Andr Breton, penyair dan penulis Manifesto Surealis, memandang Albert Einstein sebagai tokoh yang sangat penting pada tahun 1922, mengakui peran signifikan Einstein bersama dengan Freud dalam memengaruhi aliran surealisme. Adaptasi JW Dunne terhadap teori Einstein tentang prekognisi dan psikologi memperoleh popularitas yang signifikan di kalangan seniman surealis, seiring dengan pengaruh karya-karya Priestley. Dunne, seorang penulis dan filsuf Inggris, mengembangkan pemikiran yang berakar pada teori relativitas Einstein, khususnya dalam konteks waktu dan ruang. Teorinya mencakup konsep-konsep yang mencengangkan, seperti prekognisi atau kemampuan untuk mengetahui kejadian di masa depan.
Surealis tertarik pada konsep-konsep ini karena sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan tersebut, yang mengeksplorasi wilayah imajinatif dan bawah sadar. Pengaruh teori Einstein dalam karya Dunne dan Priestley meresap ke dalam dunia surealisme, membuka dimensi baru dalam seni dan sastra dengan mengeksplorasi aspek-aspek psikologis yang terkait dengan waktu dan kesadaran.
Kontribusi JW Dunne dan Priestley menggambarkan bagaimana ide-ide ilmiah, terutama yang terkait dengan teori Einstein, dapat menginspirasi dan membuka pintu bagi pemikiran kreatif dalam seni dan sastra. Inovasi dalam menggabungkan konsep-konsep ini dalam karya surealis menghasilkan ekspresi seni yang unik dan mendalam, menggugah ketertarikan dan refleksi tentang hubungan antara waktu, ruang, dan kesadaran manusia.
Konsep bahwa pengamat berdiri di pusat ruang dan waktu, sebagaimana diasumsikan oleh teori relativitas dan mekanika kuantum, menjadi dasar bagi penjajaran gagasan dan gambar, akal budi, dan nonsensical, telah memberikan sumbangan penting dalam pengembangan seni abstrak dan konseptual modern. Teori ini, yang dicetuskan oleh Albert Einstein dalam teori relativitasnya dan dikembangkan lebih lanjut oleh mekanika kuantum, merubah pandangan kita terhadap alam semesta.
Pemikiran bahwa pengamat tidak hanya sebagai penonton pasif tetapi juga sebagai partisipan aktif dalam konstruksi realitas telah menginspirasi seniman untuk menggali dimensi-dimensi baru dalam kreativitas mereka. Konsep ini membebaskan seniman dari keterikatan representasi realis dan membuka pintu untuk interpretasi yang lebih luas dan beragam. Sejak awal abad ke-20, seniman-seniman seperti Joan Miro, Pablo Picasso, dan Max Ernst merespon konsep ini dengan menciptakan karya-karya yang merefleksikan pemahaman mereka tentang perubahan paradigma dalam fisika dan filosofi.
Sejarah seni abstrak dan konseptual modern menjadi saksi pergeseran paradigma ini, di mana seniman-seniman mengeksplorasi imajinasi dan ekspresi yang tidak terikat oleh batasan konvensional. Hasilnya, seni menjadi sarana untuk menggambarkan ketidakpastian, kompleksitas, dan subjektivitas yang melekat dalam realitas. Dengan mengintegrasikan teori relativitas dan mekanika kuantum ke dalam kerangka pikir seni, pengamat diundang untuk melibatkan diri dalam proses interpretasi dan refleksi yang lebih mendalam, menciptakan hubungan yang erat antara ilmu pengetahuan dan seni.
Lukisan-lukisan yang dihasilkan oleh seniman surealis mencerminkan pengaruh ide-ide matematika terhadap persepsi alam semesta. Seniman-seniman ini tidak hanya terinspirasi oleh konsep-konsep matematika, tetapi mereka juga memanfaatkannya sebagai alat untuk mengungkapkan realitas yang lebih dalam dan abstrak. Dalam karya-karya mereka, konsep-konsep matematika seperti dimensi, pergerakan, dan ruang dipadukan dengan imajinasi artistik untuk menciptakan visualisasi yang unik dan menggugah pemikiran.
Melalui lukisan-lukisan mereka, seniman surealis menjelajahi ide-ide matematika multidimensional, seperti yang tercermin dalam garis sudut khas lukisan Picasso yang sangat dipengaruhi oleh konsep multidimensi. Lukisan-lukisan ini menciptakan suatu narasi visual yang menggambarkan kompleksitas alam semesta melalui penyebaran dan pergeseran bentuk-bentuk geometris. Konsep-konsep seperti perputaran atom, perjalanan waktu, dan distorsi ruang semuanya menjadi elemen-elemen visual dalam lukisan surealis.
Lukisan-lukisan seniman surealis menciptakan jembatan antara dunia matematika dan seni, menyajikan interpretasi visual yang menggabungkan ketelitian matematika dengan kebebasan ekspresi artistik. Dengan demikian, karya-karya ini bukan hanya sekadar lukisan, tetapi juga representasi visual dari pemikiran kompleks dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan seni.
Lukisan-lukisan yang dihasilkan oleh seniman surealis mencerminkan pengaruh konsep matematika terhadap persepsi alam semesta. Karya seni tidak hanya menjadi wadah ekspresi artistik semata, tetapi juga menyatu dengan prinsip-prinsip matematika yang membentuk struktur visualnya. Contoh konkret dapat ditemukan dalam beberapa karya seni yang menonjol pada abad ke-20.
Salah satu contoh yang mencolok adalah lukisan Marcel Duchamp berjudul 'Nude Descending a Staircase' (1912) yang menggunakan elemen-elemen geometris untuk menyampaikan pergerakan dan dimensi dalam ruang. Gaya garis sudut yang khas pada lukisan-lukisan Picasso juga mencerminkan pengaruh gagasan matematika multidimensi, seperti yang dijelaskan oleh Miller. Lukisan Man Ray berjudul 'Polydres' (1934--1936) mengeksplorasi struktur geometris dengan pandangan matematis yang kreatif.