaf ya,karena pertanyaan gue, lu jadi inget lagi sama musibah itu!Sekali lagi gue minta maaf!”Kata Uli dengan penyesalan.”Ga papa, santai aja! Aku nyaman kok cerita itu sama kamu” Kata Rendi menenangkan Uli, dan Uli tersenyum dengan salah tingkah mendengar ucapan Rendi. Lalu Uli inget cewek yang waktu itu ada di mobil Rendi. Uli mau memastikan cewek itu pacarnya atau bukan?. “Sory,Ren. Boleh ga kalau gue nanya lagi yang sedikit pribadi?” Rendi tertawa. Melihat itu, dada Uli berdetak kencang dan berkata dalam hati,”Ya ampuun, cakep banget sih nih cowok!”Ketika Uli sedang memandang Rendi yang sedang tertawa, Rendi bertanya,”Ceritanya Kamu mau ngebales nih?Oke, boleh!Tanya aja!”Uli tersenyum lalu bertanya dengan malu-malu.”Mmm.., cewek yang waktu itu ada di mobil sama elu, itu pacar lu ya?” Rendi menoleh ke arah Uli. Tiba-tiba wajahnya berubah jadi kaku.”Mm..,dulu dia pacarku. Kami sudah putus setahun yang lalu. Waktu itu aku studi di Australia. Dia yang minta putus. Karena katanya dia ga mau pacaran jarak jauh.Yaa..,akhirnya kami putus!” Cerita Rendi itu membuat Uli terdiam.Tapi kemudian Uli masih penasaran,”Tapi waktu tuh cewek ikut turun dan marah sama gue, dia bilang mobil cowok gue. Tandanya kalian masih pacaran dong?!”Rendi menarik nafas lalu menjawab,”Dia minta balikan lagi.Aku belum menjawab!Karena kan waktu dia bilang ga mau pacaran jarak jauh, trus putus sama aku, dia pacaran sama yang lain. Trus waktu aku balik ke Indonesia, dia minta balikan lagi sama aku! Kayanya, itu perlu pertimbangan yang matang deh! Tandanya kan dia ga setia dong!”Kata Rendi tertawa hampa. Di hati kecil Uli ada rasa bahagia mendengar cerita Rendi.Tandanya ada kesempatan bisa jadi pacar Rendi. Ups! Uli jadi malu dengan kata-kata yang ada di hatinya, lalu tanpa sadar, dia menggelengkan kepalanya. Rendi memandangi Uli yang bersikap aneh.”Kamu kenapa?Kok geleng-geleng kapala?Kamu pusing?”Uli kaget dengan pertanyaan Rendi. Dia terdiam, merasa malu, lalu,”Oke deh Ren, kayanya udah siang banget ya?Nanti lu dicariin sama mama lu  loch,!” Mereka tertawa lepas. Mereka bangun dari tempat duduk lalu keluar dari cafe itu. Di depan cafe, Rendi berkata,”Uli, kalau kamu mau, besok aku anter ke bengkel motor yang bagus.Gimana?” Uli kaget campur seneng.”Mmm, boleh!Nanti gue kabarin lu, ya!”Rendi mengangguk dan tersenyum lalu mengacungkan jempolnya. “Oke,Ren, makasih ya udah neraktir gue!”Kata Uli sambil menstater motornya. Mereka melambaikan tangan. Hati Uli berbunga-bunga.
