Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah anda FOMO?

12 Agustus 2024   11:22 Diperbarui: 12 Agustus 2024   12:52 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ada sesuatu yang sedang viral di media sosial, seberapa kuat keinginan anda untuk mencoba?

Kehadiran internet di genggaman tangan mendekatkan masyarakat pada informasi dari seluruh penjuru bumi dalam waktu singkat. Penjualan iPhone misalnya. Publik bisa mendapatkan info kapan seri terbaru akan mulai dijual, dan mereka langsung antre di depan store iBox hingga mengular panjang. Hal serupa terjadi ketika Swatch mengeluarkan edisi jam mewahnya beberapa tahun lalu. Saya ingat kala itu ada beberapa teman yang hunting sampai ke luar negeri karena di Jakarta sold out. 

FOMO, fear of missing out. Takut ketinggalan jaman.

Sebagian orang membeli barang yang baru direlease karena memang suka, dan sebagian lagi karena FOMO. Apalagi di kalangan anak muda yang merasa adanya peer pressure kalau dia tidak mengenakan sepatu atau jam tangan dari merk yang sama seperti teman-temannya, atau makan di cafe kekinian yang diviralkan selebgram. 

Partisipasi di kegiatan olahraga juga bisa menjadikan seseorang fomo. Ada beberapa event lari favorit di Indonesia yang selalu sold out slotnya dalam beberapa jam begitu diumumkan. Seperti Pocari dan Maybank Bali Marathon. Belakangan ini sepertinya makin banyak penggandrung olahraga lari ini. Ada juga yang tadinya ikut-ikutan berubah kecanduan. Setiap minggu di CFD Sudirman hampir selalu ada kegiatan lari atau jalan sehat yang pesertanya banyak.

Padahal sesuatu yang viral tsb tidak selalu murah. Bahkan harga slot untuk lari di Bali Marathon 2024 misalnya, untuk 10K saja Rp650,000. Belum termasuk tiket pesawat dari kota asal, dan kamar hotel di Bali paling tidak untuk 1 malam. 

Sebagian ada yang ikutan lari hanya karena sedang happening. Bisa foto di start line dengan jersey dan bib number, foto di bawah finish line dengan menggigit medali, wah gaya sekali. Pasti banyak yang ng-like di medsosnya. Kalau HM apalagi FM, tidak cocok untuk yang sekedar FOMO. Berat sekali karena perlu latihan dan determinasi yang kuat.

Tapi mengisi konten di medsos dengan catatan lari yang bagus memang membanggakan. Makanya sampai ada joki strava yang sempat viral beberapa waktu lalu. Hal ini sempat jadi bahan obrolan di komunitas lari yang memang isinya pelari betulan, bukan yang ikut-ikutan. Heran sih, lari itu olahraga. Olahraga itu semestinya harus disiplin, targetnya sehat, meraih personal best yang lebih baik dari sebelumnya. Dan yang penting jujur.  

FOMO yang gak terlalu mahal adalah mengejar makanan viral. 

Misalnya croffle (croissant waffle) yang sempat ngehits dan membikin semua gerai pastry menjual menu croffle, tahun lalu muncul cromboloni (croissant bomboloni), lalu cronigiri (croissant onigiri). Nah tapi yang terakhir ini sampai saat ini saya belum mencicipi. Sepertinya tidak seviral croffle waktu itu.

Ada teman yang rajin berburu kuliner baru yang viral. Setiap ada info baru dia akan share di grup chat kami yang membernya adalah ibu-ibu setengah baya yang masih aktif bekerja, kecuali saya. 

Beberapa bulan lalu waktu ada toko donat baru di sekitar Blok M, Jakarta Selatan. Waktu lewat dekat sana, teman saya mengirim foto antrean calon pembeli. Setiap siang antrean selalu panjang. Saya tahu teman saya penasaran karena dia suka membuat donat jadi pasti pengen membandingkan dengan buatannya. Eh setelah berhasil beli dia malah lupa untuk share foto donatnya karena sudah terlanjur dihabiskan. Pada kesempatan lain waktu kami sedang berlibur di Bali, dia membuat list resto dan cafe yang sedang viral dan perlu kami kunjungi.

Fomo adalah hak pribadi setiap orang. Kita tidak bisa membully orang lain yang tidak mau ketinggalan jaman. Seperti tren fashion, apa hak kita melarang orang lain yang mengenakan gaun-gaun yang dikenakan artis drakor, sekalipun di mata kita tidak cocok untuk postur badannya. 

Seperti saya bilang ke teman saya, as long as it makes you happy, just do it. Yah, selama perbuatan mereka tak merugikan kita, kenapa kita mesti ribut? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun