Matahari masih terbit dari timur
dan terbenam di barat
Pagi berganti malam berganti pagi lagi
Hujan masih turun di musim kemarau
Kehidupan tak berhenti sedetikpun
Suaranya, ceritanya, tertawanya, tak ada lagi
Hidup berjalan terus
tanpa dia yang setia
menyiapkan sarapan, menemani minum kopi di teras
jalan pagi bersama
berbincang hal-hal penting dan tak penting
atau duduk bersebelahan di sofa tapi tak saling bicara
masing-masing sibuk dengan gawai
Sunyi yang nyaman, tapi itu dulu
Kini sunyi itu tak lagi nyaman
Tidak membuat takut, hanya pekat oleh rindu
Parfumnya masih tersisa setengah, kadang kusemprotkan ke bantalÂ
supaya tidurku bisa agak lelap dengan aroma yang pernah familier
Tumpukan baju di lemari rapi sepanjang hari, tak ada dia yang suka mengambil dari tengah tumpukan
dan membiarkan bagian atas agak berantakan
Dulu hal itu kadang membuatku jengkel
Sekarang aku rinduÂ
Lubang di hati
dalam tak terperi
Kesedihan yang membikin nyeri
Kangen yang takkan terganti
Setengah jiwaku, pergi tak kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H