                 Pagi ini matahari bersinar cerah. Uli membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Uli duduk di kursi belajar yang menghadap jendela. Dia menopang dagunya dengan kedua tangannya. Uli tersenyum, lalu dia mengambil kartu nama Rendi. Lalu dia menyimpan nomor Rendi di Hp nya. Kemudian Uli lamgsung menghubungi Rendi. Tak berapa lama, terdengar suara Rendi mengucapkan selamat pagi kepada Uli.Dan Uli pun membalasnya. Kemudian mereka janjian bertemu di bengkel pukul sepuluh pagi. Uli melihat jam wekernya. Masih ada waktu satu jam untuk siap-siap bertemu Rendi. Tidak seperti biasa, hari ini dia terlihat lebih rapi dan wangi. Tapi tetap mengenakan kaos oblong, celana jeans, dan sepatu kets yang ga pernah dicuci. Untuk rambut, dikuncir satu dan pakai topi.Uli memandangi dirinya di kaca. Dia tersenyum. Lalu dia mengambil kunci motor dan berjalan ke keluar untuk mengambil motornya. Dia menstater motornya lalu melaju menuju bengkel yang alamatnya sudah diserlok oleh Rendi. Pukul 10.10 wib, Uli sampai di depan bengkel. Terlihat mobil Rendi sudah terparkir di situ. Uli menuntun motornya, kemudian masuk ke dalam bengkel. Baru beberapa langkah, Rendi sudah menghampiri Uli sambil tersenyum. Melihat cowok ganteng itu, Uli langsung berkata,”Sory ya,Ren, gue telat.Maklum, motor gue kan ga bisa diajak ngebut!”Rendi tersenyum dan menjawab,”Santai aja,Aku juga baru nyampe kok!” Lalu Rendi memanggil montir untuk membawa motor Uli ke dalam. Kemudian Rendi mengajak Uli masuk ke dalam cafetaria yang ada di bengkel itu. Mereka memesan minuman dan makanan ringan. Ketika mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba datang cewek songong yang ngaku pacarnya Rendi. Cewek itu berdiri di depan meja mereka, lalu menggebrak meja itu. Rendi dan Uli terkejut. Mereka memandang cewek itu.”Oo..,ternyata kamu ke bengkel sama cewek ini? Kamu bohongin Mama kamu ya,Ren? Soalnya mama kamu bilang, kamu ke bengkel sendiri! Ternyata sama cewek gatel ini! Eh cewek tomboy kampung, jadi ini maksud lu, minta pertanggungjawaban dari cowok gue? Ternyata lu mau ngedeketin dia? Dasar ga tau malu! Ngaca dong!” Rendi menatap wajah Uli yang langsung berubah menjadi marah. Tangan Uli mengepal. Melihat Uli mau berdiri, Rendi langsung menahannya dengan menepuk tangan Uli. Rendi yang berdiri dan berkata dengan suara marah,”Kamu apa-apaan sih? Kamu yang ga tau malu! Dateng-dateng udah bentak-bentak orang !” Mendeangar Rendi marah, Cewek itu melotot ke arah Rendi, lalu berkata dengan suara keras,”Loh, kok kamu malah ngebelain cewek ga tau malu ini sih,Ren?” Rendi melotot memandang cewek itu,”Kamu bisa diam,gak?Inget ya, kamu sudah  bukan pacar aku!Kamu ga berhak marah-marah begini!”Mendengar perkataan Rendi, Cewek itu menggebrak meja untuk yang kedua kali.”Ooo..,gara-gara cewek ini, kamu berani ngomong kalau aku bukan pacar kamu?”Uli masih diam di tempat duduknya sambil menatap ke depan. Rendi menjawab,”Ine, dengar ya! Dulu, kamu memang pacarku, tapi sekarang kita hanya teman! Dulu kamu yang putuskan hubungan kita dengan alasan klise yang kamu buat! Sebenarnya aku sudah tau dari beberapa teman, kalau sebelum kamu putus sama aku, kamu sudah selingkuh dengan Anton! Dan sekarang kamu bosan sama Anton, trus kamu mau balikan lagi sama aku? Enak banget!Kamu ga pernah menghargai suatu hubungan! Kamu egois,Ne!”Cewek yang ternyata bernama Ine itu terdiam, lalu dia menangis.”Maafin aku,Ren!Aku memang ga bisa hubungan jauh. Aku merasa kesepian. Tapi Aku cinta sama kamu,Ren!Aku ga mau kehilangan kamu!”Kata Ine sambil mendekat tangan Rendi. Uli terkejut melihat kelakuan cewek itu. Rendi berusaha melepaskan dekapan itu.”Kamu