Sebagai psikolog dan pengajar tentu aku sangat menyukai berbagi informasi dengan orang lain di berbagai kalangan. Kadang jika ditanya berapa biaya yang kudapat sekali ngisi acara, itu bergantung dengan pihak penyelenggara. Tidak sedikit acara yang kuisi tidak dibayar oleh pihak penyelenggara, aku mengangapnya sebagai bentuk amal.Â
Dalam ajaran Islam ada tiga amal kebaikan yang tidak akan putus meskipun orang itu meninggal yaitu 1. Doa anak yang shale, 2. Harta jariah, 3. Ilmu yang bermanfaat. Aku menjadikan ilmu yang kupelajari sebagai bentuk amal jariah, apa yang kupelajari dijadikan pembelajaran mengubah perilaku dan kehidupan orang lain aku bersyukur sekali.Â
Dalam perjalanan karirku seringkali aku mengalami pembatalan kegiatan, jika pengeyelanggaranya adalah lembaga profesional, aku berhak mengajukan protesku, mereka menggantikan kompensasi kerugian dengan cara menunda kegiatan atau membayar kerugian yang kualami. Jika kegiatan itu bersifat berbayar, namun bagaimana jika kegiatan itu gratis?
Beberapa waktu yang lalu ada perwakilan mahasiswa memintaku menjadi pembicara di kegiatan kampusnya, namun mereka mengakui tidak memiliki dana sehingga tidak bisa melakukan pembayaran untuk narasumber.Â
Aku mengatakan tidak masalah, namun kuberikan tipsnya sebaiknya jika meminta penawarna narasumber jangan langsung tembak bahwa acaranya gratis. Hal ini bisa merusak nama instansi, gak enak kan jadi bahan pembicaraan di belakang oleh narasumber lainnya, "Masa' kampus X gak bisa bayar biaya narasumber? padahal biaya SPP nya mahal, padahal kampus elit, padahal kampus favorit."
Oleh karena itu aku ajarkan untuk mengganti penawarannya menjadi media partner, berikan kompensasi ke narasumber seperti promo lembaganya atau melakukan branding namanya kalau bahasa milineal adalah exposure.Â
Singkat cerita, aku menerima tawarannya dengan tanggal yang ditentukan dan syarat yang kuberikan. Sebenarnya ada acara yang kubatalkan karena kegiatan narasumber amal ini, namun aku tidak mempermasalahkan. Aku selalu berprinsip rezeki sudah diatur oleh Allah, jika aku melakukan kebaikan sekarang Allah akan membalas kebaikanku kelak.Â
Menjadi narasumber bukan perkara gampang, sebagai narasumber, aku selalu menyesuaikan materiku dengan tema yang diberikan. Aku membaca jurnal berkaitan dengan tren kekinian, membaca sumber pustaka lalu menuliskannya dalam bentuk materi PPT. Sehingga apa yang kusampaikan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan dan keprofesian.Â
Di siang hari aku mendapatkan info dari panitia bahwa acaranya yang kuiisi setelah dilakukan rapat ulang dengan panitia dibatalkan dan diganti oleh narasumber lain dari universitas mereka. Aku sempat terdiam sesaat untuk mengendalikan kekecewaan di dalam diriku, ada emosi kesal dan kecewa beradu.Â
Perwakilan panitia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku mencoba memaklumi karena posisi tawar sebagai mahasiswa tidak terlalu baik, apalagi jika dosen sudah melakukan intervensi. Aku mencoba berdamai dengan diriku, lalu aku mendapatkan informasi bahwa kegiatan tersebut kemungkinan dialihkan menjadi kegiatan pengabdian dosen.Â
Aku hanya bisa mengatakan 'oohh...'Â