Kamis, 11 Januari 2024 kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) 221 mengadakan sosialisasi stunting dan gizi di Posyandu Dusun Petungpapak Desa Sukodadi.Â
Kegiatan sosialisasi gizi dan parenting ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang pentingnya gizi dan pola asuh yang baik bagi balita. Sosialisasi ini melibatkan tenaga kesehatan, bidan, kader desa dan masyarakat Dusun Petungpapak. Serta penyampaian materi oleh Dosen Psikologi UIN Malang ibu Rika Fu'aturrosida S.Psi, M.A
Adanya sosialisasi ini memberikan manfaat untuk mencegah stunting, ibu Rika menekankan pentingnya memberikan nutrisi yang tepat dan lengkap lewat makanan pokok, berupa makanan yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori, dimulai dari olahan telur, ikan, daging, susu, keju, tahu, tempe, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah makanan yang mengandung gula, garam, atau lemak jenuh berlebih, seperti permen, kue, keripik, gorengan, dan minuman bersoda.
Ibu Rika juga menyampaikan materi terkait parenting, yaitu meliputi cara mendidik balita agar memiliki karakter positif, kreatif, dan mandiri. Salah satu cara yang disarankan adalah menghindari penggunaan kata "jangan" yang bersifat negatif dan menimbulkan rasa takut atau marah pada anak. Sebagai gantinya, orang tua dapat menggunakan kata-kata yang bersifat positif dan memberikan alasan yang logis, misalnya "Ayo, kita bereskan mainanmu sekarang, biar kamarmu rapi dan tidak ada yang terinjak" atau "Kamu boleh bermain di luar, tapi jangan lupa pakai topi dan tabir surya, ya. Biar kulitmu tidak terbakar matahari"
Selain itu, ibu Rika juga memberikan tips tentang cara bermain dan belajar yang menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak dan balita. Beberapa contohnya adalah bermain puzzle, lego, origami, atau permainan lain yang melatih keterampilan motorik seperti membaca buku cerita, dongeng, atau komik yang menambah wawasan dan imajinasi anak.
Terakhir, ibu Rika menjelaskan tentang cara mengatasi tantrum atau kemarahan pada anak. Tantrum adalah kejadian yang wajar terjadi pada setiap anak, terutama pada usia 1-4 tahun. Tantrum biasanya dipicu oleh faktor-faktor seperti lapar, haus, lelah, bosan, frustrasi, atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Untuk menghadapi tantrum, orang tua perlu bersikap tenang, sabar, dan konsisten. Jangan menuruti kemauan anak yang tidak masuk akal atau memberi hukuman fisik yang dapat merusak kepercayaan dan harga diri anak. Sebaliknya, berikan perhatian, pelukan, dan pujian pada anak ketika ia berhasil mengendalikan emosinya.
Harapannya dengan adanya sosialisasi ini, para ibu Dusun Petungpapak bisa mengaplikasikan ilmunya, sehingga dapat memecahkan segala permasalahan yang dihadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H