Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Toleransi, Menepis Diskriminasi terhadap Minoritas di Sekolah Negeri

30 September 2016   10:22 Diperbarui: 30 September 2016   10:47 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pemuda Indonesia sudah pasti bangga menjadi bagian dari negri pertiwi ini. tapi sebenarnya aku sering bingung jika ditanya apa alasannya aku bangga jadi bangsa indonesia ? waduh garuk-garuk kepala deh aku, pokok nya mah bangga aja. seiring berjalannya waktu, aku pun mulai menyadari bahwa lahir ditanah pertiwi ini memberikan rasa syukur tersendiri. memperhatikan keberagaman yang dianugrahi Tuhan yang maha esa serta menikmati indahnya suatu bentuk toleransi yang sudah seharusnya dijalani. tapi tak jarang pula disuguhi permasalahan tentang SARA, memang hidup di indonesia tak lepas dari masalah yang satu ini. 

Menanggapi beberapa pendapat yang pada intinya selalu mempermasalahkan SARA terhadap kaum minoritas di lingkungan sekolah negri sepertinya tak selamanya hal itu dapat dibenarkan. berbeda dengan sekolah swasta, memang banyak macam-macam perbedaan yang ada didalam sekolah negri, mulai dari suku, agama, ras dan budaya. bagi ku yang merasakan duduk di bangku sekolah negri justru disana dapat banyak pelajaran berharga dalam hidup bertoleransi, jadi kalau dibilang kaum minoritas seperti maaf ya "keturunan tionghoa" akan didiskriminasi disekolah negri justru itu salah. ada pelajaran tersendiri yang di dapat ketika berada disekolah negri dalam sikap saling menghargai seperti ini :

Menghargai agama lain

disekolah negri,aku belajar tentang bagaimana menghargai agama lain. misalnya ketika sedang diadakan kegiatan rohani dihari senin pagi (bergantian dengan upacara kenaikan bendera), kami akan masuk pada kelasnya masing-masing. karena mayoritas beragama muslim, jadi yang muslim akan mengadakan dzikir dilapangan. sementara untuk siswa yang non muslim akan mendapatkan pelajaran rohani di dalam kelas yang sudah ditentukan, lantas dimana letak tolerasinya ? letaknya ada pada mereka yang kelas nya akan dipakai untuk kegiatan rohani agama lain dan tak segan-segan merapihkannya dulu sebelum kelas mereka dipakai. bahkan mereka saling menunggu kawannya yang masih menjalankan pelajaran rohani baik di dalam kelas atau dzikir dilapangan, sebelum kawannya selesai mereka pun belum memulai pelajaran umum di dalam kelas. selain itu biasanya ketika jam istirahat kedua yang bertepatan pada jam shalat dzuhur, siswa yang muslim akan menjalankan ibadah shalat dzuhur berjamaah dulu sebelum jajan ke kantin, karena terbiasa jajan bersama maka kawan-kawan yang non muslim akan menunggu ibadah kawannya selesai di dekat masjid sekolah. oh ya, biasanya kalo ulangan agama pun kami akan menunggu semua soal diberikan termasuk soal pelajaran agama kawan kami yang berbeda karena biasanya soal agama suka agak telat sampai keruangan ujian, setelah semua diberikan baru lah semua mengerjakan soal bersama.

Menghormati umat lain dalam bentuk salam 

Di sekolah negri aku pun belajar menghormati umat lain dalam mengucapkan salam, karena biasanya guru-guru ku adalah beragama muslim maka ucapan salam berupa "Assallamualaikum" adalah hal yang paling sering diucapkan ketika guru masuk kelas hendak memulai pelajaran, dan kawan-kawan yang beragama non muslim pun ikut mengucapkan salam tersebut serta tak segan-segan membalas nya ketika guru mengucapkan salam lagi pertanda pelajaran sudah usai. namun kami pun menghargai bahwa ada beberapa yang tak sama dalam pengucapan salam. jadi ketika guru ku yang beragama non muslim masuk ke dalam kelas maka salam yang diucapkan adalah "Selamat pagi" atau "Selamat siang", beliau pun membalas salam kami sambil tersenyum. 

Menghormati hari penting umat lain

Jika hari penting seperti hari raya telah tiba, maka ucapan selamat hari raya akan ramai baik di media sosial bbm, path, dan lainnya. mereka yang mengucapkan bukan hanya yang seiman saja, melainkan kawan yang berbeda keyakinan. dan ketika bulan ramadhan tiba pun kawan yang non muslim akan mengatakan "eh maaf ya maaf" kepada kawannya yang muslim ketika hendak minum atau makan.

Menghargai kawan lain dalam kegiatan diskusi keagamaan

Biasanya diwaktu jam istirahat akan di isi oleh beberapa kegiatan seperti makan, main bola, begossip ria, tidur, berdiskusi dan bermacam kegiatan tek tek bengek lainnya ala anak sekolah. mereka akan berkelompok melakukan kegiatan pelepas penat baik di dalam kelas atau di luar kelas, begitu juga dengan kegiatan berdiskusi. ada beberapa kawan ku yang biasanya akan mendiskusikan kegiatan keagamaan bersama kelompoknya dijam istirahat, mereka akan mengajak kawannya berdiskusi di dalam kelas, aku pun tak masalah karena kegiatan mereka memang tak menggangu sama sekali. bahkan aku ikut menikmati karena sesekali kawanku memainkan gitar menyanyikan lagu rohani nya di dalam kelas, sama halnya untuk kawan muslim yang berdiskusi tentang kegiatan rohis di kelas. mereka saling menghargai dan tak pernah terdengar keributan karena perbedaan.

Berkawan baik tanpa stereotip yang negatif

Tuhan menganugrahi negeri pertiwi ini dengan perbedaan yang luar biasa, maka sudah seharusnya lah menyambut anugrah yang diberikan dengan penuh rasa syukur. ada banyak etnis di dalam lingkungan sekolah negri, ada etnis jawa, minang, batak, tionghoa dan lainnya, tentu sudah terbayang bermacam-macam karakter yang katanya sih emang udah adatnya begitu. tapi hal tersebut bukan lah alasan untuk tak menjalin hubungan persahabatan dengan baik, seperti yang banyak diketahui bahwa stereotip terhadap enits tionghoa memang masih kental sampai saat ini. namun itu tak jadi masalah, aku berkawan baik dengan mereka dan malah sesekali kami sering bercanda memberikan julukan kepada kawan-kawan ku tentang stereotip yang tumbuh pada daerah asal mereka. 

Contohnya aku kadang bercanda dengan kawanku yang dari batak dengan ledekan "woi butet/lai" hehee, atau kadang aku juga bercanda dengan julukan "padang bengkok" atau yang lebih lucunya kawan-kawan ku kadang meledek dengan singkatan seperti "jawir" yang arti nya maaf "jawa irit" atau "cipuy" yang artinya china puyeng dan "cika" yang artinya china kampung. tapi kami tak pernah marah dan malah tertawa ngakak karena keunikan yang mewarnai negri tercinta Indonesia ini, jadi kalau katanya ada etnis minoritas yang akan didiskriminasi itu justru salah, karena kami memang berkawan baik disini.

Belajar untuk saling menghormati dalam bentuk toleransi memang sangat indah dirasakan, apalagi ketika kita menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan. waaah pasti sang garuda semakin bangga mencakar erat semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", sebetulnya setiap perbedaan akan selalu kita jumpai bukan hanya disekolah negri saja, di sekolah swasta pun bisa dan dimana saja pasti ada, bahkan ketika di dalam angkutan umum sekalipun. aku sangat menikmati bentuk persahabatan yang menawarkan sikap saling menghormati ini, dimulai dari keberagaman cara kami berdoa, nada berbicara, sampai mengucapkan syukur sangatlah mengharukan. jadi mulai sekarang tak perlu takut lagi kalau kaum minoritas akan didiskriminasi di sekolah negri, toh pelajaran toleransi selalu ada dalam buku kehidupan kita sehari-hari. indahnya Indonesia ku atas semua karunia mu Tuhan, terimakasih.

 

Tangerang, 30 September 2016

Diana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun