Minggu, 31 Desember 2022, Balai Guru Penggerak Provinsi Lampung menyelenggarakan  Refleksi Akhir Tahun Program Sekolah Penggerak dan Program Guru Penggerak bertempat di Hotel Horison Bandar Lampung. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala BGP Lampung beserta jajarannya, perwakilan Dinas Kabupaten/ Kota, Fasilitator Program Sekolah Penggerak, Fasilitator PGP, Para Pengajar Praktik Angkatan 4, 5, 6, 7 dari berbagai kabupaten, serta perwakilan CGP Angkatan 7. Â
Salah satu narasumber dalam kegiatan ini adalah Prof. Dr.Herpratiwi, M.Pd. Beliau adalah Ketua HEPI UKD Lampung dan fasilitator Program Sekolah Penggerak.Acara dipandu oleh Ibu Emilia Zulaiha Zahara, S.Si., M.M, dari BGP Lampung.Sebagai narasumber pertama, Prof. Dr.Herpratiwi menyampaikan Refleksi " Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penilaian Kurikulum Merdeka."
Prof.Dr.Herpratiwi, M.Pd. menjelaskan pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran dengan memberikan perlakuan yang berbeda untuk setiap anak maupun pembelajaran yang membedakan antara anak yang cerdas dengan yang kurang cerdas. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dituntut untuk selalu memikirkan dan memenuhi kebutuhan setiap murid.
Herpratiwi selanjutnya memaparkan ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu : diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.Namun dalam rangkaian tugasnya sebagai Fasilitator PSP, Herpratiwi masih menemukan ketiga jenis diferensiasi tersebut belum secara holistik diterapkan pada sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak.Harapannya semoga di tahun 2023 sekolah pelaksana Pogram Sekolah Penggerak bisa lebih baik lagi mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
"Pembelajaranberdiferensiasi ini sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing, sebagaimana apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran berdiferensiasi. " ujar Herpratiwi.
"Penilaian kurikulum merdeka berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum merdeka menggunakan istilah asesmen, karena tidak hanya menilai berbasis angka-angka saja, tetapi menilai peserta didik secara holistik, untuk bisa menilai secara holistik perlu dilakukan asesmen diagnostik, " pungkas Herpratiwi.(Diana)
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H