Mohon tunggu...
Diana Ilmiatul Azzizah
Diana Ilmiatul Azzizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kesehatan Masyarakat UNUSA

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tunawicara

1 November 2021   07:05 Diperbarui: 13 November 2021   12:03 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah huuakbar Allah huuakbar...

Suara adzan berkumandang dimasjid sederhana. Para warga setempat pun berbondong-bondong menuju ke masjid yang sederhana tersebut, dan melakukan sholat magrib berjamaah. Seusai sholat berjamaah para pemuda-pemudi masjid mengaji bersama.

Allah huuakbar Allah huuakbar...

Waktu isya'pun telah datang. Para pemuda-pemudi dan warga setempat bergegas melakukan sholat isya' berjamaah. Setelah usai sholat isya'berjamaah para pemuda-pemudi dan beberapa warga mengobrol santai di teras masjid sambil menikmati kopi panas. 

Lalu tanpa sengaja salah satu gelas kopi tersenggol kaki warga. Dengan bergegas seorang pemuda mengambil kain untuk membersihkan kopi yang tumpah. Dia memang pemuda yang sangat rajin membersihkan masjid setiap hari, dan bisa dikatakan marbot di masjid sederhana tersebut. 

Dari subuh hingga subuh dia selalu meyiapkan segala kebutuhan masjid dari menyiapkan mic untuk adzan, meja untuk mengaji, menyapu, mengepel, membersikan, kamar mandi, dll. Namun dia tidak seperti orang pada umum nya, dia adalah seorang tunawicara. Meskipun dia tunawicara tetapi itu bukan halangan bagi nya. Dia tetap semangat menjalani kehidupan sehari-hari nya dengan rela dan ikhlas.

Pada suatu hari dikampung sebelah ada acara pengajian dan para semua para warga khususnya laki-laki mengikuti acara tersebut kecuali si pemuda tunawicara karena dia harus menyiapkan meja dll untuk para ibu-ibu mengaji di masjid. Hingga waktu dhuhur datang tetapi para warga belum kembali dari acara pengajian di kampung sebelah, di masjid hanya ada si pemuda tunawicara tersebut. 

Dia tidak berani mengumandangkan adzan karena di seorang tunawicara meskipun masih bisa berbicara sedikit namun tidak jelas seperti orang pada umumnya. Lalu dia (pemuda tunawicara) didatangi oleh seorang pemudi perempuan. Dan dia di suruh adzan. Awal nya dia menolak. 

Dan si perempuan itu memaksa pemuda tunawicara untuk mengumandangkan adzan karena tidak ada laki-laki lagi selain dia. Akhirnya dia (pemuda tunawicara) mengiyakan perintah perempuan tadi. Lalu dia mengumandangkan adzan dengan lantang meskipun kurang sempurna tetapi masih layak (jelas) untuk didengar oleh orang.

Dan suara adzan si pemuda tunawicara tersebut terdengar oleh 2 pemuda yang sedang perjalanan menuju ke masjid setelah dari acara pengajian dikampung sebelah. Mereka heran dengan suara nya dan mereka sedikit mengenali suara tersebut. Mereka pun bergegas menuju ke masjid untuk memastikan. Dan dugaan 2 pemuda tersebut tidak salah lagi. Kalau yang adzan adalah pemuda tunawicara.

Di pertengahan adzan si pemuda tunawicara tidak kuat lagi, dan dari hidung nya bercucuran darah lalu dia terpingsan. Dengan cepat dan tanggap salah satu pemuda tadi mengantikan si pemuda tunawicara dan mengulangi adzan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun