Mohon tunggu...
Diana Ayu Nindita
Diana Ayu Nindita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seseorang yang ingin menjadikan menulis sebagai hobi dan sarana berbagi, serta menajamkan intelektualitas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

JK Transfer Ilmu Sakti Kepemimpinan

4 Maret 2013   12:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:20 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunikatifnya JK Berbagi Ilmu

Selasa pagi itu, 26 Februari 2013, saya bersiap mengikuti kuliah di UI padahal saya baru saja lulus S1 dua minggu sebelumnya. Tentu saja saya (masih) rajin, kali ini kuliahnya spesial -selain gratis- karena dosen seharinya adalah mantan wakil presiden Indonesia 2004-2009, Dr. Jusuf Kalla atau akrab disapa Pak JK. Gelar Doktor Honoris Causa (Doktor Kehormatan) bidang kepemimpinan dari UI yang baru disematkan padanya membuat Pak JK “wajib” mentransfer ilmu sakti kepemimpinannya. Judul kuliahnya simpel tapi bermakna, yaitu “Kepemimpinan dengan Kepercayaan”.

Kuliah Umum JK, “Kepemimpinan dengan Kepercayaan”

Di awal kuliahnya, JK mengatakan dia belajar kepemimpinan dengan terjun langsung memimpin dalam berbagai bidang selama 35 tahun. Baginya, kepemimpinan adalah cara mencapai tujuan kita dengan sistem yang ada. Beliau lalu memaparkan pengalamannya dalam memimpin bisnis, pemerintahan, dan sosial. Apa yang berbeda dari ketiganya? JK menjawab, “dalam bisnis, kita mengutamakan objektif/tujuan dengan prosedur pencapaiannya yang dapat kita ubah. Sedangkan untuk pemerintahan, prosedurlah yang paling penting dan objektif terkadang dinomorduakan. Lain lagi dengan bidang sosial, yang paling penting ialah menyelamatkan orang, biaya tidak jadi soal.” Untuk menjadi pemimpin yang dipercaya, JK punya formula 3K yang ampuh, yaitu Katakan, Kerjakan, Komunikasikan. “Agar kita dipercaya sebagai pemimpin, formula 3K itu harus dijalankan. Katakan apa yang (ingin) Anda lakukan, kerjakan apa yang Anda katakan, dan komunikasikan apa yang Anda kerjakan dan yang tidak,” tegasnya. Formula 3K ternyata belum cukup. Tak hanya bisa dipercaya, pemimpin pun harus mempercayai bawahannya. “Tugas pertama pemimpin adalah mempercayai orang lain. Ini berlaku untuk kasus apa pun. Contohnya saat saya mengupayakan perdamaian di Aceh. Saya yakinkan tentara bahwa kita harus percaya GAM bisa diajak berdamai dan menjamin bahwa GAM pun akan percaya pada kita. Dua kali pemberontakan di Aceh juga akibat kita tidak memenuhi kepercayaan, karena itu jangan kita ulangi lagi kali ini,” cerita JK. “Dalam bisnis pun, kepercayaan pada anak buah bisa mempercepat proses dan mengurangi cost,” imbuhnya. Cara komunikasi yang baik juga menjadi jurus penting yang harus dikuasai pemimpin. Contohnya dari 2 kasus naiknya harga BBM, pertama pada tahun 2005 di saat harga minyak dunia sangat tinggi dan harga BBM dinaikkan 126% tetapi tidak ada demo dari masyarakat, kedua pada tahun 2011 saat harga BBM direncanakan naik 30% saja namun menuai demo dan alhasil tidak jadi dinaikkan. Mengapa 2 kasus serupa tersebut menimbulkan hasil yang berbeda? JK menjawab, “yang berbeda dari 2 kasus itu adalah cara komunikasinya. Tahun 2005, kita katakan pada masyarakat harga BBM naik dan subsidinya diturunkan. Uang hasil pembelian BBM itu kan dari orang kaya, hasilnya bisa kita alokasikan untuk orang miskin dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT), perbaikan jalanan, kesehatan, dan lain-lain. Kalau tahun 2011, alasan pemerintah menaikkan harga BBM karena fiskal jebol. Lho, siapa yang mengerti fiskal jebol itu apa? Saya saja nggak ngerti. Itulah mengapa pemimpin itu harus tahu bagaimana cara mengkomunikasikan keinginannya.”

Kuliah JK, serius sembari diselingi kelakar khasnya

Untuk menyiapkan komunikasi yang baik dan logis, kita juga perlu tahu siapa lawan kita atau kepada siapa kita mau berkomunikasi. Inilah jurus rahasia JK yang ternyata dipakainya untuk mengantongi izin pemerintah Myanmar agar PMI dapat memberikan bantuan kepada warga Rohingya. “Sebelum bertemu pemimpin Myanmar, saya riset dulu. Saya pelajari siapa yang akan saya hadapi. Saya harus tahu bagaimana karakternya, apa yang dia sukai dan tidak, sampai buku apa yang suka dia baca. Waktu bertemu saya bilang pada dia, Anda mau kan Myanmar maju? Kalau begitu, jangan jadi bangsa yang tertutup. Siapa yang mau investasi di Myanmar kalau akses ke Myanmar ditutup? Lagipula PMI datang bukan untuk memihak, tapi PMI datang untuk melayani semuanya,” cerita JK. Tak heran, kurang lebih 10 menit berunding, JK membawa PMI menjadi organisasi sosial pertama yang dapat menembus wilayah Rohingya. JK juga menambahkan bahwa pemimpin juga harus menjadi tauladan. Contoh kecilnya, kalau seorang ayah memerintahkan anaknya untuk belajar, harusnya ayahnya juga memberi tauladan dengan banyak membaca buku. Kalau anaknya membantah tidak mau belajar, mungkin karena ia tidak pernah melihat ayahnya belajar atau membaca buku. JK percaya, ketauladanan juga akan menghasilkan kepercayaan, dan kepercayaan menghasilkan follower atau pengikut.

Komunikatifnya JK Berbagi Ilmu

Untuk menghindari krisis kepercayaan, pemimpin juga harus berani mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkannya. Pimpinan pemerintahan level atas banyak yang tidak berani mengambil keputusan, sehingga yang pengambilan keputusan untuk negeri kita ini dilakukan oleh Eselon III. Hal ini dikarenakan Presiden minta keputusan menteri, Menteri minta ke Dirjen, Dirjen minta ke Direktur, Direktur minta keputusan Kepala seksi. Menurut hemat JK, banyaknya kasus korupsi yang menjangkiti level bawah pemerintahan seperti bupati/walikota adalah buah dari otonomi daerah sehingga tanggung jawab dibagi ke tingkat bawah, sehingga korupsi pun dibagi juga. Pembagian tanggung jawab yang semestinya adalah pimpinan memberi instruksi/izin sehingga ia pun yang harus bertanggung jawab, dan kalau anak buahnya yang mengerjakan tanpa izin, barulah anak buahnya yang bertanggung jawab. Terakhir, JK berharap pemuda yang berperilaku baik dan dapat dipercaya dapat menjadi pemimpin yang potensial untuk negeri kita. Pemuda sebagai pemimpin juga harus percaya diri, dan bekerja keras karena sebaiknya kepemimpinan kita pelajari dan kita nikmati dari level bawah alias tidak instan. Terima kasih Pak JK atas ilmu sakti kepemimpinan yang engkau taburkan di kuliah umum ini, semoga generasi penerus bangsa bisa memimpin Indonesia sebaik Bapak bahkan lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun