Dalam rencana perjalanan yang disusun oleh anak saya yang bekerja di Taipei, ditambah usulan dari kami orang tuanya sebagai turis dari Indonesia, salah satunya adalah pergi ke Alishan, menginap satu malam di gunung, lalu turun kembali ke Taipei.
Alishan terletak di wilayah Chiayi. Chiayi county terletak di sisi barat daya Taiwan dan merupakan county terbesar ke 6 di Taiwan. County adalah wilayah administratif di bawah propinsi. Kalau di Indonesia mungkin setara kabupaten/kota.
Alishan adalah national scenic park, tempat turis lokal dan mancanegara melihat sunrise, dan ada kereta kayu ikonik yang jalurnya membelah hutan pinus. Kereta kayu ini hanya beroperasi di hari Rabu, jadi bisa dipastikan bahwa hari itu menjadi hari terpadat dibanding hari-hari lainnya.Â
Dari stasiun HSR Kaohsiung kami naik HSR (high speed railways) atau kereta whoosh-nya Taiwan selama sekitar 2,5 jam. Lalu disambung naik bus ke terminal Alishan selama 2 jam. Sebetulnya ada kereta dari Chiayi ke Alishan tapi kami kehabisan tiket jadi opsinya adalah naik bus.Â
Jalan menuju pegunungan cukup lebar dan semuanya mulus. Lalu lintas tidak terlalu padat. Pak supir mengemudi dengan cekatan dengan kecepatan lumayan. Naik bus di jalan berkelok-kelok selama 2 jam lebih cukup membuat mual. Beruntung di kantong baju ada permen pedas yang bisa sedikit meredakan kemualan.
Cuaca akhir Januari cerah dan dingin. Dari Jakarta saya sudah menyiapkan baju hangat dan beberapa sweater, ditambah baju dalam thermal dan longjohn. Tapi begitu turun dari bus di terminal Alishan ternyata brr… dinginnya menusuk. Ada papan display suhu di dinding terminal yang menunjukkan angka 6 derajat.Â
Dari terminal bis kami menyeret koper ke arah hotel. Hotel-hotel di daerah ini masuk di dalam taman nasional, jadi tidak ada kendaraan umum. Beruntung jarak dari terminal ke hotel hanya beberapa ratus meter saja. Ketika check-in kamar, petugas front office menginformasikan bahwa heater di kamar baru akan menyala pada jam 21.00.Â
Setelah menaruh koper di kamar, kami keluar hotel dan menuju stasiun kereta. Cukup banyak turis dari Filipina sedang mengadakan sesi foto di sana. Ada juga orang Indonesia selain kami. Sebelum hari gelap, kami kembali ke hotel dan beristirahat.
Kereta pertama ke lokasi sunrise view adalah jam 5.50 sedangkan terbit matahari diprediksi di jam 7.03. Begitu selesai sholat subuh yang jadwalnya 5.20, kami bergegas keluar hotel dan mengantre di stasiun. Antrean sudah cukup mengular, tapi cepat surut begitu kereta tiba dan para penumpang naik dengan tertib. Kami berhasil masuk kereta sekitar jam 6.15. Langit masih gelap.
Perjalanan kereta hanya sekitar 25 menit dan kami tiba di stasiun Zhushan. Pengukur temperatur di tembok menunjukkan 3 derajat. Dingin sekali dan perut terasa lapar, tapi tidak ada yang bisa kami santap. Ada food stall yang antreannya cukup panjang tapi kami tidak yakin dengan kehalalan menu yang ditawarkan. Kami hanya bisa antre beli kopi dan teh oolong panas di warung sebelahnya. Enak sekali menyeruput minuman panas di hawa dingin.Â
 Â
Pagi itu langit berkabut sehingga matahari tidak terlihat. Setelah cukup lama menunggu kami kembali naik kereta dan memutuskan kembali ke stasiun Alishan dan sarapan. Setelah sarapan kami naik kereta kayu ke stasiun Zhaoping lalu berjalan keliling hutan pinus.
Vegetasi di Alishan National Park adalah pohon cypress dan cedar. Perbedaannya ada di bentuk daun. Tapi keduanya termasuk jenis kayu yang kuat dan banyak digunakan sebagai furnitur. Di sini ada pohon-pohon yang umurnya hingga ratusan tahun bahkan ada yang 1000 tahun. Saking banyaknya pohon tua, kawasan ini disebut hutan Sacred Trees. Selain itu di kawasan ini juga ada danau yang disebut Three Sisters' Pond dan taman bunga magnolia.Â
Jalan setapak keliling hutan sangat rapi dan terpelihara baik. Sebagian berupa batu pipih, dan sebagian dari kayu. Di beberapa tempat disediakan dek kayu untuk tempat beristirahat dan berfoto.
Seperti biasa saya selalu membandingkan dengan Indonesia. Kapan negeriku akan seperti ini? Hutan wisata yang terpelihara, infrastruktur yang baik, areanya bersih tanpa tebaran sampah. Di Taiwan jarang terlihat tempat sampah umum. Di Alishan saya hanya melihat bak sampah di samping Visitor Information Centre dan di depan minimarket Seven Eleven. Warga terbiasa menyimpan bungkus makanannya sampai menemukan tempat sampah.Â
Oya, di dalam Visitor Centre ini bahkan ada tempat sholat bagi umat muslim. Sesuatu yang menakjubkan. Di gunung yang jauh dari keramaian, ada tempat sholat.Â
Setelah lelah berkeliling kami naik kereta kembali ke stasiun Alishan, lalu check-out dari hotel dan kembali ke terminal bus untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Taipei.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI