Kasus tragis yang melibatkan seorang ibu muda berinisial SNF (26), yang membunuh anak kandungnya di Bekasi, membuka perbincangan penting tentang bagaimana konflik keluarga dan gangguan mental yang tidak tertangani dapat berujung pada peristiwa mengerikan. Dalam konteks pendidikan keluarga, kasus ini mengajarkan kita betapa vitalnya peran keluarga dalam menjaga kesehatan mental, khususnya pada masa-masa penuh tekanan seperti yang dialami oleh SNF.
 Konflik Keluarga dan Tekanan Emosional
Keluarga merupakan lingkungan utama bagi setiap individu, tempat di mana nilai-nilai, emosi, dan kepribadian terbentuk. Ketika terjadi konflik dalam keluarga, baik konflik internal antara pasangan maupun konflik yang bersifat emosional seperti tekanan ekonomi atau ketidakmampuan mengatasi stres, hal tersebut dapat berakibat fatal pada kesehatan mental anggota keluarga. Dalam kasus SNF, meskipun tidak ada informasi rinci mengenai dinamika keluarganya, terlihat bahwa ia mengalami tekanan emosional yang parah, hingga berhalusinasi mendapatkan "bisikan gaib". Ini adalah indikasi bahwa kondisi mental SNF sudah lama tidak stabil, mungkin karena faktor internal maupun eksternal dari lingkungannya.
 Kesehatan Mental dalam Konteks Pendidikan Keluarga
   Pendidikan keluarga memiliki peran penting dalam membentuk ketahanan emosional dan mental individu. Dalam kasus SNF, yang diketahui mengidap skizofrenia, penting untuk memahami bahwa gangguan kesehatan mental seperti ini bisa memburuk jika tidak ditangani dengan baik. Halusinasi yang dialaminya merupakan salah satu gejala umum skizofrenia, di mana penderita kehilangan kontak dengan realitas. Jika dalam lingkungan keluarga, individu dengan gangguan kesehatan mental tidak mendapatkan perhatian atau dukungan yang memadai, kondisi mereka akan semakin parah, seperti yang terjadi pada SNF.
Kasus SNF ini juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan kesehatan mental dalam keluarga. Tidak semua keluarga sadar akan gejala-gejala awal gangguan kesehatan mental atau bagaimana cara menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan tersebut. Edukasi tentang pentingnya kesehatan mental dan bagaimana mengakses bantuan profesional harus menjadi bagian dari pendidikan keluarga agar kejadian tragis seperti ini dapat dihindari.
Peran Dukungan Keluarga dan Masyarakat
     Salah satu elemen penting dalam menjaga kesehatan mental adalah dukungan dari orang-orang terdekat, terutama keluarga. Keluarga yang harmonis dan penuh dukungan mampu menjadi benteng bagi individu yang tengah menghadapi tekanan. Sebaliknya, kurangnya perhatian dan dukungan bisa memperburuk kondisi mental seseorang, seperti yang terlihat dalam kasus SNF. Pada saat kejadian, SNF tidak bisa dihubungi oleh suaminya, dan tidak ada bantuan segera untuk menangani kondisi mentalnya yang semakin memburuk. Hal ini menunjukkan bahwa adanya jeda dalam komunikasi dan dukungan keluarga dapat memperparah kondisi psikologis seseorang yang rentan.
     Selain keluarga inti, peran masyarakat juga sangat penting. Dalam masyarakat, masih ada stigma terhadap kesehatan mental, yang membuat banyak individu enggan atau takut untuk mencari bantuan. Dalam kasus SNF, meski ia telah menunjukkan gejala gangguan mental, tidak ada upaya dari lingkungan sekitar untuk menanganinya lebih awal. Hal ini menekankan bahwa edukasi tentang kesehatan mental tidak hanya perlu diberikan di dalam keluarga, tetapi juga harus diperkuat di tingkat komunitas agar masyarakat lebih peka terhadap gejala-gejala gangguan mental dan mampu memberikan bantuan yang diperlukan.
Kesimpulan
    Kasus ibu muda SNF yang membunuh anaknya di Bekasi menjadi cerminan nyata bagaimana konflik keluarga dan gangguan kesehatan mental yang tidak tertangani bisa berujung pada tragedi. Dalam pendidikan keluarga, perlu ditekankan pentingnya pemahaman tentang kesehatan mental serta bagaimana konflik keluarga, jika tidak ditangani dengan bijak, dapat memperparah kondisi individu yang rentan. Edukasi kesehatan mental harus menjadi prioritas dalam setiap keluarga, serta masyarakat juga harus berperan aktif dalam memberikan dukungan dan memecahkan stigma yang ada. Dengan cara ini, kita dapat mencegah terjadinya tragedi serupa di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H