Mohon tunggu...
Diana Apriani
Diana Apriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa fkip ppkn universitas pamulang

pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Memahami Materi PPKn

11 Juni 2021   23:39 Diperbarui: 11 Juni 2021   23:54 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman. Keberagaman yang ada telah menjadi simbol persatuan dan dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, kita harus menjaganya agar tetap utuh dan harmonis. Namun, belakangan ini Indonesia kerap mengalami krisis toleransi. Perbedaan yang ada justru menimbulkan perpecahan. Padahal, perbedaan itu sendirilah yang seharusnya membuat Indonesia menjadi indah karena lebih "berwarna".

Sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan menganut paham toleransi. Jangan sampai Indonesia terpecah-belah akibat isu-isu negatif. Ingat kata pepatah, "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi sumber daya alam maupun keberagamannya. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari keberagaman suku, keberagaman agama, keberagaman ras, dan juga keberagaman anggota golongan.

Menurut H.A.R Tilaar[1], mengemukakan bahwa wajah Indonesia ialah Bhineka menuntut sikap toleran yang tinggi dari setiap anggota masyarakat. Dengan adanya keberagaman yang ada, seseorang dituntut untuk saling menghargai satu sama lain, agar terciptanya sebuah kehidupan sosial yang harmonisan. Sikap toleransi tersebut harus diwujudkan oleh semua anggota dan lapisan masyarakat agar terbentuknya suatu masyarakat yang kompak. Sikap toleransi ini perlu dikembangkan dalam pendidikan.

pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat negara kesatuan republik Indonesia adalah negara kebangsaan moderen. Negara kebangsaan moderen adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekat masyarakat untuk membangun masa depan bersama dibawah satu negara yang saman walaupun warga masyarakat tersebut berbeda agama, ras, etnik, atau golongannya.

Dalam pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan terdapat sebuah materi harmoni keberaagaman masyarakat Indonesia, yang berisi tentang (1) makna harmoni dalam keberagaman sosial budaya, ekonomi, dan gender dalam Bhinneka Tunggal Ika, (2) permasalahan dan akibat yang muncul dalam keberagaman masyarakat Indonesia, (3) upaya penyelesaian masalah dalam keberagaman sosial budaya, ekonomi, dan gender.

Kata "Harmonisasi" berasal dari bahasa yunani, yaitu kata "Harmonia" yang artinya terikat secara serasi dan sesuai. Menurut kamus besar bahasa Indonesia harmoni yang artinya pernyataan, aksi, gagasan, dan minat; keselarasan; keserasian[1]. Menurut arti filsafat, harmonisasi diartikan "kerjasama antara berbagai faktor yang sedemikaian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur"[2]. Istilah harmonisasi secara etimologis menunjuk pada proses yang bermula dari suatu upaya, untuk menuju atau merealisasi sistem harmoni, istilah harmoni juga diartikan keselarasan, kecocokan, keserasian, keseimbangan yang menyenangkan, menurut arti psikologis, harmonisasi diartikan sebagai keseimbangan dan kesesuaian segi-segi dalam perasaan, alam pikiran dan perbuatan individu, sehingga tidak terjadi hal-hal ketegangan yang berlebihan[3].

Indonesia membutuhkan generasi yang toleran. Generasi penerus harus mampu menghargai keberagaman. Generasi penerus juga harus mampu menciptakan harmoni dalam aneka ragam perbedaan di negeri ini. Agar Indonesia bisa menjadi alunan orchestra, yang terdiri  

 

Pendidikan, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara [2].

Pendidikan kewarganegaraan sendiri merupakan pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai toleransi dalam bermasyarakat agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan. Karena dinilai penting, pendidikan kewarganegaraan ini sudah diterapkan sejak usia dini disetiap jejang  

banyak instrument musik tapi tetap enak didengar, itulah harmoni dalam keberagaman. Alexander O. Karpov[1], toleransi sebagai kemampuan batin yang mendalam (bukan kemauan yang terprogram secara sosial!) untuk hidup berdampingan dengan yang berbeda, untuk hidup di dalam disonansi budaya. Ada tiga modi dari toleransi yang dipersonifikasikan, ini adalah 1) untuk menerima perbedaan; 2) untuk memahami perbedaan; 3) untuk hidup berdampingan. Ubniyazova Shyryn, Bulshekbayeva Assem, dan Bissenbayeva Zhanat[2], toleransi dianggap sebagai sistem internal sumber daya individu yang membentuk dasar budaya.

 

Di era reformasi ini sering terjadi berbagai masalah. Salah satunya masalah yang terjadi adalah sering terjadi selisih pendapat dan pemahaman sesama manusia yang nantinya akan berdampak panjang bagi generasi selanjutnya, apa lagi membawa nama agama yang sensitif di berbagai bidang. Agama yang seharusnya menjadi solusi atas masalah sosial yang terjadi malah memicu timbulnya permasalahan. Ini dikarenakan kurang adanya pembahasan dan pembelajaran masyarakat mengenai tanggung jawab masyarakat. Hal ini mengakibatkan menurunnya sikap kebersamaan dan toleransi antara sesama manusia. Sikap toleransi yang rendah akan membuat bangsa Indonesia menjadi anti toleransi dan sering terjadi konflik. Anti toleransi sendiri ditandai dengan meningkatnya rasa benci dan saling curiga antara sesama manusia. Niclas Berggren, Therese Nilsson[3], toleransi adalah sikap keterbukaan sosial, bahkan terhadap pendapat, karakteristik, dan perilaku yang tidak disukai seseorang.

Nilai-nilai multikultural juga dapat diterapkan dalam pendidikan sebagai materi dan praktik di sekolah. Pendidikan sebagai ruang transformasi budaya yang hendaknya selalu mengedepankan multikultiral. Selain di dalam sekolah nilai multikultural juga dapat diterapkan dalam keluarga. Nilai budaya yang diterapkan seorang ibu kepada anaknya bertujuan untuk membentuk tingkah lakunya di masyarakat sehingga sesuai dengan norma yang berlaku. Ellen Geboers, Femke Geijsel, Wilfried Admiraal, Geert ten Dam[4], untuk kaum muda, sekolah tidak  

hanya merupakan salah satu dari praktik-praktik tersebut, tetapi juga merupakan institusi secara eksplisit yang bertujuan untuk memfasilitasi dan memadukan pengembangan kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu media untuk mengajarkan kehidupan bermasyarakat kepada siswa. Materi pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk mengenal keberagaman masyarakat Indonesia yang ada untuk tidak membeda-bedakan orang lain, saling menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan saling menghargai satu sama lainnya dalam hidup yang harmonis. Mendidik siswa untuk lebih memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama manusia yang berada dalam satu negara yang sama.

Perlu upaya untuk mencegah adanya intoleransi, agar jiwa toleransi pada remaja tidak hilang. Maka dari itu pendidikan kewarganegaraan dalam hal memberikan pendidikan kepada siswa untuk dapat berinteraksi antar sesama, dapat saling menghargai perbedaan dan saling menghormati antar sesama manusia. Perlu untuk dilakukan pemahaman materi harmoni keberagaman masyarakat Indonesia dilakukan secara terus menerus dan mendalam agar siswa memahami dengan baik dan benar akan arti penting nilai toleransi. Menurut kamus besar bahasa indonesia, Pemahaman adalah proses, cara, pembuatan memahami atau memahamkan[1].

 

Dengan harapan adanya bekal pemahaman materi harmoni keberagaman masyarakat Indonesia tersebut para siswa memiliki jiwa toleransi yang baik. Pemahaman harmoni keberagaman masyarakat Indonesia mempunyai fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun