Mohon tunggu...
Diana Soesilo
Diana Soesilo Mohon Tunggu... Akuntan - karyawan perhotelan yang belajar karya tulis

Pemerhati kelestarian alam dan satwa. Fokus pada topik keuangan dan investasi, kesehatan, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berbenah dari Penyesalan Perbuatan Dosa

26 Oktober 2024   19:50 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:29 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Tulisan ini sebagai bentuk rasa syukur saya karena Tuhan memulihkan dari rasa bersalah yang menghantui saya selama ini  akibat dosa yang pernah saya perbuat sebelumnya. Apakah saya sudah berubah jadi lebih baik? Belum, tapi saya bersemangat untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Melalui tulisan ini saya berharap siapapun yang merasa telah berdosa besar dan hancur hati bisa mengalami pemulihan dan perubahan menjadi pribadi yang lebih baik pula.

Ada yang bilang, " Wah, sampeyan kurang adoh maen e" (wah, kamu kurang jauh bermain). Kalimat gurauan atau ejekan kepada seseorang yang tidak banyak tahu atau tidak mempunyai pengalaman tentang topik obrolan yang dibicarakan dalam suatu komunitas. Jika merasa terpojok dengan ungkapan ini, seseorang kemudian mencari tahu dan mencoba hal-hal baru yang tak ia ketahui itu. Tapi sayangnya, karena kurangnya pengalaman belum lagi pergaulan duniawi membawa kepada keputusan dan perbuatan yang bisa menjerumuskan ke hal-hal yang tidak baik, tidak benar, bahkan melanggar norma, hukum, budaya, bahkan agama. Walau hanya semu atau sementara, hiburan duniawi itu menyenangkan dan mengasyikkan sehingga justru membuat banyak orang ingin melakukannya lagi dan lagi, bahkan jadi kecanduan.

Melalui sinyal-sinyal magis atau orang-orang baik, Tuhan sebenarnya sudah mencoba mengingatkan bahkan memperingatkan. Hanya saja kita lebih sering tidak menggubrisnya karena nikmat dunia itu lebih manis dari madu. Ketika sadar atau bahasa Jawa "kecenthok",  istilahnya nasi sudah jadi bubur dan tinggal nikmatin buburnya. Penyesalan selalu datang terlambat.

Boro-boro minta tolong, hendak cerita dengan orang terdekat, takut mereka malah akan menghakimi tindakan kita yang bodoh. Terpikir untuk konsultasi dengan pemimpin atau pembimbing agama apalagi. Mau cerita ke teman, bukannya membantu, jangan-jangan mereka akan menceritakan rahasia buruk kita kepada orang lain. Mau bimbingan konsultasi ke psikolog atau psikiater antara malu dan juga berat di ongkos. Dengan kata lain sudah tidak tahu lagi cari pertolongan ke siapa. Cari solusi sendiri tak mampu. Rasa malu, takut, sedih, marah, bingung campur jadi satu.

Tak ada lain lagi yang bisa diandalkan selain pertolongan pertama, yakni Tuhan. Apapun yang terjadi, apa saja yang lagi dirasakan, ditakutkan, diceritakan semua kepada-Nya dalam doa. Jangan lupa bersyukur walau hati dan pikiran lagi gundah dan kacau. Pasti ada hal kecil yang masih bisa disyukuri meski di saat sulit. Mohon ampun buat semua kesalahan selama ini dengan ketulusan hati karena Tuhan melihat hati dan bukan hanya mendengar kata-kata saja. Tuhan menjawab setiap doa, walau jawabannya terkadang tidak sesuai dengan kehendak dan harapan manusia.

Tuhan itu kasih. Rencana-Nya bukan rancangan kecelakaan tapi selalu mendatangkan damai sejahtera dan sukacita. Asal mau percaya dan sabar menunggu bantuan Tuhan, Ia pasti memberi jalan keluar yang terbaik. Tuhan bukan manusia. Tuhan tidak pernah mengecewakan. Ia selalu setia. Dan jika kita masih bisa bernafas saat ini, itu berarti Tuhan masih berharap pada kita. Jadi jangan meremehkan diri sendiri. Selama Tuhan ada dalam kita, maka akan selalu ada masa depan yang lebih baik.

Kita pun harus melakukan bagian kita, seperti:

Pengakuan dosa dan permintaan maaf menciptakan rekonsilasi. 

Pengampunan dari Tuhan, mengampuni kesalahan diri sendiri, maupun kesalahan sesama.

Bila diperlukan, jangan ragu melakukan pemeriksaan kesehatan secara medis atau pun ke psikolog.

Jangan malu untuk melakukannya daripada masalah bertambah besar di masa datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun