Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Belajar Menjadi Mertua

17 September 2024   09:40 Diperbarui: 17 September 2024   19:01 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menantu dan mertua (Shutterstock via KOMPAS.com)

Saat ini saya punya menantu perempuan 2 orang dan 1 menantu laki-laki.

Dari pengalaman pribadi, pertama, jangan berharap terlalu tinggi. Tidak ada manusia yang sempurna, dan lagipula, anak kita pasti banyak kurangnya. Jadi tidak fair kalau kita mengharapkan menantu yang sempurna. Barometer saya adalah kebahagiaan anak. Selama anak saya terlihat happy, saya juga happy.

Kedua, tahan lisan dari kritikan atau sindiran. Kalau di awal pernikahan anak dan menantu perempuan tinggal serumah dengan kita, tutup mata saja jika melihatnya seperti kurang meladeni anak kita. Atau tidak sering masuk dapur. Kalau menurut kita ada yang perlu diperbaiki, sampaikan baik-baik pada anak kita. Dia yang lebih mengerti cara pendekatan ke pasangannya.

Ketiga, think outside the box. Kalau kita di posisi dia, apakah kita mau kalau mertua kita begini, atau begitu terhadap kita?

Keempat, tentunya jangan ikut campur urusan dalam negeri mereka, meskipun mereka tinggal dengan kita. 

Hubungan dengan anak menantu ketika sudah ada cucu

Ketika cucu mulai hadir, level pelajaran saya meningkat. Sudah umum kalau kakek nenek itu suka memanjakan cucu. Cucu ingin ini dan itu, dibelikan. Apalagi kalau dulu orang tua tidak bisa membelikan anaknya suatu barang karena keterbatasan biaya, dan sekarang berkecukupan jadi ingin melampiaskan membelikan macam-macam untuk cucu. Ini bisa menjadi pemicu kejengkelan menantu pada mertuanya.

Pendidikan anak adalah ranah kekuasaan orang tua, bukan kakek nenek. Seperti saya tulis di point ke 3 di atas, apakah kita mau mertua kita ikut-ikutan mengatur cara didik kita? 

Saya melihat ibu saya dulu terlalu mencampuri cara didik cucu-cucunya dari adik perempuan saya. Adik saya tinggal dengan ibu saya cukup lama, dan karena dia bercerai ketika anaknya bayi, maka ibu saya yang lebih banyak mengasuh si cucu ketika adik saya bekerja.

Pada akhirnya si cucu jadi lebih dekat dengan neneknya dan kurang dekat secara emosional dengan ibunya. Pada masa itu beberapa kali adik saya curhat pada saya karena merasa ibu kami terlalu memanjakan sang cucu dan mengabaikan disiplin yang diajarkan adik saya ke anaknya.

Dari sejak cucu saya masih bayi, apalagi ketika makin besar dan sudah pintar bicara, setiap ingin membelikan sesuatu untuk cucu, atau cucu minta dibelikan sesuatu, saya selalu tanya ke anak/menantu, boleh nggak mama belikan dia? Atau jika sang cucu ingin nonton film kesukaan dia sedangkan dia ada jatah screen time per hari, maka saya akan minta dia tanya dulu ke orangtuanya, kalau dapat ijin barulah dia boleh nonton di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun