Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Walking Down The Memory Path

29 Juli 2024   07:38 Diperbarui: 29 Juli 2024   07:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meluncur ke tempat lain, ke Jl Setiabudi turun ke Jl Cipaganti, jalan satu arah yang ribuan kali saya lewati untuk pulang ke rumah. Dulu jalan ini arusnya berlawanan tidak seperti sekarang. Dari Wastukencana ke utara, melewati lampu merah, lurus arah Jl Dr Cipto, memutar ke kanan lalu belok kiri masuk Jl Cipaganti. Sekarang diubah sebaliknya. 

Melewati jalan ini waktu seakan berhenti. Masih ada deretan pohon mahoni yang entah kini berusia berapa abad. Mungkin kalau ada pelebaran jalan dan pepohonan ini ditebang saya akan patah hati. Melihat buah mahoni merekah di ranting dan bijinya terbang berputar seperti baling-baling. 

Dulu pernah saya buka dan saya cicip, wih pahit! Pom bensin dan kantor pos masih bertahan di tempatnya. Tempat makan sop buntut masih ada, waktu anak saya kuliah di Bandung 10 tahun yang lalu, dia sering makan di situ dengan teman-temannya. Waktu saya kuliah ada tukang bakso enak di dekat perempatan Pasteur Cipaganti. Khas bakso Malang, jadi saat pacaran kami sering jajan di situ sebelum sang pacar yang asli Malang mengantar saya pulang.

Jalan Cihampelas juga memuat banyak kenangan. SMA saya di situ, setelah lulus SMA sempat studi di akademi bahasa juga berlokasi di Jl Cihampelas. Pertama kali bawa mobil sendiri juga lewat situ. Pada suatu masa sebelum Jl Cihampelas dipenuhi toko jins yang selalu padat macet saat akhir minggu. Tapi dunia berputar, musim berganti. Jl Cihampelas masih macet, tapi toko jins tak lagi sebanyak dulu.

Dari sekian banyak perubahan di kota Bandung, tetap saja angkotnya masih banyak, meski tak sebanyak dulu. Sempat ngobrol dengan supir angkot jurusan Dago-St Hall, saat ini konsumen mereka banyak beralih ke transportasi berbasis online. 

Menyusuri jalanan kota Bandung, hatiku hangat. Lalu lintas memang amat sangat padat di setiap weekend, kadang menjengkelkan kalau kita sedang diburu waktu. Tapi berkendara dengan jendela terbuka, semilir angin pagi yang masih sejuk, singgah makan kupat tahu Gempol atau batagor Kingsley, sungguh membuat jiwaku tenang. 

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun