Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

GenX di Zaman Modern

10 Agustus 2024   05:55 Diperbarui: 10 Agustus 2024   06:21 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"A part of our brain that used to store phone numbers is now idle". Saya baca ini beberapa waktu lalu. Dan menempel di ingatan, tak mau pergi.

Tulisan simple yang pasti relate dengan generasi sebelum terciptanya ponsel. GenX dan Gen baby boomers terutama.

Tak usah membahas bahwa otak tak akan membiarkan syaraf-syaraf pengingatnya menganggur karena sebagian fungsinya sudah tergantikan dengan memori di ponsel. Saya lebih suka mengajak pembaca kembali ke masa lalu. Masa di mana teknologi belum secanggih saat ini.

1. Telepon

Jaman ketika telepon masih model engkol, telepon analog, dengan lingkaran berlubang bertuliskan angka 1 sampai 0. Yang bunyinya semua sama, tak bisa diganti seperti kita mengganti nada dering di ponsel. Jaman telepon masih pakai kabel, gak akan ketlisut seperti ketika perangkat telpon rumah mulai ada opsi wireless. Kadang pengguna tidak tertib mengembalikan gagang telpon ke tempatnya jadi pengguna berikutnya kelabakan waktu mau menelpon. 

Waktu saya kecil telpon masih menjadi barang ajaib, apalagi di kota kecil di Jawa Timur sana. Saya ingat betul cerita ibu saya kalau saya pernah menangis kencang ketika ada teman TK saya menelpon. Kata beliau, saya menangis karena takut mendengar ada suara keluar dari gagang telpon. 

Memori otak saya bahkan masih ingat nomer telpon fixed line di rumah orang tua di Bandung dulu, rumah tua  yang sejak 1988 tak lagi jadi milik kami. Rumah besar 3 lantai dengan pojok kecil di bawah tangga di ruang tamu tempat meja telpon berada. Belum ada teknologi speed dial jadi saya harus menghafal nomer-nomer yang sering dihubungi. Nomer telpon kantor ayah, nomer telpon sahabat, kerabat, dan tentunya nomer telpon gebetan. 

Paling sebal kalau telpon berdering di malam hari ketika semua anggota keluarga sudah masuk kamar masing-masing. Ada koneksi paralel di kamar orang tua saya tapi kalau mereka kebetulan sedang di luar kota, terpaksa salah satu dari kami anak-anak harus turun menjawab panggilan. Kamar anak-anak semuanya di lantai atas dan rumah tua kami agak spooky jadi PR banget kalau harus keluar kamar dan turun tangga dalam kegelapan. 

Sebal juga ketika kakak-kakak perempuan (saya punya 3 kakak perempuan) mulai remaja dan punya banyak pengagum. Sulit sekali menunggu telepon tak dipakai supaya saya bisa diam-diam menelpon gebetan.

2. Alat pemutar musik dan lagu

Jaman ketika alat perekam musik dan lagu masih berupa piringan hitam atau vynil, lalu berganti kaset atau tape recorder. Yang kalau mau diputar ulang kita keluarkan kasetnya lalu kita gulung mundur menggunakan pensil. Kaset berganti compact disc, lalu sekarang semuanya extinct. 

Dulu toko kaset Aquarius pernah hits di Bandung, lokasinya di Jl Dago. Koleksinya ribuan dan setiap masuk ke sana rasanya pengen borong banyak. 

Otak manusia memang luar biasa. Lirik lagu yang populer ketika remaja, yang dulu sering saya putar di tape recorder, kalau sekarang tiba-tiba diputar di radio kesukaan, eh kok otomatis saya bisa ikut berdendang. Begitu banyak kenangan lama yang bisa saja muncul out of the blue tanpa diharapkan ketika sebuah lagu tertentu menyusup gendang telinga.

3. Komputer dan printer

Nah ini teknologi yang lebih baru dibanding yang di atas. Komputer generasi pertama diciptakan tahun 1942 tapi baru masuk ke Indonesia sekitar tahun 1967 (sumber: internet). Awal tahun 80an saya menulis cerpen untuk dikirim ke majalah remaja masih menggunakan mesin tik. Kalau salah meski hanya 1 kata, harus ganti kertas dan diulang dari awal. 

Beruntung setelah itu komputer desk top yang body belakangnya gendut itu mulai dijual dan saya ingat masa-masa bimbingan dan menyusun skripsi menggunakan komputer. Printernya masih dot matrix yang bunyinya berisik. Sekarang hampir semua rumah tangga punya at least 1 desktop atau laptop. 

Selain yang di atas masih sangat banyak yang bisa dibahas. Dari otomotif sampai kamera, dan yang lain. Mereka yang saat ini berusia di atas 50 tahun rasanya adalah manusia paling adaptable, paling bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman. 

Kita yang dulu pernah memasak menggunakan kompor minyak tanah yang selalu bikin pantat panci menghitam, sekarang canggih memasak dengan air fryer. 

Yang dulu berkorespondensi lewat surat atau kartu pos bertempelkan perangko, dan menunggu-nunggu balasan diantar oleh pak pos, sekarang sudah pintar mengirim surat lewat email, membalas pesan di aplikasi whatsapp dengan emoticon dan bikin avatar pengganti foto.

Nah, kalau kita kembali ke kalimat pertama di atas, jadi bagian otak yang dulu dipakai menyimpan nomer-nomer telpon, sekarang dipakai menyimpan password dan PIN kartu ATM mungkin ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun