Teman saya kemarin posting perjalanannya ke Kawah Ratu. Melihat foto-fotonya membuat kenangan saya terbang ke perjalanan saya ke tempat yang sama. Trip pendek yang saya lakukan di saat pergerakan dunia melambat karena Covid19. Ingin liburan tapi banyak pertimbangan: tidak bisa naik pesawat atau kendaraan umum lainnya, tidak bisa menginap di hotel, harus selektif memilih tujuan supaya aman tidak tertular, maka saya dan suami pergi ke alam bebas yang bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.
Kawah Ratu Gunung Salak masuk dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak, sekitar 2 1/2 jam berkendara dari Jakarta ke arah Selatan, lewat tol Jagorawi ke arah Bogor, melewati kampus IPB, lanjut ke base camp Pasir Reungit.
Memasuki gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak suasana teduh menyambut. Hutan pinus menjulang tinggi, sungguh nyaman dan menenangkan. Banyak papan petunjuk arah ke berbagai air terjun. Kalau waktunya panjang rasanya ingin juga mampir ke sana, tapi tujuan kami hari itu adalah naik ke Kawah Ratu.
Di gerbang pembelian tiket 2 pemandu jalan sudah menunggu kami. Hari itu tengah minggu, tanggal merah, tapi tidak banyak pengunjung. Ya sepertinya karena situasi pandemi jadi masyarakat memilih untuk tidak keluar rumah.
Setelah briefing sejenak kami mulai melangkahkan kaki di setapak. Jalan tanah, sebagian berair karena berada di tepi aliran sungai yang luber hingga ke setapak, kadang melewati batu-batuan untuk menyebrangi sungai kecil. Vegetasi cukup rimbun dengan suara burung dan aliran sungai hampir sepanjang jalan. Saya sungguh menikmati perjalanan itu.Â
Di satu titik kami berhenti untuk beristirahat. Ada 2 sungai di kiri dan kanan kami. Yang kanan penuh dengan batu-batu besar, sedangkan yang di kiri alirannya tenang dan bening sekali. Ada papan bertuliskan Sumber Air Terakhir di situ. Kata pemandu, biasanya pendaki akan mengisi botol airnya di aliran sungai sebelah kiri sebelum meneruskan perjalanan, karena di atas tidak ada mata air.
Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Sekitar 30 menit kemudian kami tiba di area luas dengan batu-batu besar dan tonggak-tonggak pohon bertumbangan. Seperti bekas sungai besar yang tidak ada airnya. Ini adalah daerah yang dilewati aliran lahar dari kawah. Sepi sekali di situ, tidak ada suara burung dan binatang lain. Hanya kami di sana saat itu.
Kami melanjutkan perjalanan menyeberang sungai kering tsb dan mendaki tebingnya. Dari situ mulai ada tumbuhan hidup dan pohon-pohon tinggi.Â
Sekitar tengah hari kami sampai di Kawah Ratu. Cukup banyak pengunjung yang datang tapi jauh lebih sepi jika dibandingkan dengan kawasan wisata Tangkuban Perahu di mana kita bisa melihat kawah langsung dari tempat parkir kendaraan.
Di Kawah Ratu Gn Salak, pengunjung bisa turun mendekati genangan air panas dengan letupan uap panasnya. Di sini tidak ada petugas yang berjaga, jadi pengunjung diharapkan menjaga keselamatan dirinya sendiri dengan tidak berada terlalu dekat dengan kawah dan uap belerang yang berbahaya untuk kesehatan.Â
Setelah puas berfoto dan menikmati keindahan alam, kami kembali ke base camp.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H