Mohon tunggu...
Diana Oktavinda
Diana Oktavinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

sedang belajar untuk menyadari dan memaknai kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rumah Makan Anugrah Mbak Yem Payangan Jember

26 Desember 2022   17:53 Diperbarui: 26 Desember 2022   18:18 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UMKM merupakan singkatan dari usaha mikro kecil dan menengah. UMKM merupakan usaha produktif yang dimiliki oleh badan usaha maupun perorangan yang berukuran kecil. 

Rumah Makan Anugrah Mbak Yem merupakan salah satu usaha mandiri olahan hasi lautr yang dikelola oleh perorangan. Rumah makan ini terletak di Jl.Payangan-Watu Ulo, Desa Sumberjo Kecamatan Ambulu. Rumah Makan Anugrah Mbak Yem merupakan kuliner hasil laut yang terdiri dari ikan bakar jenis bawal, manila dan kerapu, lobster, cumi, kepiting, gurita dan kerang. 

Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini merupakan usaha kuliner olahan hasil laut yang dimiliki oleh Bpaka Abdul Wafi (45) dan Mbak Mesiyem (44). Rumah Makan ini berdiri sejak tahun 2014. Awal mulanya Ibu Mesiyem dan Bapak Wafi hanya memiliki gudang kecil yang terletak dipinggir jalan menuju pantai payangan dan hanya terdapat ruangan es untuk menyimpan ikan dan hanya 1 meja. Ibu Mesiyem melelang ikan dan menjualnya keliling desa dan Bapak Wafi Menjual Gurita. 

Ibu Mesiyem atau yang biasa dipanggil Mbak Yem, beliau membuka tumah makan diawali dengan kedatangan pegawai bank yang sering berkunjung untuk membeli ikan dan meminta tolong untuk mengolahnya menjadi makanan siap konsumsi, kemudian Mbak Yem ini mengolahnya dengan membakar ikan tersebut dan menambahkannya dengan nasi, para pegawai bank tadi sangat puas dengan masakan Mbak Yem sehingga memberikan saran untuk Mbak Yem agar membuka rumah makan juga, namun Mbak Yem belum memiliki modal yang cukup, kemudian pegawai bank pelanggan Mbak Yem tadi menawarkan pinjaman dari bank untuk modal usaha dan Mbak Yem menyetujui hal tersebut. 

Dengan Modal yang didapatkan dari Bank sekitar 100 Juta Rupiah, Mbak Yem berhasil mendirikan Rumah Makan Anugrah dengan suaminya dan meminta izin atas tanah untuk dikelola dijadikan rumah makan.

Awal dibukanya rumah makan, Mbak Yem melayani pelanggan seorang diri, namun semakin hari pengunjung rumah makan Mbak Yem semakin bertambah dan warung semakin ramai sehingga Mbak Yem saat itu memutuskan untuk merekrut karyawan dengan mengutamakan saudara-saudara sendiri yang butuh pekerjaan hingga pada saat itu terdapat 20 orang karyawan yang bekerja di Rumah Makan. 

Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini menjadi tempat favorit pengunjung pantai payangan, selain karena lokasinya berada di tepi pantai, hidangan yang disajikan juga nikmat, ikan yang diolah masih fresh dari nelayan dan harganya yang cukup terjangkau selain itu terdapat beberapa fasilitas yang cukup lengkap yang tidak dimiliki oleh rumah makan lainnya yakni terdapat kamar mandi, mushola, tempat karaoke, gazebo untuk menikmati hidangan di tepi pantai dan tempat untuk camping tepat di belakang Rumah makan. Pada Saat itu, tiap harinya omset Rumah Makan Anugrah Mbak Yem dapat mencapai 5-7 juta rupiah, bahkan satu minggu mencapai 10 juta rupiah.

 Mbak Yem juga memiliki satu rumah makan di watu Ulo dan Satu rumah makan di Papuma yang baru didirikan 1 tahun yang lalu yang hanya buka hari Sabtu dan Minggu. Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini sempat mengalami kemandekan saat musim covid-19. Rumah makan terpaksa ditutup karena peraturan pemerintah dan pelanggan juga sepi karena wisata saat itu ditutup sehingga Mbak Yem merumahkan separuh lebih karyawannya. 

Saat ini Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini hanya memiliki 7 orang karyawan namun perlahan mulai membangkitkan kembali Rumah Makan Anugrah ini setelah terkena dampak dari Covid-19 yang dilakukan dengan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang sudah tidak layak, membangun rumah penyimpanan ikan di sebelah utara rumah makan agar memudahkan pembeli dalam memilih hasil laut mentah yang akan diolah. 

Dalam mengelola dan mengembangkan usaha rumah makan tersebut, Mbak Yem memunuhi kebutuhan bahan baku dengan membeli ikan dari nelayan lokal yang sudah terikat kerjasama sebelumnya, karena Mbak Yem sendiri juga menyewakan perahu-perahu kepada nelayan yang nantinya hasil tangkapan ikan tersebut dibeli oleh Mbak Yem. Selain itu, stok ikan juga didapatkan dari hasil lelang di Pasar Puger setiap pagi. Selain menjual ikan, apabila beliau menjumpai ikan yang layak dijual, maka Mbak Yem akan membelinya dan membawa pulang untuk dijual dan diolah menjadi masakan yang lezat untuk pembeli di rumah makan. 

Menu yang tersedia pun sangat beragam, mulai dari aneka seafood seperti ikan bakar, kerang, lobster, kepiting, gurita asam manis dan cumi. Selain itu, Rumah Makan Anugrah Mbak Yem juga menyediakan menu lain seperti ayam bakar, nasi pecel, mie goreng, mie kuah, dan lalapan. Bahkan, awal mula didirikannya warung makan ini, Mbak Yem sempat menjual menu masakan rawon dan bakso. 

Namun, karena jumlah pelanggan yang tidak menentu ditiap harinya, menjadikan masakan tersebut basi dan kurang cocok untuk disajikan setiap hari. Jadi, Mbak Yem berfokus ke menu masakan yang bahan bakunya mentah namun bisa langsung diolah apabila pelanggan datang sehingga lebih fresh. Menu yang disediakan tersebut sangat beragam dan pastinya dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk masakan dengan bahan baku ikan, pembeli akan diberikan kebebasan memilih ikan yang akan diolah. Ikan yang biasa diolah dan dikonsumsi biasanya ikan bawal, manila, dan ikan kerapu yang nantinya akan ditimbang untuk menentukan harga dari menu tersebut. 

Untuk masakan ikan sendiri harganya sekitar Rp 70.000 hingga Rp 100.000 disesuaikan dengan berat ikan tersebut (perkilo). Untuk masakan cumi dibandrol dengan harga Rp 100.000/kg dan untuk kerang seharga Rp 80.000/kg. Biasanya, Mbak Yem menawarkan terlebih dahulu kepada pelanggan mengenai proses pengolahan masakannya, seperti diolah asam manis, oseng-oseng, ataupun diolah dengan tepung seperti cumi crispy, jadi Mbak Yem akan menyesuaikan permintaan agar pelanggan merasa puas dan senang menikmati hidangan yang dijual di rumah makan tersebut.  

Pada dasarnya, menu yang menjadi unggulan atau yang paling laris dari Rumah Makan Mbak Yem ini yakni olahan seafood. Hal ini karena juga lokasi yang terletak tepat di tepi pantai, menjadikan pelanggan yang datang ingin menikmati makanan dengan olahan hasil laut. Pelanggan yang datang biasanya bersama dengan keluarga besar atau teman dan kerabatnya, yang kemudian mereka merasa puas dan membagikan pengalamannya ke sosial media untuk mengajak teman dan kerabat mereka agar juga merasakan kelezatan menu dari Rumah Makan Mbak Yem.

Didirikannya Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini telah memberikan dampak yang luar biasa bagi perekonomian keluarga dan masyarakat sekitar. Yang terbukti telah berhasil memberikan lowongan pekerjaan terutama bagi saudara sendiri dan masyarakat. Rumah Makan Anugrah Mbak Yem memiliki karyawan sekitar 20 orang yang sebagian besar karyawan tersebut adalah keluarga sendiri. Namun juga merekrut beberapa warga setempat untuk bekerja di Rumah Makan Anugrah Mbak Yem tersebut. Rumah Makan Anugrah yang telah didirikan mbak yem tak hanya di Payangan saja, melainkan ada di Papuma dan di Watu Ulo. Namun Rumah Makan Anugrah yang berada di Papuma hanya buka pada hari sabtu dan minggu karena sepi pengunjung dan tiket masuknya mahal. Sedangkan Rumah Makan di Watu Ulo untuk sekarang ini sudah dikontrakan. Saat pandemi melanda, telah membuat Rumah Makan Anugrah Mbak Yem menjadi sepi sehingga pendapatan menjadi mandek. Sebelum pandemi, Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini bisa meraih keutungan sehari sampai 5 juta sampai 7 juta, sedangkan untuk satu minggu bisa sampai 10 juta. Namun untuk sekarang ini hanya meraih keuntungan satu minggu sebesar 3 juta.

Proses yang tidak mudah bagi Mbak Yem dan Bapak Abdul Wafi sebagai seorang pebisnis dalam mendirikan Rumah Makan Anugrah ini. Jatuh-bangun, rugi-untung semua telah beliau rasakan. Namun dengan semangat yang luar biasa sampai dititik ini sangatlah hebat. "intinya gini, semua pebisnis, pebisnis ada trik sendiri, kemungkinan saya punya alasan tersendiri karna saya bertahan demi keluarga" Ujar Bapak Abdul Wafi. Dengan adanya Rumah Makan Anugrah Mbak Yem, sepasang suami istri tersebut merasa bangga bisa membuka usaha sendiri sehingga mampu mengajak sanak saudara yang dulunya tidak bekerja dan sekarang bisa bekerja di Rumah Makan Anugrah Mbak Yem. "Kalau kita kasih uang ya jelas kan kayaknya kesannya sombong, kalau ngasih peluang kerja kan nggak" Ujar Bapak Abdul Wafi. Dan secara tidak langsung Mbak Yem dan Bapak Abdul Wafi telah membantu perekonomian keluarga dan respon masyarakat dalam pendirian Rumah Makan Anugrah ini sangatlah diterima baik.

Kehadiran Rumah Makan Anugrah Mbak Yem ini menguntungkan pihak Rumah Makan Anugrah dan juga pihak lain. Mbak Yem mendapatkan modal usaha dari bank, dengan nominal yang tidak sedikit tentu akan berpengaruh terhadap besarnya bunga bank yang juga harus dibayarkan. Untuk mendapatkan keuntungan dari peminjaman modal tersebut, akan lebih mudah jika tidak hanya mengandalkan laba dari usaha Rumah Makan Anugrah Mbak Yem. Hal tersebut membuat Mbak Yem menerapkan sistem tanam hutang dengan sasaran nelayan perahu kecil. Jadi, Mbak Yem meminjamkan uang atau menghutangi para nelayan dengan terus menjaga kepercayaan kedua belah pihak sehingga harapan kedepannya dapat saling menguntungkan. Keuntungan yang didapatkan oleh pihak Rumah Makan Anugrah yakni kemudahan dalam mendapat bahan baku karena para nelayan perahu kecil akan menjual hasil tangkapan kepada beliau "iya, ngutangi nelayan, jadi akhirnya ikannya dijual ke saya" Ujar Mbak Yem. Kepercayaan yang dipupuk oleh Mbak Yem juga memudahkan beliau dalam mendapatkan bantuan modal, hal ini dibuktikan dengan tawaran pinjaman modal dari pihak bank yang tiap tahunnya selalu naik. Sehingga usaha Rumah Makan Anugrah Mbak Yem dapat beroperasi dan berkembangan dengan baik. Disisi lain, kepercayaan nasabah juga diberikan pada Rumah Makan Anugrah milik Mbak Yem dengan ikut membeli dan mempromosikan usahanya. Dampak yang dirasakan akhirnya seiring waktu berjalan banyak pengunjung yang membeli di Rumah Makan Anugrah Mbak Yem baik dari para nasabah bank maupun dari masyarakat luas. Tanpa membuang tenaga dan materi untuk mempromosikan usahanya, Mbak Yem mampu menarik konsumen agar mendatangi Rumah Makan Anugrah Mbak Yem melalui promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut, juga dari media sosial para nasabah bank dan pengunjung lain.

Selain itu, bantuan dari anggota keluarganya pun menjadi sebuah keuntungan sebab tidak membutuhkan biaya besar dalam hal pemberian gaji pokok tiap pekerja yang ada di Rumah Makan Anugrah Mbak Yem. Hal ini meminimalisir pengeluaran gaji dan juga waktu yang dibutuhkan ketika ada pesanan mendadak sebab jarak rumah dengan Rumah Makan Anugrah Mbak Yem tidak jauh, apabila sewaktu-waktu Mbak Yem membutuhkan tambahan pekerja maka anggota keluarganya akan siap cepat tanggap melayani pelanggan. Keberadaan cabang lain milik Rumah Makan Anugrah yakni usaha pemindangan ikan sebagai tempat pengepulan ikan, tentu usaha ini membuat para nelayan setempat menjual hasil tangkapan lautnya mulai dari ikan laut, gurita, cumi-cumi, kepiting, dsb. kepada UD Anugrah sehingga Rumah Makan Anugrah Mbak Yem tidak pernah kehabisan bahan baku menu jualannya dalam kondisi yang masih bagus atau baru. Bahan baku yang fresh akan mempengaruhi rasa masakan dan juga pandangan pengunjung yakni ketidakraguan konsumen untuk datang ke Rumah Makan Anugrah Mbak Yem kedua bahkan kesekian kalinya. Selain keuntungan yang terlihat, hal positif lain yang didapatkan oleh Mbak Yem adalah dimilikinya jiwa pedagang sebagai pengusaha Rumah Makan Anugrah Mbak Yem, strategi sebelum memulai usaha hingga setelah menjalankan usahanya beliau dapat mengaturnya. Hasilnya, beliau mudah mencari solusi di setiap permasalahan yang dihadapi selama menjalankan usahanya. Jiwa pedagang membuat beliau mampu menjalankan beberapa kegiatan dalam satu waktu yakni berjalannya usaha Rumah Makan Anugrah Mbak Yem miliknya sekaligus beliau menjual hasil tangkapan laut ke pasar, sehingga kedua usahanya dapat berjalan bersamaan dan tentu akan lebih mudah menghasilkan keuntungan dengan jumlah besar "Ndek sini tiap hari ada, tiap hari nelayan kecil kan ada perahu kecil, ngambil ya dari perahu kecil tiap hari biasae banyak ini nimbange Mbak. Belum datang, tiap hari kan ada keluar masuk keluar masuk gitu. Bukan perahu besar tok, perahu kecil khusus perahu kecil kalau sekarang ini. Biasanya saya kalo ke pasar kan jual ikan kecil itu. Kalau ikan banyak ya ke Puger, kalo ikan kecil ke Ambulu. Pagi jam tiga berangkat ke Ambulu, itu jualan ndek Pasar Ambulu soale cuma dikit, paling bawanya keuangan lima ratusan, satu juta ..." Ujar Mbak Yem. 

Setelah melalui jatuh bangun dalam mempertahankan usaha rumah makan tersebut, dengan semangat pantang menyerah Mbak Yem dan suaminya tetap berusaha untuk mengembangkan dan menjaga kualitas produk yang mereka jual. Mereka juga senantiasa menyusun strategi agar dapat mengembangkan usaha rumah makannya dengan harapan mampu menstabilkan kembali kondisi perekonomian setelah terdampak pandemi seperti sebelumnya.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Penulis : 

Sofiatul Iftitah (200910302072) , Diana Oktavinda (200910302003) , Imelda Puspita (200910302029),  Ulfi Khoirun Nisa (200910302061)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun