Kata orang kalau lagi ditempat gelap pejamkan mata terlebih dahulu baru buka. Tapi tetap saja ruangan ini benar benar gelap. Susah untuk mencari setitik cahaya di sini.
"gimana udah ketemu belum?" Seiya bertanya padaku. Bagaimana benda ini bisa cepat kutemukan kalau ruangannya saja gelap seperti ini.
"belum. Susah. Sentermu mana?"
"ada di tas Alfa"
"terus Alfanya kemana?"
"ga tau!" jawab Seiya ketus. Dari nada suaranya saja bisa kupastikan dia lagi marahan sama Alfa. Kucoba tak peduli. Ku terus cari tali penjerat S berharap benda itu ada disekitar sini.Â
"hei teman teman!! cepat kemari" Cindy memanggil. Ku coba meraba udara mencari tas punggung Seiya. Dapat. Ku raih tangan Seiya dan ku ajak dia ke tempat Cindy. Agak samar tubuh Cindy terlihat. Sekilas cahaya bulan masuk melalui jendela. Kini aku bisa melihat Cindy memakai sebuah kalung emas besar dengan liontin bulat yang juga besar.
"ngapain kamu pake kalung itu, Cin?" tanyaku. Cindy ini temanku yang paling suka accessories. Kalau ada accessories cantik dia pasti langsung nyoba pakai.
"yah biasalah. Kayak ga tahu aku aja. Lho. Kok kalungnya bergetar ya. Aduh sakit" Cindy segera melepaskan kalung tersebut. Cindy merasa leher dan tangannya kesakitan. Aku meraih tangan Cindy dan memeluk tangannya.
"kamu ga papa, Cin?" Cindy mengangguk
"hei, kawan, kalung ini berubah warna jadi hitam. Gimana kalau kita bawa ke rumah?" Tanya Seiya dengan mata berbinar senang. Bawa kalung besar yang bikin pemakainya menderita ke rumah? Sepertinya itu ide yang buruk.