' bu, pak.. Beli buah saya. Tolong. Dari tadi pagi belum ada yang laku. Saya sudah nggak ada uang buat makan..' kuucapkan sambil airmataku berurai. awalnya banyak yang kasian dan membeli daganganku, tapi lama-lama mereka bosan juga dengan gayaku ini,makanya aku berpindah-pindah tempat agar dapat pembeli baru.
Aku kadang menangis sungguhan karena aku sekarang seperti pengemis beneran yang menghiba-hiba, bedanya aku menghiba agar daganganku dibeli orang.
Untung cucuku Sania tidak tau, aku sekarang terpaksa menjual kesedihan agar kami dapat uang lebih banyak.
Oya, sekarang tempat favoritku berjualan disekitar kampus. Banyak kos-kosan di sana. Apalagi kalo kos-kosanannya perempuan, mereka gampang sekali terenyuh melihat airmataku, lalu patungan untuk beramai-ramai membeli daganganku.
asyiik :)
**********
Terinspirasi dari mbah penjual buah di komplek yang jualannya pakai nangis segala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H