Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Polemik Ikan Kaleng untuk MGB

15 November 2024   15:25 Diperbarui: 15 November 2024   15:28 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusulkan penggunaan ikan kaleng sebagai bahan baku utama dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diprakarsai Presiden Prabowo Subianto karena tak semua masyarakat bisa mengakses ikan segar.

Meski baru usulan, berita ini kontan memunculkan reaksi pro dan kontra di masyarakat.  

Program Makan Bergizi Gratis ditujukan untuk sekitar 80 juta anak sekolah di seluruh Indonesia agar anak-anak usia sekolah menerima asupan nutrisi yang dibutuhkan badanya untuk tumbuh kembang dengan baik.

Orang tua jaman dahulu mengenal 4 sehat 5 sempurna yang mengandung gizi ideal, yaitu karbohidrat (nasi atau kentang atau jagung atau sagu), protein (tahu/ telur/ daging/ ikan), mineral dan serat (sayur mayur dan buah), dan sebagai pelengkap adalah susu.

Semua orang paham ikan adalah sumber protein yang sangat baik. Protein adalah salah satu nutrisi utama yang dibutuhkan ibu hamil bagi perkembangan otak bayinya. Protein juga dibutuhkan anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Sumber protein ada banyak, misalnya dari telur, daging, tahu dan tempe, dan beberapa sumber makanan lainnya. Yang paling murah tentunya tempe dan tahu, tapi di daerah pesisir, sumber protein yang mudah didapat adalah ikan.

Indonesia adalah negara kepulauan. Nenek moyang kita adalah pelaut, dan nelayan adalah mata pencaharian utama di wilayah-wilayah pesisir kita yang jumlahnya sekian ribu kilometer. 

Sebagai negara yang memiliki luas lautan lebih besar dari luas daratan, tak heran jika sebagian masyarakat kontra dengan usulan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan tsb. Kenapa bukan memberikan ikan segar? Jika produksi dalam negeri masih belum mencukupi, kenapa tidak menggenjot agar produksi bisa lebih tinggi? 

Ikan kalengan sedikit banyak mengandung pengawet, apakah tidak membawa dampak negatif jika dikonsumsi anak usia sekolah dalam jangka panjang? Kalau alasannya adalah ikan segar tidak bisa diakses oleh penduduk di pegunungan misalnya, bukankah bisa dicari sumber protein lain yang lebih mudah bagi mereka? Setiap jenis makanan dalam program MGB harus disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing. 

Terlepas dari topik ikan kalengan, saya melihat bahwa pejabat kita harus lebih berhati-hati sebelum mengeluarkan statement supaya tidak menimbulkan keresahan masyarakat, yang dalam kasus ini adalah orang tua yang memiliki anak usia sekolah yang menjadi target program pak presiden. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun