Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Farewell Menu

11 November 2024   08:07 Diperbarui: 11 November 2024   08:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya sudah menjadi tradisi untuk mentraktir rekan kerja pada hari terakhir kita bekerja di sebuah perusahaan. Bagi yang resign, tentunya. Bagi yang diPHK tentunya ceritanya berbeda. 

Karyawan yang pindah kerja ke perusahaan lain, atau dimutasi ke cabang di negara lain, dianggap mendapatkan benefit yang lebih baik, peluang karir yang lebih wah, jadi dianggap wajar pula kalau diminta traktiran makan-makan ketika perpisahan. 

Hal itu juga sering dilakukan di tempat saya bekerja dulu. Umumnya yang membayar adalah yang resign, tapi kadang-kadang dananya dari atasannya. Jadi beruntunglah kalau atasannya dermawan dan baik hati. 

Pada umumnya jajanan yang dihidangkan di meja pantry adalah jajanan cepat saji yang bisa dipesan mendadak seperti pizza atau martabak telur, donat atau gorengan lokal seperti pisang goreng madu, piscok dan tahu lapis setiabudi, sampai dimsum. Menu benar-benar bergantung pada kreatifitas yang punya gawe, atau rekan satu divisinya. Ada satu rekan kerja yang selalu tahu jajanan yang sedang viral, dan dia sering kami jadikan sumber ide untuk memesan makanan, baik untuk farewell maupun untuk acara ulang tahun di kantor. Biasanya acara ini digelar menjelang jam pulang kantor. Kami ramai-ramai berkumpul di ruang santai merangkap pantry kantor yang cukup luas.

Hal berbeda ketika saya yang pergi meninggalkan perusahaan tempat bekerja yang terakhir. Ketika saya masuk usia pensiun, dunia sedang berhibernasi karena Covid19. Saat itu tahun 2021, sesuai aturan pemerintah, perusahaan menerapkan kerja dari rumah dan hanya mereka yang sifat pekerjaannya tidak bisa dikerjakan di rumah yang boleh ke kantor, itupun harus dengan ijin dari satgas Covid19 yang dikepalai langsung oleh bos tertinggi di perusahaan. Saya, karena usia dan ada riwayat komorbid, termasuk salah satu yang sama sekali tidak boleh ke kantor, padahal pekerjaan saya ketika itu mengurusi segala macam hal yang ada di dalam kantor, dari supervisi tugas-tugas office boys dan resepsionis, sampai relasi dengan landlord pemilik gedung, dan juga masuk dalam satgas penanganan Covid19. Terpaksa semua dijalankan lewat telpon, email atau meeting virtual.

Ada untungnya juga berhenti kerja di jaman Covid19. Saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membelikan jajanan bagi teman-teman saya sekantor. Tidak perlu speech yang biasanya menguras emosi. Tapi ada ruginya juga karena tidak ada kegembiraan berfoto ramai-ramai, cipika cipiki dengan rekan-rekan yang sudah bersama selama sekian belas tahun. Salam perpisahan saya kirimkan lewat email.

Saya ingat hari itu ada jadwal meeting zoom tim satgas Covid19 yang jadi meeting terakhir saya di perusahaan. Lalu besoknya saya membuat janji dengan bagian IT untuk mengembalikan laptop, headset dan segala peralatan kerja milik perusahaan yang saya gunakan selama bekerja. 

Dan ternyata ada surprise ketika saya datang ke kantor hari itu. Teman-teman sedivisi memberikan karangan bunga, dan ada juga kado dari atasan dan rekan-rekan kerja saya yang menyempatkan minta ijin untuk boleh hadir di kantor. So sweet. Memang tidak banyak yang hari itu boleh datang ke kantor karena situasi pandemi, tidak ada makan-makan, semuanya bermasker dan setelah bersalaman langsung pakai hand sanitizer, tapi tetap berkesan buat saya. 

Foto bersama di hari terakhir (Dokpri)
Foto bersama di hari terakhir (Dokpri)

Inti dari acara makan-makan sebelum meninggalkan tempat lama bukan sekedar santap bersama tapi momen menciptakan kenangan indah. Rekan dan kolega di kantor yang bersama dengan kita dari Senin hingga Jumat, dari pagi sampai sore bahkan kadang hingga malam hari, mereka bisa jadi menjadi lebih akrab dari saudara sedarah. Saya beruntung masuk dalam lingkungan yang akrab dan menyenangkan tsb meskipun sebagian besar dari mereka beda generasi dari saya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun