Your relationship is your path to succsess.
Selalu terngiang kalimat bahwa manusia merupakan makhluk sosial dan saling membutuhkan satu sama lain. Mustahil jika manusia tidak memiliki satu pun sebuah hubungan dengan orang lain terutama di sekelilingnya. Tuhan memberi anugerah pada tiap hamba-Nya berbentuk skill atau kemampuan membangun hubungan dengan manusia lain. Manfaatkan anugerah tersebut sebagai bukti rasa syukur dengan menjalin hubungan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.Â
Membangun hubungan yang positif terdengar bukan suatu hal yang mudah, karena tidak setiap orang yang kita temui mempunyai getaran positif dalam jiwanya. Belum lagi jika bertemu dengan orang yang mengandung 'racun' atau zaman ini disebut dengan toxic. Terbangunnya sebuah hubungan sama dengan memperluas relasi yang dapat memberi peluang besar untuk kesuksesan di masa depan. Tidak perlu takut untuk mengenal banyak orang dengan beragam kepribadian. Maka dari itu perlunya melatih satu kemampuan ini sejak dini.
Relationship Skill
Terampil dalam hubungan ialah kemampuan individu akan mendirikan hubungan positif, baik dengan sesama individu atau kelompok yang beragam. Mendirikan hubungan dapat dilaksanakan dengan cara seperti menjadi pendengar yang baik, kemampuan terampil berkomunikasi, dan kemampuan menangani konflik yang mungkin timbul dalam hubungan tersebut dengan cara sehat dan produktif. Keterampilan berhubungan mengharuskan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif, bekerja sama satu sama lain, dan saling peduli antar perseorangan.
Mengutip dari salah satu tulisan Greater Good in Education yang berjudul "SEL for Student: Social Awareness and Relationship Skills" menyatakan bahwa keterampilan hubungan meliputi:
- Memulai kontak dengan orang lain dan memupuk persahabatan.
- Berbagi pikiran dan perasaan (dengan tepat.)
- Efektif dalam berkomunikasi.
- Mengembangkan hubungan positif.
- Menunjukkan etika atau kerendahan hati yang telah diajarkan turun temurun dan menjadi budaya.
- Implementasi kerja sama dan pemecahan masalah kolaboratif.
- Memecahkan masalah dengan cara konstruktif.Â
- Selalu memberi getaran positif ketika memulai hubungan dan saat menjalin.
- Menolak lingkungan sosial yang negatif.
- Tidak menilai orang hanya berdasarkan pandangan suatu kelompok terhadap orang tersebut.
- Menunjukkan jiwa kepemimpinan dalam kelompok.
- Mencari dan menawarkan bantuan atau dukungan saat dibutuhkan.
Terlihat dari kutipan tersebut untuk memulai suatu hubungan positif haruslah dimulai dari diri sendiri. Jika diri sendiri selalu menebarkan getaran positif maka getaran tersebut akan menjadi timbal balik untuk diri sendiri. Salah satu faktor pembantu sukses dan awetnya sebuah hubungan atau persahabatan adalah kepercayaan. Karena dengan saling percaya akan bersamaan dengan surutnya keraguan yang dapat menyebabkan timbulnya konflik yang berujung perpecahan.
Tidak dapat dielak sebuah pernyataan bahwa keterampilan menjalin hubungan dengan baik menjadi salah satu jalur mudah menggapapi kesuksesan. Dengan punya relasi luas nyatanya memudahkan berbagai hal yang mungkin bisa terjadi dalam beberapa tahun kedepan. Maka dari itu pentingnya mengasah kemampuan berhubungan sejak usia dini.
Menanam Relationship Skill Sejak Usia Dini
Peluang keberhasilan seorang anak untuk sukses di tempat kerja mereka kelak bahkan menjadi pemimpin dan mencapai kebahagiaan dalam jangka panjang sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang positif. Berlimpah cara agar tertanamnya kemampuan membangun hubungan dalam diri anak. Salah satunya adalah dengan membiasakan kerja sama secara berpasangan, kelompok kecil atau kelompok besar. Dengan cara ini anak-anak terlibat secara langsung dalam implementasi penanaman relationship skill. Hal ini agar kita bisa mengajari mereka dengan sengaja dan tegas cara bagaimana jika mereka tidak setuju, bagaimana menghargai dan mengungkapkan pendapat, juga mengetahui peraturan dalam kelompok saat bekerja sama.
Sebelum benar-benar melibatkan anak dalam sebuah kelompok, katakan sedikit pada mereka dengan pertanyaan apa yang akan mereka lakukan jika salah satu teman melakukan lebih dari bagiannya, bagaimana respon mereka jika melihat salah satu temannya tidak aktif dalam kerja sama dan pertanyaan lain yang kemungkinan terjadi dalam suatu kelompok. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dipantau sejauh mana anak berkembang dalam relationship skill.
Bertanya tentang perasaan anak setelah melakukan sebuah kegiatan merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan. Setelah melakukan kerja sama kelompok, jangan lupa bertanya apa yang membuat anak senang dan apa yang membuat anak bersedih. Kemudian tanamkan secara perlahan apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang perlu ditinggalkan. Dengan bekal sederhana tersebut besar kemungkinan anak untuk selalu menjadi pribadi yang positif.
Semoga bermanfaat!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H