Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lomba Balap Karung "Tidak Bermutu" oleh Para Pejuang

9 Agustus 2023   22:06 Diperbarui: 9 Agustus 2023   22:14 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Meskipun sang guru yang diminta uang pun rata-rata tidak langsung memberinya, justru hanya memberi mereka sebuah senyuman yang manis nggak, lucu juga nggak, hanya senyum masam saja rasanya. Karena guru tersebut juga sebenarnya kurang percaya, benar atau tidak uang tersebut untuk lomba. Jangan-jangan buat jajan mereka sendiri. Selain itu, sekolah juga sudah mengadakan lomba, masa mereka akan mengadakan lomba sendiri. Nanti apa kata sekolah? Bisa dianggap pembelot kan ya?

Tapi rupanya sang siswa yang ganteng-ganteng itu tidak patah semangat, siswa-siswa yang justru kurang pandai di kelas itu justru terus mengikuti kemanapun sang guru tersebut bergerak tanpa menyerah, merengek minta diberi uang seikhlasnya. Siswa-siswa yang kalau diberi materi justru mengantuk dan tertidur itu pun tetap melobi. Yang akhirnya kami, para guru pun, memberi mereka uang seikhlasnya.

Dan benar, tak lama kemudian memang mereka keluar, dan kembali sambil membawa sekantong besar kerupuk. Yang kerupuk itu, meski hampir 75% dimakan oleh mereka sendiri, tapi lumayan, sekitar 25% berhasil diikat dengan tali, katanya untuk lomba.

Akhirnya, sudah bisa ditebak, mereka tidak mau diberi materi pelajaran. Alih-alih belajar, mereka malah melobi lagi, hari itu saja, agar diberi waktu kosong untuk melakukan lomba makan kerupuk.

Gurunya? Gurunya apa boleh buat. Selain siswa dan gurunya selisih usianya juga tidak terlalu banyak, rata-rata gurunya juga berpikir, "Ya sudahlah, toh tidak setiap hari ini."  

Maka akhirnya, sembunyi-sembunyi di antara gedung sekolah, di bagian belakang, sebagian siswa lomba makan kerupuk, dan sebagian lagi, beserta gurunya, menonton lomba tersebut. Menarik dan membahagiakan.

Lomba tidak berhenti di situ. Masih ada sisa waktu, para siswa itu pun, tetap tidak mau diajak masuk kelas. Lalu, entah darimana, mereka bisa mendapat karung-karung goni. Jadi, lomba dilanjutkan dengan lomba balap karung. 

Tapi balap karung ini tidak seperti balap karung yang biasa dilakukan, yang memakai karung goni, yang berdiri, dan melompat-lompat, bolak-balik dua kali, yang paling cepat yang paling juara.

Entah ide dari siapa, siswa yang ikut lomba balap karung goni itu disuruh memakai karung goni, tapi lalu disuruh jongkok, lalu tangan dan lututnya beserta karung goni tersebut diikat dengan tali, lalu kepalanya dipakaikan helm.

Untuk aturan mainnya juga sama, bolak-balik dua kali, yang paling cepat yang paling juara.

Namun dengan kondisi seperti itu, jangankan mereka bisa cepat-cepat bolak-balik dua kali untuk jadi juara, jalan ke depan saja sulitnya minta ampun. Baru loncat ke depan satu kali, karena lutut dan tangannya diikat, mereka bisa mengguling ke kanan atau ke kiri. Dan karena lutut dan tangan yang diikat itu juga, setiap kali mereka jatuh, mereka tidak bisa berdiri sendiri, jadi harus ditolong oleh temannya yang lain, yang berperan sebagai panitia, untuk berdiri. Tapi, karena teman yang menolong sibuk tertawa sendiri, maka yang jatuh itupun tidak segera ditolong-tolong, justru hanya bisa berguling ke kanan dan ke kiri hingga beberapa menit, dengan tidak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun