Dari semua gang dan jalan kecil terlihat para peserta maraton berdatangan, ada yang sendiri atau berombongan. Ada yang mengenakan jas hujan, blanket aluminium, dan segala macam untuk menepis dingin.
Tanpa menunggu maraton dimulai saya langsung mencari jalan ke berapa spot yang akan dilintasi para pelari berbekal peta marathon course. Di situ dijelaskan lengkap jalur lari dan stasiun kereta terdekat.
Karena panjangnya lintasan maraton maka banyak skedul kendaraan umum terganggu. Kereta yang biasanya datang tiap 6 menit jadi mundur. Gerbong penuh berdesakan. Tapi tidak ada wajah kesal, semua bergembira.
Di setiap tempat yang saya datangi sepanjang tepi jalannya penuh dengan para suporter dan grup cheerleading dengan musik tabuh. Sungguh meriah.
Ajang maraton kelas dunia ini memang suatu daya tarik tersendiri dan menjadi hiburan bagi penduduk lokal dan asing.
Suami saya, di usianya yang ke 59, dengan kondisi badan yang tidak fit, akhirnya berhasil menyelesaikan virgin full marathonnya dengan catatan waktu 5:59:53. Alhamdulillah.