ga pantas berbuat begini! Asal kamu tahu, sekarang Uli adalah pacarku! Seharusnya kamu yang malu sama dia!”Mendengar itu, bukan hanya Ine yang terkejut, Uli pun terkejut. Uli menatap Rendi dengan bingung.Ine menoleh ke arah Uli, lalu menatap Rendi,”Apa?Coba kamu ulangi perkataanmu!Kamu sudah jadian sama cewek norak ini?Secepat itukah kalian jadi pacar?” Tanya Ine sambil menangis dan langsung memeluk Rendi.Rendi mengedipkan matanya ke arah Uli. Melihat isyarat dari Rendi, Uli menunduk. Rendi melepaskan pelukan Ine,”Ine, lepasin ga?Pacar aku sudah bersabar melihat kelakuanmu dari tadi!”Ine melepaskan lalu langsung menoleh ke arah Uli. Ine mengusap airmatanya dengan tangannya lalu berkata dengan suara sinis,”He,cewek gatel, cewek ga tau malu!Seneng lu ya bisa dapetin Rendi! Denger! gue ga akan diam ngeliat hubungan kalian! Tunggu pembalasan gue!Dan buat kamu,Ren, aku ga akan diam dengan apa yang kamu lakuin sama aku hari ini!”Lalu Ine memandang ke arah Uli dan Rendi dengan tatapan marah, kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu. Rendi memandang Ine yang pergi dengan kemarahan. Lalu Rendi kembali duduk di kursinya tadi.Dia mengambil minumannya dan menyedotnya dengan cepat.Uli memandangi Rendi lalu,”Kamu ga nyesel ngomong begitu tadi sama si Ine?”Rendi melepas sedotan yang ada di mulutnya. Dia menarik nafas dan tersenyum.” Kenapa aku harus nyesel? Ga laah!! Aku malah lega, malah seneng bisa mengatakan itu sama Ine. Aku memang sedang menunggu hari baik untuk mengatakan itu sama Ine!Tapi akhirnya hari ini bisa terucap!”Kata Rendi tersenyum. Uli juga tersenyum tapi ada hal mengganggu Uli. Perkataan Rendi yang bilang sama Ine kalau Uli adalah pacarnya. Rendi memandang Uli yang menurutnya Uli jadi berubah.Uli agak diam.Rendi bertanya,”Kamu kenapa?Apakah ada yang salah dari aku?”Mendengar pertanyaan itu, Uli tersenyum dan memandang Rendi,lalu,”Sory nih Ren, kira-kira, Ine bakalan berbuat apa ya sama gue?Soalnya kan tadi lu bilang kalau gue pacar lu!”Rendi mengerutkan keningnya,kemudian,”Mmm, kamu keberatan ya, dengan pernyataan aku tadi?”Tanya Rendi dengan suara agak pesimis. Uli tersenyum dan menggelengkan kepalanya,”Bukan keberatan, gue tau lu cuma cari aman untuk meyakinkan Ine!Tapi gue lagi berpikir, kira-kira apa yang akan Ine lakuin sama gue!”Rendi mengusap wajahnya lalu,”Kamu takut sama Ine atau takut sama pacar kamu?”Tanya Rendi menjebak Uli dengan pertanyaannya. Uli tertawa lalu menjawab,”Menurut lu, cewek kaya gue,yang dekil,yang bener kata Ine kalau gue tomboy kampungan, kira-kira.. ada ga cowok yang naksir?”Rendi kaget dengan pertanyaan Uli. Rendi memandangi Uli. Dan melihat itu,Uli jadi salah tingkah.”Kenapa lu ngeliatin gue kaya gitu?Coba lu jawab pertanyaan gue!”Rendi tersenyum lalu menjawab,”Kata siapa kamu dekil, lampungan? Kamu keren kok, kamu apa adanya, ga banyak pura-pura! Kamu cantik!Cuma kamu aja yang ga mau dandan!”Mendengar itu, Uli lebih jadi salah tingkah. Rendi tetep memandangi Uli.”Uli, aku kok nyaman ya deket sama kamu! Mungkin kita cocok kali ya?”Mendengar itu,Uli terkejut, berjuta bunga memenuhi hatinya. Saat Uli sedang menikmati kesalahtingkahannya, tiba-tiba terdengar hp Rendi berdering, ternyata dari Bu Anggi, mamanya Rendi. Lalu Rendi menjawab telpon itu,”Ya,mam.Ada apa?”Lalu Rendi diam mendengar jawaban mamanya. Rendi menjawab,”Iya, aku tau kalau mama yang kasih tau  Ine kalau aku lagi di bengkel. Begini ya,mam,aku sama Ine sudah ga ada apa-apa!Aku juga ga punya niat untuk memperbaiki hubungan sama dia.Aku sudah punya pengganti Ine!”Jawab Rendi sambil memandang Uli. “Ok mam, sore ini, aku bawa pacar aku ke hadapan mama!Mama pasti suka!”Lalu Rendi memyudahi pembicaraan dengan mamanya. Rendi terus memandangi Uli. “Kenapa mandangi gue sih,Ren?”Tanya Uli merasa cangguh.”Uli, kamu mau ga jadi pacar aku?”Jeggerrr!! Seperti petir menyambar. Uli mematung tidak percaya. Rendi memegang tangan Uli,”Kamu pasti anggap aku main-main!Uli,Aku tau kita baru ketemu.Tapi aku sudah merasa cocok sama kamu.Pertama kali kita ketemu di tempat kejadian, aku ngerasa kamu cewek yang unik!Kamu asyik!Aku berharap ketemu sama kamu lagi. Aku tanya sama hatiku, kok aku jadi ngerasa ada sesuatu,ya? Kok kaya ada rasa kangen!”Rendi memandang Uli, kemudian Rendi melanjutkan lagi,”Uli, kamu mau kan jadi pacar aku?” Tanya Rendi penuh harapan.. Uli memandang Rendi lalu menjawab sambil tersenyum ragu,”Lu yakin mau jadi pacar gue?”Rendi mengangguk pasti. Uli bertanya lagi,” Lu ga nyesel pacaran sama cewek tomboy, ga bisa dandan kaya gue?”Rendi menggeleng dengan pasti. Uli lanjut bertanya lagi,”Coba lu yakinin diri lu lagi! Jangan sampe lu nyesel dan akhirnya gue yang tersakiti!” Rendi memandang Uli, lalu menjawab,”Aku sudah yakin, kamu cewek setia yang bisa nerima aku apa adanya!” Uli masih diam memandangi Rendi. Uli bertanya lagi,”Lu mau jadiin gue pacar lu, bukan karena pelarian kan?”Rendi menarik nafas dan berkata,” Uli, aku sungguh-sungguh! Aku menyatakan rasa suka aku sama kamu karena ini datang dari hati.Aku ga pernah main-main kalau urusan dengan perasaan!Aku serius!” Melihat Rendi memandanginya dengan penuh harap, akhirnya Uli mengangguk. Melihat itu, Rendi menarik nafas lega dan berkata sambil tersenyum,”Terimakasih,Uli! Kamu mau nerima aku!”Lalu Rendi memegang tangan Uli. Ketika mereka sedang saling berpandangan dengan perasaan bahagia, tiba-tiba, montir menghampiri mereka.”Bos, motor udah siap!”Rendi menoleh dan mengacungkan jempol.Lalu mereka bangun dari tempat duduknya untuk mengambil motor Uli. Setelah bayar ongkos di kasir, Rendi membawa motor itu ke luar.”Uli, Kita ke kosan kamu,kan? Kita taro motor ini di sana, aku ikuti kamu,lalu kita ke rumahku. Oke?!”Uli mengangguk. Tak berapa lama kemudian, mereka  sudah sampai di depan kosan.Uli memarkir motornya lalu naik ke dalam mobil yang minggu lalu menyerempetnya.Sampai di depan rumah Rendi, rumah yang sudah beberapa Uli datangi untuk berdagang dengan Bu Anggi yang ternyata mamanya Rendi. Dan sekarang, Rendi jadi pacarnya. Mereka turun dari mobil, dan masuk ke dalam rumah. Ternyata Bu Anggi sudah menunggu mereka di taman belakang.Melihat Uli masuk, Bu Anggi kaget dan berkata,”Eleh-eleh, aya si geulis! Aya naon? Memangnya mau nawarin barang lagi? Atau ada masalah dengan barang yang kemaren?”Rendi dan Uli tersenyum.”Mama, Uli ke sini bukan urusan dagangan!Tadi kan Rendi bilang kalau Rendi mau kenalin pacar baru Rendi sama mama!Nah, ini pacar baru Rendi!” Bu Anggi terkejut,”What?Si geulis eta teh,pacar kamu?Kok bisa?”Bu Anggi ga percaya. Lalu Rendi tersenyum,”Iya mam, Rendi sama Uli baru aja jadian! Kami sudah saling tertarik saat pertama ketemu waktu Rendi menyerempet motor Uli!” Rendi memandang Uli yang tertunduk malu. Lalu Rendi bertanya,”Mama setuju kan?”.Bu anggi tersenyum lalu menjawab,”Udah pasti atuh mama teh setuju!Mudah-mudahan kalian jadi pasangan yang serasi ya. Ga nyangka ya,Uli, kamu sekarang calon mantu mama!”Lalu Bu Anggi memeluk Uli. Mereka tertawa bahagia.

                                                                   __________________
                                                                      Diana Husna,S.Pd
                                                                   __________________
                       

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun