Untuk generasi milenial pasti sudah tidak asing lagi dengan serial film kartun berjudul "Hey Arnold". Film ini menayangkan keseharian dari karakter Arnold Shortman dan teman-temannya. Berkat Arnold yang digambarkan sebagai anak lelaki berkepala lonjong (football head) yang baik hati, senang membantu dan pintar, terutama dalam memecahkan masalah, menjadikan film ini ramah dilihat oleh anak-anak.
Ah kata siapa film kartun ini ramah dilihat oleh anak-anak? Buktinya di antara teman-teman Arnold ada salah satu karakter yang sifatnya sangat berlawanan dengan Arnold, yaitu Helga G. Pataki. Meskipun seorang anak perempuan namun Helga terkenal dengan sifat yang jahil, pemarah, antisosial, masa bodo, senang bertengkar, dan sering mengepalkan tangannya untuk menonjok teman-teman yang dia rasa mengganggu.
Jika kita kembali bernostalgia dengan film kartun zaman old ini pasti kita akan tertawa-tawa dengan tingkah Helga yang unik. Misalnya ketika Helga melihat Arnold di kelas, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Helga iseng melempar gumpalan kertas ke kepala Arnold. Lebih lucunya lagi kalau mereka bersenggolan di persimpangan jalan maka si Arnold akan habis dimaki-maki oleh mulut Helga yang mengatakan untuk berhati-hati kalau jalan, padahal yang nyenggol si Arnold kan Helga sendiri wkwkkk.
Eitsss, tunggu dulu. Karakter Helga yang kurang baik tersebut tak semata-mata sengaja dibuat seperti itu lho. Karena di balik karakter Helga yang menyebalkan ternyata tersembunyi kepribadian yang mengagumkan.
Mengagumi karakter kartun si Helga Pataki
Menariknya, Helga ini memiliki kepribadian yang kurang jujur, terutama pada urusan percintaannya. Seperti yang kita ketahui meskipun tingkah Helga yang terlihat seolah-olah membenci Arnold, sebenarnya Helga sangat mencintai Arnold. Ya bisa dibilang dia adalah pengagum rahasia Arnold. Eh bukan sekadar pengagum saja melainkan penyelamat rahasia ketika Arnold mendapatkan masalah.
"Talk less, do more" sepertinya cocok diberikan kepada karakter Helga ini, sebab dalam kesehariannya Helga terlihat seperti orang yang tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Padahal kenyataannya tidak lah begitu. Di balik sosok Helga yang menyebalkan terdapat rasa empati yang sangat tinggi, semua terbukti dengan beberapa tantangan yang harus dilalui Arnold dan teman-temannya dapat diatasi berkat bantuan Helga.
Helga adalah tipe orang yang sering berbohong terhadap perasaanya sendiri, tapi Helga bukan lah tipe orang yang hobinya sesumbar, banyak omong, ataupun lebay dalam menunjukan rasa kepeduliannya kepada seseorang. Bagi Helga tentang apa yang dilakukannya adalah tangan kanan memberi, maka tangan kiri tak perlu tahu. Coba deh ingat kembali bagaimana Helga membantu secara diam-diam, sesudah membantu dia pasti akan bersembunyi atau mengintip di balik tembok saja.
Hal ini jelas berbeda jauh dengan fenomena kekinian saat ini, di mana banyak orang yang belum berbuat apa-apa tentang rasa kepeduliannya tapi sudah berani sesumbar, menuduh, menghakimi dan memperingati ke sana-sini. Yang penting diekspos dulu rasa kepeduliannya, terus viral di berbagai media, masalah pelaksanaannya jadi atau tidak itu mah urusan nanti, kan yang penting sensasi dulu. Memang semua pasti diawali oleh niat, tapi niat yang baik bukan lah "Talk only, no action".
Sedalam-dalamnya lautan masih bisa diukur, namun hati manusia, siapa yang tahu? Begitulah pepatah jadul yang sampai saat ini masih berlaku untuk meneduhkan terhadap parameter hati manusia yang sering diukur seenak jidat hanya dari apa yang terlihat saja. Seseorang yang terlihat senyum belum tentu hatinya bahagia, pun seseorang yang menangis belum tentu hatinya bersedih.
Siapa sangka di balik sifat Helga yang terlihat menyebalkan dan masa bodo terdapat rasa empati yang sangat tinggi di dalam hatinya. Dan di kehidupan nyata, siapa sangka di balik orang yang berapi-api menunjukan rasa kepeduliannya ternyata tersembunyi sesuatu yang berlawanan di dalam hatinya. Siapa yang tahu bagaimana keadaan hati seseorang? Hanya orang tersebut dan Tuhan lah yang tahu.
Saya tidak mengharapkan kebohongan dari sosok Helga untuk dikagumi, melainkan rasa dan aksi kepeduliannya yang tidak terlihat lah yang luar biasa untuk dijadikan pelajaran dalam hidup ini.Â
Salam.
Tangerang, 8 Februari 2018
Diana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H