Pendahuluan
Filsafat adalah ilmu yang dimana unik untuk dipelajari, bukan karna apa tetapi filsafat itu sendiri didalamnya terdapat pemikiran-pemikiran yang lahir yang mempunyai arti dan makna lebih dalam lagi, namun kebanyakan orang berpikir bahwa filsafat itu pengetahuan yang rumit, berbelit, dan juga membosankan, tapi ada juga orang berpikir bahwa filsafat itu ilmu yang banyak mengandung wawasan luas, dikarenakan filsafat sendiri ini dapat melibatkan permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika dunia semakin modern atau maju.
Karna itu meskipun ada yang beranggapan bahwa ilmu ini sangat rumit, berbelit, namun disisi lain juga terdapat keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan yang lain, banyak mengajarkan lebih banyak manfaat dan kegunaan yang bisa digunakan dikehidupan ini. (Minabari 2019)
Nativisme sendiri berasal dari kata Nativus yang memiliki arti kelahiran, teori nativisme ini lahir dengan tujuan untuk menghasilkan satu kesimpulan bahwa perkembangan anak itu sudah ditentukan sejak mereka lahir, pembawaan dari lahir maupun hereditas mereka masing-masing juga dapat dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan yang ada disekitarnya yang menyatakan dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak.
Pembahasan
Aliran Nativisme
Schopen Hauwer merupakan salahsatu tokoh aliran ini yang berpendapat bahwa manusia lahir didunia itu sudah dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek, terkait juga dengan lingkungan disekitar mereka yang kurang berpengaruh terhadap lingkungan mereka, oleh sebab itu hasil akhir yang didapatkan yakni usaha mereka sendiri dan kesadaran mereka sendiri akan hal itu.
Nah dinilai berdasarkan adanya pandangan ini maka keberhasian yang diraih dari anak itu sendiri. . Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan perkembangan anak sendiri.Bagi orang yang mengikuti aliran nativisme ini lingkungan tidak adanya pengaruh perkembangan terhadap ana.
Bagi yang menganut aliran nativisme ini mereka kebanyakan jika mempunyai seorang anak yang punya karakter baik maka pembawaannya tersebut juga baik. begitupun sebaliknya jika anak mempunyai karakter buruk maka tidak mungkin pembawaannya baik, karena hal itu sudah tidak dapat diubah lagi baik dari kekuatan luar sekalipun. (AnggitAdiPrasetyo 2012)
Aliran atau teori nativisme ini juga kalau masuk didunia pendidikan Sekolah Dasar mereka akan berusaha mengembangkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan, bakat, kompetensi dalam melakukan apapun itu, dimana hal itu dapat dimiliki oleh tiap individu, misalnya terdapat peserta didik dengan IQ tinggi diatas rata-rata maka itu terjadi sudah sejak lahir dia dikaruniai oleh tuhan, bukan dari faktor lainnya seperti kondisi lingkungan disekitar mereka ataupun mereka mengikuti les bimbingan tersendiri.
Nah jadi teori ini baik sadar maupun tidaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung sebenarnya teori ini sudah diterapkan oleh sebagian besar sekolah-sekolah yang ada diIndonesia.
Adapun dua hal yang dapat kita implementasikan didalam teori ini dalam sekolah yakni diadakannya Tes pada awal masuknya sekolah baik menengah pertama ataupun sekolah menengah keatas yang terdiri dari jurusan-jurusan, jika dilihat dari ini, ini termasuk kedalam teroi nativisme karna sekolah menguji kemampuan tes pada peserta didik baik secara potensi, bakat, maupun minat. (Yuhwaningsih 2019)
Penutup
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa teori nativisme ini memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat, minat, mengubah diri menjadi lebih berkompetensi, tidak goyah dalam menentukan pilihan apapun itu, karna dilihat dari tujuan teori ini benar adanya dalam menggali bakat dan minat setiap individu tanpa melihat dari faktor apapun itu, seperti faktor terhadap lingkungan sekitarnya. (Burhanudin 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H