Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip

Lampion merah di Taiwan

29 Januari 2025   17:26 Diperbarui: 29 Januari 2025   17:28 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengunjungi Taiwan paling nyaman di musim semi, gugur dan dingin. Jangan datang ketika musim panas. Kenapa? Suhunya mirip dengan Jakarta: panas! Suhu saat musim panas, bulan Juni sampai Agustus bisa mencapai 30 derajat celcius.

Meskipun menjadi negara 4 musim, Taiwan tidak pernah merasakan musim salju. Kalaupun turun salju mungkin once in a blue moon dan hanya di pucuk-pucuk gunung.

Taiwan sebetulnya bukan destinasi utama liburan kami. Tapi sejak anak bungsu kami kerja di Taiwan tahun 2022, saya dan suami selalu menyempatkan pergi ke sana jika rejeki memungkinkan.

Kunjungan pertama terjadi awal Desember 2022 dan yang ke dua adalah saat Tahun Baru Cina 2025. 

Nah bagaimana suasana Imlek di negara ini?

Kami mendarat di Taipei tanggal 24 Januari. Menurut info Tahun Baru Cina adalah libur nasional yang durasinya satu minggu. Jadi tanggal 25 Januari sampai 2 Februari adalah libur panjang bagi penduduk Taiwan. Info di internet menyarankan untuk mengantisipasi kepadatan penumpang di stasiun dan bandara serta tempat wisata. Selain itu juga adanya kemungkinan terbatasnya jadwal transportasi umum seperti bis dan MRT. 

Di Taipei Main Station memang terlihat suasana hiruk pikuk. Antrean di depan vending machine, di dalam gerbong, di koridor dan nampak juga beberapa orang yang duduk-duduk di lantai menunggu jadwal kereta mereka. Persis seperti di Indonesia ketika menjelang Idul Fitri atau libur panjang.

Imlek adalah saat berkumpul dengan keluarga. Maka mereka yang bekerja di kota besar akan pulang ke kotanya, dan itu terlihat dari banyaknya keluarga kecil yang bepergian bersama. Kebanyakan warga Taiwan tidak punya anak banyak. Sepanjang yang saya lihat rata-rata orang tua muda hanya menuntun 2 anak. Generasi muda di sini benar-benar berhitung dalam merencanakan masa depan mereka. Pendidikan anak itu mahal. 

Salah satu kendala bagi kami yang muslim ini setiap bepergian di Taiwan adalah makanan halal. Tidak mudah menemukan restoran halal di sini. Beruntung toko ‘mracang’ atau minimarket yang menjual makanan dari Indonesia cukup banyak di kota besar seperti Taipei dan Kaohsiung, karena banyaknya jumlah pekerja migran dari Indonesia. Toko-toko itu menjual mie instan, kornet, sambal botol, sampai bumbu-bumbu sasetan. Selain itu ada juga orang-orang Indonesia yang membuka restoran di Taipei atau kota besar lainnya. Tapi tidak semuanya memasang logo halal jadi kami tetap harus bertanya dahulu.

Kami sempat berkunjung ke Jiufen, di bagian utara Taipei. Yang terkenal dari wilayah ini adalah kedai-kedai teh yang menyajikan pemandangan teluk dari atas. Di sini ada jalan kecil yang di sisi kiri dan kanannya penuh dengan toko-toko yang menjual jajanan lokal dan suvenir. Jiufen old street namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun