Micheal Learns To Rock atau biasa dikenal dengan MLTR adalah group band yang berasal dari Denmark, walaupun terbentuk di era kekinian zaman Orang tua saya namun Lagu-lagunya masih banyak dikagumi pada saat ini, termasuk saya yang hapal betul dengan lirik salah satu lagunya yaitu "Sleeping Child". Lagu Sleeping Child menjadi lagu favorit saya, pun ketika karaokean bersama teman-teman. Saya tak peduli kalau hanya saya sendiri yang menyanyikan lagu itu, walau dengan suara rombeng saya tetap pede bernyanyi dan menikmati setiap pesan perdamaian yang diselipkan pada lirik lagu tersebut.
Ketika pagi mengawali kegiatan sehari - hari sampai di perjalanan pulang saya yang lelah, saya bisa berulang kali mendengarkan lagu Sleeping child dengan mode repeat. Bagaimana tidak, lagu tersebut sangat menenangkan hati dalam berbagai keadaan yang dirasakan, terlebih dengan keadaan zaman sekarang atau zaman now yang semraut tak karuan. Ketika krisis moneter terjadi di Indonesia, saya masih seorang anak kecil yang saat berjalanan pun bisa terjatuh bila bersenggolan dengan batu kerikil di tanah, kurang lebih seperti itulah permasalahan saya di era 98, mana saya tahu dengan nilai rupiah yang merosot kala itu. Tapi berbeda dengan orang tua saya yang sibuk dengan berbagai permasalahan tentang bagaimana harus melanjutkan hidup bersama ketiga anaknya yang masih kecil, harus pinjam uang kemana lagi ? sementara saudara juga sama susahnya.
Entah dunia yang semakin kejam atau memang usia saya yang semakin bertambah, namun seiring perjalanan hidup ini rasanya bagian dari lirik lagu Sleeping child yaitu "The world's so wild" semakin terasa.Â
Sebab akhir-akhir ini memang banyak sekali permasalahan yang sebetulnya sangat sedeharna untuk diselesaikan sesederhana pemikiran anak-anak untuk bahagia, tapi apa daya jika semakin majunya peradaban dunia malah menjadikan banyak orang bersikap seolah mereka adalah hakim dunia akhirat. Kalau tak percaya, coba kembali mengingat kejadian tahun lalu tentang konflik politik yang katanya dibumbui dengan SARA, saat konflik tersebut terjadi banyak ditemui perpecahan dari hubungan yang sebelumnya baik-baik  saja menjadi renggang bahkan ada yang bertahan sampai sekarang persis seperti film dendam nyi pelet.Â
Dalam sebuah tulisan seroang Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Abddurahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur yang berisi "Tuhan tidak perlu dibela" rasanya masih sangat relevan untuk dipahami sampai sekarang ini, bahkan perlu ! dimana ketika seseorang atau kelompok melakukan gerakan atas nama Tuhan dan Agama dengan berapi-api namun lupa bahwa Tuhan maha besar, karena bisa saja yang dibela saat itu bukan lah Tuhan, melainkan kepentingan dan pendapat pribadi saja.
Beralih dari konflik tersebut, kita kembali dihadapkan dengan kabar bahwa seorang artis terkenal yaitu Rina nose telah melapas hijabnya. Komentar dari berbagai kalangan pun turut mengiringi proses perubahan Rina nose, mulai dari Tokoh agama, orang biasa saja seperti teman-teman saya, hingga sampai pada brand hijab terkenal. Wah, jika banyak kalangan yang berkomentar biasanya adalah cenderung negatif, karena menemukan tulisan berupa pujian justru semakin sulit di zaman now ini.Â
Meski sekarang orang-orang yang mendadak bijak agak kerepotan untuk mengutarakan ujaran negatif dikolom komentar milik instagram Rina nose yang dinonaktifkan, sepertinya hal tersebut tidak mematahkan semangat mereka untuk menghina dan merasa bahwa diri mereka lah yang lebih baik. Saya pribadi juga tidak menuliskan tulisan ini seolah saya membela tentang keputusan Rina nose tersebut, toh saya gak kenal sama dia, sebab saya hanya melihat dari sisi bagaimana manusia semakin mudah berkomentar menyakiti sementara dirinya belum tentu lebih baik, dan ini lah yang membuat dunia semakin kejam di zaman now. Bukan kah kutipan dari Dalai Lama tentang "Jika tak bisa menolong, setidaknya jangan menyakiti" cukup mewakili permasalahan ini.
Dan saat ini saya tinggal di daerah Tangerang, lebih persisnya adalah dekat dengan kejadian yang sempat viral tentang pengarakan pasangan sejoli yang diperlakukan tak semestinya. Meski tak melihat secara langsung kejadian tersebut tapi saya yakin bahwa semua orang  bisa merasakan betapa kejamnya para pelaku pengarakan tersebut. Alih-alih ingin menciptakan lingkungan yang sehat dari berbagai aspek malah melenceng dari aturan yang seharusnya, mereka melupakan tentang HAM (maaf atau bahkan tidak tahu) yang melekat pada setiap diri manusia, sehingga mereka tega melakukan hukuman seenak jidat pada korban.
Dapat dibayangkan bagaimana kelakuan orang-orang tersebut sehingga menciptakan dunia yang dinilai kejam untuk kita hadapi. Zaman now ini, jika sedikit melangkah ke arah yang berbeda atau dicurigai maka bersiaplah untuk menanggung genderang perang atau malah dituduh sebagai pemecah belah, jujur bahwa saya juga bukan lah orang yang baik, dan tak bermaksud untuk menuliskan bahwa saya adalah orang baik. Saya hanya sekedar menuliskan tentang lagu Sleeping Child yang semakin memenangkan hati untuk didengarkan dengan gambaran zaman now yang semraut. Dan beruntunglah bagi ponakan-ponakan saya yang masih kecil dan imut-imut ini bisa terlelap tanpa memikirkan keadaan pada saat ini.
Salam hangat, Diana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H