Penulis       : Vidya Dwina Paramita
Penerbit      : Bentang
Cetakan      : Pertama, Maret 2020
Tebal Buku   :192 halaman
Kemampuan membaca adalah salah satu bagian dari kompetensi akademis. Merupakan  sebuah ketrampilan dasar seseorang untuk bisa lanjut mempelajari semua ilmu pengetahuan yang disukai. Bagaimana seseorang bisa mengkorelasikan rangkaian huruf yang dilihatnya berikut maknanya. Terlihat sepele, tapi di dunia pendidikan dasar, ternyata hal itu bukanlah perkara yang ringan. Berat malah. Karena masih banyak dijumpai siswa di jenjang sekolah dasar banyak yang belum bisa membaca.
Hambatan belajar ini jamak dijumpai di banyak sekolah dan daerah. Kasus per kasus akan luar biasa banyak ditemukan di lapangan, siswa yang memiliki gangguan belajar tersebut. Jika mencari penyebabnya, pastinya juga beragam. Tapi jika hanya mencari penyebabnya, hal tersebut tidak menyelesaikan persoalan. Maka yang terpenting adalah solusi, untuk bisa mengatasi dan juga membuat beragam metode mitigasi, untuk mencegah timbulnya hambatan belajar tersebut. Agar  kompetensi membaca ini sukses dimiliki oleh semua siswa, guna memaksimalkan proses belajarnya.
Buku ini hanyalah sebuah alternatif metode. Saya yakin di luar sana ada banyak metode membaca yang juga efektif dalam pelaksanaan pembelajarannya. Namun, buku ini berbeda. Istimewa menurut saya.
Membaca dan Memahami Makna
Ada banyak kasus ditemukan pada jenjang sekolah dasar, di level kelas bawah dijumpai siswa dengan kompetensi membaca, hanya sebatas membunyikan rangkaian hurufnya saja. Pada level kelas atas, juga tidak banyak berubah. Masih banyak siswa untuk memahami makna bacaan juga masih banyak mengalami gangguan. Tak paham dengan apa yang dibaca. Ironi, dan akan menjadi hal yang bisa mengerikan untuk kelanjutannya. Mengapa begitu? Di buku ini dijelaskan dengan sebuah alur sederhana.
Jika anak membaca dengan kondisi terpaksa dan tak memahami maknanya, maka biasanya nilai akademisnya akan buruk. Jika nilai akademis buruk, maka secara tidak langsung dia akan mendapat label anak yang kompetensinya rendah (bodoh). Akibanya, jika sudah mendapat label tersebut, maka dalam proses belajarnya pastilah akan tidak lagi mudah dan menyenangkan untuk dijalankan. Dan bisa jadi hal tersebut akan membuatnya tumbuh dengan pribadi yang meyakini bahwa dirinya adalah anak dengan kompetensi yang memang buruk juga teramat bodoh. Akibat berikutnya, bisa jadi akan membuatnya tidak mempunyai semangat belajar lagi. Kegagalan di awal, yang tidak segera diatasi akan bisa membuat kegagalan itu berulang dan merubah masa depan sebuah generasi.
Tantangan Belajar Membaca