Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Benarkah setelah Menikah, Sifat Asli Pasangan Baru Terlihat?

22 Oktober 2016   13:18 Diperbarui: 22 Oktober 2016   14:52 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: inezchinen.livejournal.com

Dalam menjalin hubungan ke arah yang lebih serius dengan pasangan, membangun sebuah rumah tangga adalah tujuan utama. Seiring bertambahnya usia dan lamanya suatu hubungan berpacaran pasti akan menuntut pasangan untuk berani berkomitmen, terlebih dengan dukungan dari pihak masing-masing keluarga dan faktor kebutuhan ekonomi yang semakin mantap untuk berumah tangga. Namun, dalam kehidupan berumah tangga tak selalu mulus seperti yang diharapkan. 

Setelah menikah banyak para suami atau istri yang mengeluh sedikit terhadap sifat pasangannya yang baru terlihat atau disadari. Mereka biasanya akan menceritakan sifat-sifat pasangannya kepada kerabat terdekat. Sifat yang selalu dipermasalahkan cenderung mengarah kepada sifat yang sulit untuk dipahami dan kadang dikategorikan kepada sifat yang negatif. Hal tersebut terjadi bukan karena si pasangan menipu kita ketika berpacaran atau pendekatan, melainkan ada suatu proses yang perlu dipahami satu sama lain. Ada beberapa alasan mengapa kita baru melihat sifat asli pasangan kita setelah menikah, antara lain berikut ini.

Ingin terkesan romantis ketika berpacaran

Tak ayalnya perlombaan, para pasangan yang tengah menjalani masa berpacaran pun ingin terkesan romantis dari pasangan yang lainnya. Mereka selalu berusaha untuk melakukan hal yang terbaik untuk pasangannya. Terlebih bagi seorang pria, ia akan berperilaku seolah-olah seorang pacar paling perhatian sejagat raya misalnya dengan menanyakan kabar kepada pacarnya atau sesering mungkin menanyakan sudah makan belum atau yang lebih agamis lagi adalah menanyakan, "Kamu udah ibadah belum, Sayang?" Semua dilakukan bukan semata-mata untuk terkesan romantis saja sebenarnya, melainkan ada hati yang perlu dipertahankan hingga tiba saatnya meresmikan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius.

Mencari suatu kesamaan dari si pasangan

Jangankan ketika berpacaran, saat masa pendekatan saja kebanyakan orang akan berusaha mencari kesamaan dari orang yang disukai, mulai selera makanan, warna favorit, tempat paling disukai dan lainnya akan mereka cari kesamaannya atau dicocok-cocokkan seakan mereka berjodoh. Kadang ada beberapa orang yang rela berpura-pura menyukai kegiatan pasangannya hanya untuk membuatnya senang. Contohnya bila si pasangan wanita memiliki kegemaran berbelanja sementara si pria tak terlalu suka gaya hidup seperti itu malah cenderung memiliki sifat yang pelit atau perhitungan, namun demi wanita yang disukai maka menemaninya berbelanja dan merelakan uangnya untuk dibelanjakan adalah hal yang terpaksa dilakukan. dan untuk seorang wanita biasanya rela menunggu pacarnya yang sedang asik bermain futsal sambil menyemangatinya dari balik jaring-jaring pembatas lapangan, padahal bisa jadi si wanita ini sangat benci dalam hal menunggu.

Menunjukkan kebiasaan yang bersifat baik pada pasangan

Di hadapan orang yang kita sukai mana mungkin harus menunjukkan sifat-sifat yang buruk apalagi orang tersebut belum benar-benar menjadi milik kita seutuhnya. Oleh karena itu, menunjukkan hal yang bersifat baik sering dilakukan agar terkesan baik di hati si pacar. Beberapa orang akan memperlihatkan sisi baiknya kepada pasangannya seperti senang menolong orang lain, hormat kepada orang yang lebih tua, royal terhadap orang sekitar atau senang bermain dengan anak-anak kecil dan lainnya. Walau tak jarang juga beberapa orang kecolongan atau berkata jujur kepada pasangannya tentang sifat buruknya, misalnya seperti tak suka keramaian, sulit berbaur dengan orang baru atau sering main tangan, wow.

Mengesampingkan rasa ego

"Masih pacaran aja udah suka ngatur-ngatur seenak jidat, gimana kalau nanti lo nikah sama dia? Udah putusin aja!" Itulah yang sering dilontarkan oleh beberapa sahabat ketika melihat salah seorang sahabatnya terlalu banyak diatur oleh pacarnya, contohnya tak boleh terlalu sering berkumpul dengan sahabat-sahabatnya atau harus meminta izin dulu kepada si pacar untuk berkumpul di luar. Jadi tak jarang banyak yang mengesampingkan rasa ego mereka demi pacarnya, padahal sifat orang ini sangat egois. Mereka yang mengesampingkan rasa egoisnya sudah pasti takut kehilangan orang yang dicintai, apalagi denhan adanya hasutan dari sahabat-sahabat yang bisa berpengaruh terhadap retaknya suatu hubungan saat berpacaran.

Sebenarnya tak ada sifat yang ditutup-tutupi oleh seseorang ketika melakukan pendekatan atau berpacaran. Mereka hanya berusaha untuk membuat si kekasih tetap bersamanya. Jika mengutip sebuah qoute yang paling cocok adalah qoute dari film You are An Apple of My Eye seperti ini "Dalam percintaan, masa paling romantis adalah masa-masa pendekatan. Pada saat sudah benar-benar jadian, banyak perasaan yang hilang."

Melihat sisi negatif dari seorang pasangan sebetulnya bisa kita sadari pada saat masa berpacaran juga. Hanya saja, hal tersebut jarang dilakukan karena sering merasa si pacar memang benar-benar orang yang paling romantis di mana kita akan terjebak oleh sisi manisnya saja tanpa mengamati karakter sebenarnya. Padahal, jika kita ingin mengenal lebih jauh lagi, kita bisa menilainya dengan cara-cara sederhana seperti mengamati si pacar ketika sedang berbaur dengan sahabat-sahabat kita, melihat caranya memesan makanan saat kencan, mengamatinya ketika menghadapi suatu masalah atau mengamati gaya berbicaranya dengan orang lain. 

Namun, sifat asli dari pasangan yang cenderung negatif bukanlah suatu alasan untuk dijadikan keluhan saat sudah resmi berumah tangga. Toh bukankah inti dari membangun sebuah hubungan adalah menerima segala perbedaan pada pasangan satu sama lain, termasuk kekurangannya. Karena belum merasakan bagaimana keadaan sebenarnya ketika berumah tangga, aku memandang hal ini dari sisi pendekatan dan berpacaran saja. Jadi, mohon maaf apabila ada suatu kata yang kurang diterima.  

Tangerang, 22 Oktober 2016

Diana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun