Pak Yayan, Ketua Kelompok Tani, juga memaparkan materi tentang pemanfaatan kulit lele yang sering kali diabaikan. “Kulit lele, meskipun sering diabaikan, dapat dimanfaatkan dengan cara dijadikan keripik. Caranya adalah dengan memberi tepung dan kemudian digoreng. Di antara ikan air tawar, lele mengandung omega-3 paling tinggi. Ikan Lele juga sudah tidak asing lagi, tapi di desa Cijeruk ini biasanya hanya dipancing dan digoreng. Biasanya, anak-anak kurang suka makan lele, tapi siapa tahu kalau dijadikan abon lele, mereka akan lebih tertarik,” jelasnya. Selain itu, Pak Yayan juga menekankan pentingnya menghitung Break-Even Point (BEP) dalam produksi abon lele, termasuk kalkulasi bahan baku dan biaya produksi yang diperlukan.
Elin Halimatus Sa’diah dan Diana Amelia, selaku pemateri, juga turut memberikan pemaparan singkat tentang tata cara membuat abon lele. Proses pembuatan abon lele melibatkan beberapa langkah penting, dimulai dengan mengukus lele hingga matang, memisahkan daging dari kulit dan tulangnya, hingga proses memasak dengan bumbu yang tepat hingga menjadi abon yang kering dan siap dikonsumsi.
Pelatihan ini diharapkan dapat membuka wawasan dan meningkatkan keterampilan masyarakat Desa Cijeruk dalam mengolah ikan lele, dan memperkaya variasi produk olahan ikan lele di desa tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H