Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Street Fotografer, Cara Cari Cuan Tambahan

10 September 2024   21:05 Diperbarui: 12 September 2024   16:21 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Street Fotografer (Sumber: Pixabay/pen_ash)

"Gak apa larinya lambat asal PB", demikian seloroh yang umum diucapkan oleh para pelari di seluruh Indonesia. 

PB, awalnya berarti Personal Best, mencetak rekor pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, tapi bagi pelari kekinian artinya adalah Photo Banyak. 

Yah, media sosial memang menjadi dunia sehari-hari manusia jaman modern. Banyak orang melakukan sesuatu demi konten, demi likes, demi menambah follower.

Mau makan di restoran, foto dulu interiornya, foto dulu makanannya, foto dulu bersama teman-teman. Minum kopi di gerai yang sedang ngehits, foto dulu gelas es kopi yang berembun dengan latar belakang bokeh.

Penggemar olahraga, atributnya sekarang keren-keren. Produsen sepatu lari mengimbangi dengan mengeluarkan sepatu warna-warna berani seperti hijau stabilo, jingga atau kuning menyala. Jersey dan jaket juga disesuaikan warnanya dengan sepatu. Para goweser juga tidak kalah keren dengan sepeda yang harganya bisa sampai belasan hingga puluhan juta. 

Tapi semua itu kurang afdol kalau fotonya tidak fantastis. Foto selfie tentunya sulit kalau sedang lari, atau naik sepeda. Memang ada komunitas yang rela merogoh kocek untuk menyewa fotografer pribadi untuk memotret aktivitas mereka.

Teman saya yang suka main bola misalnya, setiap mereka mengadakan friendly match selalu ada fotografer yang sigap membidik aksi orang-orang ini di lapangan hijau.

Baca juga: Apakah anda FOMO?

Di mana ada demand, di situ muncul supply. Muncullah street fotografer yang selalu mangkal di setiap event CFD, hari bebas kendaraan bermotor. Entah di Sudirman, di Bekasi, dan di kota-kota lain. Mereka juga selalu ada di event-event lari di seluruh Indonesia. 

7-8 tahun lalu pemotret jalanan ini belum populer. Dulu kalau suami ikut event lari, saya harus standby di spot-spot yang estetik dan menunggu dia lewat. Mengandalkan fotografer yang disewa oleh EO lari agak susah. Belum lagi harus mencari fotonya di antara ratusan foto yang tercapture oleh para fotografer tsb.

Foto dari aplikasi FotoYu
Foto dari aplikasi FotoYu

Tahun 2019 muncullah 1 aplikasi yang mengandalkan face recognition untuk menyeleksi foto kita secara otomatis. Nama aplikasinya FotoYu yang bisa didownload di App Store dan Google Play. Buat akun lalu ikuti petunjuknya sampai selesai.

Setelah itu, setiap kita mengikuti satu event lari, atau sekedar jalan kaki sepanjang CFD, siang atau sorenya kalau kita buka aplikasi ini, kemungkinan besar kita akan menemukan foto kita di beranda.

Di setiap foto akan muncul pertanyaan: Ini Kamu? Kita tinggal klik Bukan atau Iya. Karena menggunakan AI, maka kadang ada foto orang yang mirip postur kita muncul di situ. Kita tinggal klik Bukan dan foto itu akan hilang dari beranda kita.

Foto dari aplikasi FotoYu
Foto dari aplikasi FotoYu

Sekarang ini semua atau hampir semua street fotografer individual mengupload bidikan mereka di platform ini. Dari Jakarta, Jogja, Malang sampai Jayapura. Dari event lari Jakarta Marathon sampai event lari di Banda Aceh dan Makassar.

Tidak perlu scroll ratusan foto dari EO atau memasukkan nomer BIB untuk mencari wajah kita, aplikasi ini menyajikan semua foto kita yang tercapture oleh kamera fotografer di gawai kita.

Tentunya foto-foto para fotografer itu tidak gratis. Foto yang terpampang di aplikasi selalu ditempel watermark oleh pemiliknya.

Masing-masing fotografer bisa menempelkan tarif di masing-masing foto, dengan tambahan info: silakan DM lewat WA kalau mau beli banyak.

Nah di situ kita bisa negosiasi lewat WA langsung dengan tukang fotonya. Kalau kita mau langsung membeli lewat aplikasi juga bisa, tinggal kita klik masukkan keranjang, lalu check out dan bayar.

Pembayaran bisa lewat transfer atau dompet digital. Setelah lunas, kita akan menerima email dari aplikasi, yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh fotografer. Biasanya dalam hitungan jam kita akan menerima foto high resolution dari sang fotografer.

Selain menjadi customer, kita juga bisa menjadi seller. Kalau kita suka fotografi dan bersedia berpanas-panas duduk di pinggir jalan untuk memotret, kita juga bisa menjual hasil bidikan kita di aplikasi tsb.

Kita tinggal ikuti petunjuk di aplikasi FotoYu cara untuk menjadi kontributor foto dan setelah diverifikasi kita bisa mengupload foto-foto, dan siapa tahu ada yang berminat membeli hasil jepretan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun