Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lebih Asyik Baca Komentarnya daripada Beritanya

10 Juni 2017   11:50 Diperbarui: 16 Agustus 2017   21:13 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : businesstech.co.za

Di zaman serbacanggih seperti ini berita atau informasi dapat diolah dalam bentuk tulisan, foto, ataupun video yang kemudian di-posting melalui media sosial seperti YouTube, Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya. Baik itu berita tentang politik, kriminal, pendidikan atau selebritas pasti sangat mudah kita dapat dari berbagai sumber.

Kemudian ada satu hal yang paling menarik ketika membaca sebuah berita di media sosial, yaitu "lebih asyik membaca komentarnya daripada beritanya". Aku rasa sebagian orang juga pasti merasakan hal yang sama. Jangankan ketika membaca berita di media sosial, bahkan ketika kita hendak download sebuah film atau aplikasi, pasti beberapa orang ada yang membaca komentarnya terlebih dahulu sebelum download dengan tujuan apakah film atau aplikasi yang akan di-download bagus atau tidak.

Kebebasan berpendapat pada kenyataannya memang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengutarakan pendapatnya di publik, baik itu yang pro maupun kontra terhadap sebuah berita atau informasi yang salah satunya adalah dengan cara berkomentar di media sosial. Pada kenyataannya, ketika kita larut, rela, dan asyik scroll serta membaca komentar netizen sampai komentar paling awal pasti sadar tak sadar kita mendapati beberapa hal seperti ini.

Tanpa sadar kita telah menikmati hate speech
Ah masa iya cuma baca doang kok bisa menikmati? Padahal kan gak ikut-ikutan komentar lho, apalagi ikutan tulis komentar hate speech. Perdebatan sengit antarnetizen sering kali terjadi di kolom komentar dan menimbulkan keributan yang bisa dinikmati oleh silent reader. Lho, bener kan? Memang pada kenyataannya kita lebih menikmati dan asik membaca komentar-komentar yang berisi hate speech. Kadang ketika sedang asyik membaca komentar suatu berita yang mengundang keributan, diri kita lebih meletakkan ke sisi netral dan tak memihak yang pro maupun yang kontra. Nah, sadar gak sadar sebenarnya kita telah menikmati komentar-komentar hate speech.

Haters dan fans sibuk dan ribut dengan pendapat mereka
Hal seperti ini paling mudah ditemukan di postingan berita tentang selebritas. Eh, dunia politik juga gak kalah hebohnya kok akhir-akhir ini hehee. Baik haters maupun fans, mereka sibuk saling berkomentar dengan pendapat mereka masing-masing, mulai komentar kata-kata bijak sampai kata-kata kasar menghiasi sebuah posting-an berita. 

Instagram dan Facebook adalah media sosial yang paling sering terjadi perseteruan sengit di kolom komentarnya. Lucunya, ketika fans dan haters sibuk beradu pendapat, si pemilik akun Instagram atau seseorang yang diberitakan (biasanya selebritas) tak pernah muncul memberikan komentar. Wah, kasihan ya mereka yang emosinya berapi-api membenci dan membela tapi gak ada hasil yang jelas dari komentarnya di media sosial. Kalau kuota internet berkurang, mata sepet, dan jari pegel-pegel mah itu sudah pasti wkwkkk.

Akun palsu
Ternyata tak semua netizen berani menunjukkan identitas mereka ketika berkomentar di media sosial lho. Membuat akun palsu menjadi cara paling ampuh menyalurkan hasrat mereka yang ingin beradu pendapat. Jadi, tak heran jika semakin kasar komentarnya, semakin tak karuan foto dan nama dari akun yang memberikan komentar tersebut.

Nah, biasanya yang rela membuat akun palsu adalah mereka yang memosisikan dirinya sebagai haters atau kontra terhadap sebuah posting-an di media sosial, entah deh apakah mereka mendapatkan imbalan atau tidak, ya mending kalau dapat upah dari pihak bersangkutan, nah kalo cuma buang-buang kuota internet dan bikin hati makin emosi? Wah, kasian juga ya kerjaannya hanya menyebar kebencian.

Asyik membaca komentar netizen yang bertengkar bukan berarti menimbulkan perasaan bahagia ya melihat mereka bertengkar tak karuan di dunia maya. Mungkin sulit untuk dijelaskan, tapi kalau digambarkan sih ibaratnya sedang menonton tetangga yang sedang bertengkar. Kalian tak memihak salah satu dari mereka yang bertengkar, tapi kalian asyik dan penasaran menonton pertengkaran tersebut berakhir sampai mana.

Mulai dari orang tua, dewasa, dan remaja turut serta dalam memberikan komentar di media sosial. Namun, yang paling disayangkan adalah tak jarangnya ditemukan pemilik akun yang usianya masih anak-anak, wah mereka juga sering terlibat dengan memberikan komentar kata-kata kasar, entah itu sifatnya untuk menyerang atau membela idolanya. Jujur, aku sering ketawa-ketawa sendiri jika membaca komentar para netizen yang sibuk bertengkar. Bahkan, ada beberapa yang tak cukup menulis komentar satu kali, misalnya si Odah adalah haters dan si Gatot adalah seorang fans nah mereka berdua terus-terusan berbalas komentar dan adu pendapat. Pikirku kenapa gak sekalian minta PIN atau nomor HP aja terus ributnya secara personal, siapa tahu jodoh wkwkkk.

Sebagian masyarakat Indonesia lupa bahwa kebebasan berpendapat tak sama artinya dengan kebablasan berpendapat, entah lupa atau memang tak mengerti. Kadang aku juga bingung sendiri dengan mereka yang kebablasan berpendapat memberikan komentar hate speech, apakah mereka sedang bekerja, sekolah, masak di dapur atau sekadar santai-santai ngopi cantik bareng Raisa, eh Raisa udah tunangan deng. Tapi bagaimanapun itu, membaca komentar terhadap posting-an yang mengundang keributan memang lebih asyik hehee. Tulisan ini tak ada maksud menyinggung pihak tertentu lho, hanya mengingatkan kalau kebablasan berpendapat itu gak ada untungnya, rugi lho menyebar kebencian. 

Kalau gak ada yang berantem di kolom komentar artinya gak ada komentar yang asyik lagi dong untuk dibaca? Ah gak masalah, yang penting masyarakat Indonesia hidup damai berdampingan dan bijak dalam menggunakan media sosial, Amin. Selamat berpuasa bagi kawan-kawan yang menjalankan, Salam.

Tangerang, 10 Juni 2017
Diana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun