Klasik memang alasan tersebut, namun hal itulah yang semakin banyak dijumpai pada generasi Millennial saat ini. Dan parahnya adalah karir mereka akan jadi taruhannya. Katanya, jika kita bekerja sesuai dengan passion, baru hasilnya akan maksimal. Bagai kaset kusut lagu lama kedengarannya.Â
Padahal jika berbicara kontribusi terhadap sebuah Perusahaan, dijelaskan pula bahwa Rekruiter akan lebih memilih Pegawai yang berkompeten. Perihal si Pegawai ternyata Passionate juga dalam kompetensinya, maka itu adalah sebuah bonus yang bisa saja bersifat kebetulan. Karena passion saja tidak cukup bagi kepuasan sebuah Perusahaan terhadap kualitas kerja Pegawainya.
Sejatinya, memang tak bisa disalahkan jika seseorang ingin meniti karir yang sesuai dengan passionnya, itu hak setiap orang termasuk Millennial. Namun yang menjadi masalah besar adalah ketika kita hidup di tengah lautan ketidakpastian ini, ditambah daya saing yang semakin tinggi bersama era robotik dan kecerdasaan buatan.Â
Apa kata dunia jika pada akhirnya kita terlambat dalam membedakan antara Kompetensi dan Passion yang dimiliki, sementara kaki sudah hampir sepenuhnya tenggelam.Â
Mau mulai dari awal pun bukan hanya waktu yang jadi pertimbangannya, melainkan dengan banyaknya kecanggihan teknologi dari waktu ke waktu yang mampu menggeser posisi manusia di dunia kerja.
*Terimakasih atas Ilmu dan Pengalamannya Pak Peter FebianÂ
Tangerang, 19 September 2019
Diana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H