"ya ampun nak. Hahha. Kamu kotor banget sih" aku tersenyum. Antara bahagia anakku belajar kotor dengan perasaan takut sama mamanya Ali.Â
Setelah semua bocil itu selesai cuci tangan. Lanjut ku ajak mereka berdua ke dalam rumah mertuaku. Ku beritahu mamanya Ali yang sedang istirahat melepas lelah sehabis bekerja kalau rambutnya masih ada pasirnya. Agak sedikit takut saat aku memberitahukannya. Tapi aku pasang wajah datar dan sedikit senyum.Â
Mamanya ali membersihkan rambut anaknya sambil berkata "udah ah jangan main kotor lagi. Susah ini bersihinnya"
"lagian tahu main sih di biarin aja" Celetuk mertuaku. Aduh aku jadi semakin ga enak ini. Perasaan bersalah jadi menghantuiku.
"dek, mandi yuk" ku alihkan hatiku yang ga karuan dengan mengajak Atta mandi.Â
"si..ni" 'sini' kata dia adalah mandi di rumah nenek. Aduh kenapa harus di kamar mandi nenek coba. Kecoak yang tadi aku lihat gimana? Masih ada apa engga? Gimana caranya ngebujuk Atta supaya mau mandi di rumah saja.Â
"yaudah ambil baju dulu yuk. Sabunnya juga ambil dulu" akhirnya ku bujuk sebisaku. Kalau aku larang aku khawatir mertuaku akan tersinggung. Padahal aku takut banget sama serangga yang mendiami kamar mandi itu.Â
Karena perasaan bersalah dan berasa kayak seorang diri. Akhirnya ku pilih meninggalkan Atta di sana. Dan kembali pulang. Ku buka handphoneku dan ku cari manfaat main kotor di website. Dan ternyata ada banyak sekali fakta yang kutemukan di sana. Begitu banyak hal positif yang ku temukan. Tapi kenapa mereka ga mau belajar membiarkan anaknya dan percaya kalau main kotor itu baik. Ga ngerti sama jalan pikiran orang tua seperti mereka.Â
"assalamu'alaikum" suamiku memberi salam. Dia baru pulang dari kantor. Ku jawab salamnya pelan dan malas malasan. Suamiku mendelik heran. sebelum bertanya dengan lebih detail tentang perasaanku suamiku meletakkan tas kerjanya dulu.
"kenapa sayang? Kok papa salam jawabnya gitu. Coba sini cerita sama papa" aku melirik dia dan ku ulurkan tanganku dengan maksud ingin mencium tangannya tapi terlalu malas untuk mengambil tangannya lebih dulu. Suamiku yang selalu mengerti aku langsung mengulurkan tangannya untuk ku cium. Lalu ku duduk di depannya tertunduk lesu.
"kenapa sih sayang. Lesu banget" Tanyanya lembut. Nada suaranya yang lembut membuat kekesalanku berangsur surut.