Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karir Milenial Pecicilan Bisa Terancam Karena Kompetensi dan Passionnya Lho

19 September 2019   19:17 Diperbarui: 31 Oktober 2021   21:05 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : interview-coach.co.uk

Adalah sebuah Komunitas Sosial yang dibentuk oleh berbagai Profesional untuk berfokus kepada Continuous Improvement and Strategy management.

Dengan memahami keadaan dunia global yang semakin ketat karena daya saing yang tinggi saat ini. Dalam E-meet-nya yang berlangsung pada 18 September 2019 lalu, Komunitas sosial ini turut mengusungkan tema "Talent Challengs in Now and Future".

Melalui salahsatu Aplikasi online, Webinar yang diadakan tersebut diisi oleh Coach Peter Febian yang namanya pasti tidak asing lagi bagi para pengguna media LinkedIn. 

Seperti tak ada bosannya. Mengenai Millennial selalu jadi pembahasan menarik bagi kalangan Pemerhati, dan salahsatunya adalah Para Profesional yang tergabung dalam Webinar tersebut. Karena menyadari berbagai perubahan pada sebagian aspek saat ini dan untuk masa mendatang, maka dengan materi yang dibawakannya, Pak Peter telah menyimpulkan beberapa point dalam "Our Recent Landscape" seperti berikut ini: 

  1. Globalisasi + Konflik Ekonomi + Ideologi Dunia
  2. Vulnerability, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA)
  3. Revolusi Paradigma & Metode Lama
  4. Robotik, Otomatisasi, Artificial Intelligence, Machine Learning
  5. Wacana Perubahaan UU Ketenagakerjaan RI

Yang mana secara garis besar dalam ke-lima poin di atas tersebut adalah dimaksudkan agar kita semua dapat seawal mungkin mengenali potensi maupun blind spot dalam penentuan arah karir kita, berdasarkan kompetensi maupun keterbatasan diri selama ini. 

Sebagai generasi muda yang dikenal pecicilan di zaman now, fenomena Millennial dengan karakternya yang khas memang sering mengundang berbagai prespektif yang menjadikannya sebagai generasi unik, dan khusus. 

Dengan karakter yang hampir bertolak belakang terhadap generasi sebelumnya. Ditambah sering dianggap sebagai kutu loncat, sejatinya dalam dunia kerja Millennial termasuk pekerja yang kreatif dibarengi kemampuan daya pikir hebatnya lho. 

Dapat diakui seperti yang dikatakan oleh Pak Peter bahwa Millennial dibekali dengan otak kiri yang luar biasa, ketahanan terhadap jam kerja yang relatif lama, dan keahlian dalam menguasai banyak tugas dalam sebuah pekerjaan. Maka cocoklah jika sekumpulan Millennial banyak ditemukan pada Perusahaan-perusahaan Startup. 

Namun sayangnya, Millennial Pecicilan kerap kali belum sepenuhnya menguasai diri dalam kematangan emosional, termasuk di dunia kerja. Alhasil, Millennial rentan mengalami stress karena apa yang dilakukan menjadi tidak terarah dan membingungkan bagi dirinya sendiri ketika berkarir. 

Sumber : https://www.prevuemeetings.com
Sumber : https://www.prevuemeetings.com
Dan dijelaskan bahwa kecenderungan kita selama ini adalah belum benar-benar memahami tentang Akademis, Pengalaman (masa kerja), Kompetensi utama (kepada perusahaan misalnya), dan Passion yang dimiliki. Atau bisa disimpulkan sebagai keterlambatan dalam menyadari hal tersebut. Yang pada akhirnya kekeliruan seperti itu dapat mengancam Millennial meliputi aspek internal dan eksternalnya. 

Generasi Millennial akan terjebak di mana ia merasa dilematis antara Kompetensi dan Passion yang dimilikinya. Maka tak jarang juga Millennial lebih memilih untuk mundur (resign) dari pekerjaannya lantaran apa yang dikerjakannya selama ini ternyata tidak sesuai dengan Passionnya. 

Klasik memang alasan tersebut, namun hal itulah yang semakin banyak dijumpai pada generasi Millennial saat ini. Dan parahnya adalah karir mereka akan jadi taruhannya. Katanya, jika kita bekerja sesuai dengan passion, baru hasilnya akan maksimal. Bagai kaset kusut lagu lama kedengarannya. 

Padahal jika berbicara kontribusi terhadap sebuah Perusahaan, dijelaskan pula bahwa Rekruiter akan lebih memilih Pegawai yang berkompeten. Perihal si Pegawai ternyata Passionate juga dalam kompetensinya, maka itu adalah sebuah bonus yang bisa saja bersifat kebetulan. Karena passion saja tidak cukup bagi kepuasan sebuah Perusahaan terhadap kualitas kerja Pegawainya.

Sejatinya, memang tak bisa disalahkan jika seseorang ingin meniti karir yang sesuai dengan passionnya, itu hak setiap orang termasuk Millennial. Namun yang menjadi masalah besar adalah ketika kita hidup di tengah lautan ketidakpastian ini, ditambah daya saing yang semakin tinggi bersama era robotik dan kecerdasaan buatan. 

Apa kata dunia jika pada akhirnya kita terlambat dalam membedakan antara Kompetensi dan Passion yang dimiliki, sementara kaki sudah hampir sepenuhnya tenggelam. 

Mau mulai dari awal pun bukan hanya waktu yang jadi pertimbangannya, melainkan dengan banyaknya kecanggihan teknologi dari waktu ke waktu yang mampu menggeser posisi manusia di dunia kerja.

*Terimakasih atas Ilmu dan Pengalamannya Pak Peter Febian 

Tangerang, 19 September 2019

Diana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun