Mohon tunggu...
Diana Arnita
Diana Arnita Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Akuntansi

Syukuri Jalani Nikmati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ini Dunia

7 September 2020   13:07 Diperbarui: 7 September 2020   13:12 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panas mentari terlihat gagah menyinari bumi
Dedaunan tampak layu terkuras energinya
Lalu ranting pohon ku dapati sedang melirikku
Aku tengah pasrah di atas pangkuan ibu
"Buk aku capek"
Kataku jujur tanpa bisa kututupi
Dunia memang tak akan peduli
Akan lelahku akan sedihku
Ku rasa segalanya sudah aku perjuangkan
Nyatanya aku masih saja diperdaya
Keringat, air mata sampai luka tak ada artinya
Karena dunia tak melihat usaha
Bahkan insan yang sudah lelah berjuang
Masih saja diperlakukan tak sepantasnya
Padahal diri ini tak berbuat jahat
Tapi mengapa dunia tak punyai nurani
Rasanya aku ingin membalas dendam
Rasanya aku akan puas jika dunia menderita
Tapi sentuhan tangan ibu membuatku sadar
Aku ini hanya bocah ingusan yang belum punya kuasa
"Buk, ajari aku buat merubah segala bentuk kebencian"
Aku memelas mengatakannya
Berharap ibu mau mengubahku menjadi buah hati yang dulu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun