Buku ini seperti buku bunga rampai. Akan ada banyak kumpulan tulisan penulis yang dimuat di berbagai surat kabar. Yang barangkali kita tak sempat membacanya. Misalnya tulisan penulis tentang Gus Dur, Kiai Perubahan. Penulis menulis di kolom tersebut bahwa setiap pemimpin punya janji dan cara berbeda untuk memenuhi janjinya, dan punya cara yang khas. Namun, pemimpin yang hebat tidak sekedar melakukan perubahan, tapi juga mengelolanya dengan manajemen perubahan. Yaitu perubahan yang mendasar, yang mengubah cara dan kebiasaan.
Saat ini IPTEK berkembang sangat cepat dan pesat. Yang harus diwaspadai adalah sebagian besar ilmu ada di dunia maya, dan sebagian ada ditangan orang-orang yang hebat. Maka seorang "Driver" harus bisa kreatif membangun komunitas-komunitas yang bisa memberi dampak manfaat besar bagi masyarakat. Seorang "Driver" yang mampu berpikir, berani mencoba hal-hal baru, tak terbelenggu mitos, kritis terhadap fakta dan informasi, tapi juga harus tau tujuan agar tidak tersesat. Ini penting dan utama. Maka untuk menjadi seorang "Driver" yang disiplin, selalu melakukan maintenance. Rajin dan rutin dalam merawat "kendaraannya".
Menjadi Passenger
Being a good Driver, or bad Driver? Mengapa di buku ini ditulis begitu. Hanya untuk mengingatkan saja. Bahwa ada juga mereka yang menjadi "Driver" bukanlah semata karena kepiawaian menjalankan peran. Melainkan mereka benar-benar sedang sakit. Bisa jadi sakit karena dendam, sebuah janji yang tak dipenuhi, harapan yang pupus, kerinduan yang tak tersampaikan, tekanan yang tak terlupakan, dan seterusnya.
Ini sebuah warning bagus untuk para Driver. Karena harapannya adalah menjadi seorang Driver yang bisa memelopori kemajuan, bukan menjadi pemecah belah yang menyuarakan kesakitan dan penderitaan. Bisa berupa agresi, emosi tak terkendali, mengompori perlawanan, sinis, negative, tak mempercayai kebenaran, memimpin pemberontakan, terlibat dalam kampanye negative, menyebarluaskan kebencian, memutarbalikkan fakta, terlibat gossip dan sebagainya.
Jika hal itu terjadi, lebih baik ambil option menjadi passenger saja. Itu pun tetap dengan catatan. Menjadi passenger yang baik atau bad passenger.
Untuk menjadi a good passenger tetap melalui sebuah perubahan juga. Dimulai dengan menerima realitas yang ada, dan berdamai dengan diri sendiri. Menerima semua hal dengan lapang dada dan lanjut dengan introspeksi diri. Harapannya agar hidup bisa jauh lebih baik, dan kesejahteraan lahir batin bisa terwujud.
Assertiveness
Dibuku ini terdapat sebuah kolom yang cukup menarik. Tulisan penulis yang dimuat di surat kabar Jawa Pos (18/6, 2012). Kata yang bermakna tegas, atau ketegasan. Tapi yang dimaksud penulis adalah sebuah training tentang keberanian menyatakan apa yang ada di pikiran/dirasakan secara jujur dan terbuka tanpa mengganggu hubungan.
Dengan Assertiveness kita akan dilatih untuk berbicara secara terbuka, menyampaikan uneg-uneg agar jika ada hak anda yang diambil oleh orang lain dikembalikan. Namun menggunakan dengan teknik seni tinggi. Yang tidak akan merendahkan martabat diri sendiri juga orang lain. Malah mereka akan dengan cepat menerima dan respek karena kita menegurnya dengan cara yang halus, santun, dan tidak menyakiti perasaan.
                                                                 ***