Trend Flexing dan Image CraftingÂ
Fenomena flexing dan image crafting di Indonesia merupakan hal yang semakin umum terjadi di era digital. Dalam era media sosial, individu dengan mudah dapat membuat citra diri yang terlihat ideal dan sempurna di hadapan orang lain. Fenomena ini terutama terjadi pada individu yang ingin menunjukkan status sosial dan citra yang baik di masyarakat.
Flexing dan image crafting pada umumnya dilakukan melalui status update di media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan Twitter. Individu akan memamerkan barang-barang mewah, tempat-tempat yang terlihat eksotis, dan gaya hidup glamor. Mereka juga cenderung menggunakan filter dan editan foto untuk memperbaiki penampilan mereka. (Marwick, A. E. (2013)Â
Fenomena ini sering kali dianggap sebagai bentuk prestasi atau sukses dalam kehidupan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan tekanan sosial pada individu dan merugikan citra diri yang sebenarnya. Individu yang merasa terpaksa melakukan flexing dan image crafting pada akhirnya merasa tertekan untuk mempertahankan citra yang tercipta dan merasa takut jika citra diri yang sebenarnya terbongkar. (Marwick, A. E. (2013)Â
Namun, tidak semua orang yang melakukan flexing dan image crafting memiliki tujuan yang buruk. Beberapa orang mungkin melakukan hal tersebut untuk menginspirasi orang lain, berbagi pengalaman, atau memperlihatkan apa yang mereka nikmati dalam hidup.
Pada akhirnya, fenomena flexing dan image crafting di Indonesia adalah hasil dari pengaruh globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan pemahaman mengenai dampak psikologis dari penggunaan media sosial yang berlebihan dan seringkali tidak autentik.Â
Sebagai individu, kita perlu memahami bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup tidak selalu tergantung pada apa yang kita miliki atau tunjukkan kepada orang lain, tetapi lebih pada kepuasan diri dan keseimbangan hidup yang seimbang.
Â
Apa itu Flexing dan Image Crafting?
Image crafting dan flexing adalah dua istilah yang sering digunakan dalam konteks media sosial, di mana pengguna mencoba untuk memperbaiki atau membangun citra mereka di hadapan publik. Meskipun keduanya terdengar serupa, ada perbedaan yang signifikan antara keduanya.
Image crafting dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk memperbaiki citra atau image yang dimilikinya di mata orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengedit foto atau video, menulis caption yang menarik, atau mengunggah konten yang positif dan inspiratif. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan diri sebaik mungkin di hadapan publik dan meningkatkan kredibilitas serta popularitas di media sosial.