Mohon tunggu...
Dian Ariffahmi
Dian Ariffahmi Mohon Tunggu... Penulis - Dulunya anak Ekonomi di Kampus Semanggi, sekarang mahasiswi di Universitas Siber Asia, Corporate Communication practitioner, and a mother in spirit

Halo, nama saya Dian. Ibu pekerja beranak 2 yang sehari-harinya sibuk bekerja, belajar, dan seringkali salah saat bilang kanan tapi maksudnya belok kiri. Punya cita-cita besar yang cuma sebatas angan-angan karena pada akhirnya hanya rebahan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kecanggihan Digital Marketing 4.0: Tidak Punya Barang Saja Bisa Dagang

24 Juli 2024   11:01 Diperbarui: 24 Juli 2024   11:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca judulnya aja ngeri ya? Jangan dong. Tulisan kali ini masih ditulis dengan topik yang ringan-ringan aja kok. Seringan pola hidup era 4.0. Era dimana semua unsur saling membantu dan membentuk ekosistem unik antara tradisional dan modern, otomatis dan manual, sampai dialog rasa monolog dan sebaliknya. 

Dasar dari awal penulisan ini adalah saat mempelajari mata kuliah Creative Thinking di kampus Universitas Siber Asia tempat penulis saat ini belajar. Dalam salah satu materi yang dibawakan oleh Dosen Pengampu Dr. Merry Fridha Tripalupi., M. Si tersebut dibahaslah salah satu metode Scamper . Metode tentang membuat tahapan-tahapan dalam tugas dan pertanyaan, untuk mengembangkan ide kreatif. 

Scamper ini sebetulnya singkatan dari  Substitute, Combine, Adapt, Modify atau Magnify, Put into another use, Eliminate, dan Rearrange. Teknik yang dikenalkan oleh Bob Eberle ini intinya dilakukan untuk memancing kreativitas dengan sejumlah tugas dan pertanyaan pemicu yang dapat membantu menghasilkan ide-ide beragam dan pemecahan masalah yang solutif tapi kreatif, berdasarkan tahapan dalam singkatan Scramper tersebut. 

Terus apa hubungannya Scamper ini sama Marketing era 4.0? Nah jadi gini, Marketing 4.0 hadir dengan konsep pemasaran yang lebih maju seiring dengan perkembangan teknologi digital. Jika dulu era marketing 1.0 lebih fokus pada penjualan produk, lalu 2.0 fokus pada pelanggan, sementara 3,0 fokus pada kemanusiaan, maka dunia marketing saat ini sudah berkembang menjadi marketing 4.0 yang lebih terfokus pada penggunaan interaksi secara online dan offline. Saling bantu, saling kombinasi, untuk jangkauan yang tinggi. 

Belajar dari Jurnal Publik yang berjudul "Social Factors and Social Media Usage Activities on Customer Path 5A Continuity Due to E-Marketing Communication" yang ditulis oleh Agustina Multi Purnomo, secara garis besar Marketing 4.0 ini mengacu pada perjalanan pelanggan dalam melakukan keputusan pembelian melalui kelima tahapan atau disebut 5A. 

1. Aware

 Aspek 5A pertama yang terdapat dalam marketing 4.0 adalah aware. Di sini, pelanggan sudah tahu tentang merk, nama toko, atau produk yang dijual. Mereka sudah sadar akan eksistensi brand atau produk yang dijual perusahaan lewat media tradisional seperti brosur dan iklan di televisi. Mudahnya, tahap ini dapat disingkat menjadi, “I know.”

2. Appeal

Dalam tahap ini audiens sudah mulai merasa tertarik dengan produk yang dijual. Pelanggan juga sudah mulai berpikir apakah mereka benar-benar membutuhkan produk yang mereka suka? Apakah mereka harus membeli produk tersebut? Atau yang jual menarik perhatian atau simpati mereka untuk beli? Singkatnya, tahap ini dapat disingkat menjadi, “I like” atau momen di mana pelanggan memahami kebutuhan mereka. 

3. Ask

Karena ketertarikan audiens pada sebuah produk dan setelah selesai menimbang-nimbang, mereka akan masuk ke dalam tahap “ask” atau pencarian informasi yang mendalam tentang produk yang mereka sukai. Proses pencarian bisa bermacam-macam, dari nanya teman, tanya penjual, browsing, atau bikin polling di sosial media. 

4. Act

Setelah melewati ketiga tahap di atas, akhirnya audiens memberanikan diri untuk masuk ke tahap act. Ya, audiens akhirnya membeli produk yang mereka sukai. 

5. Advocate

Jika pelanggan puas akan produk yang dibelinya, mereka akan melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu advocate.

Dengan kata lain, mereka merekomendasikan produk yang mereka beli dengan memberikan feedback, rekomendasi lewat tanggapan atau ulasan yang dapat dilakukan online maupun offline. Singkatnya, I rekomen Bun! 

Sekarang kita kembali bahas metode jualan ala Scamper. Tapi, yang kita bahas bukan produk baru yang dihasilkan dengan penciptaan produk lewat tahapan metode Scamper melainkan cara berjualan baru yang menurut saya adalah cara yang dijalankan dengan tahapan penciptaan ala Scamper

Program Marketplace Affiliator

Berawal dari scrolling sosmed di jam-jam bengong. Lewat story Instagram terlihat ada beberapa orang populer yang kasih link sebuah produk yang "katanya" dipakai sama anaknya. Saya pikir, "wah ternyata orang kaya beli baju anak 50 ribuan dan katanya kualitas premium. Boleh nih!"

Selanjutnya makin kesini si orang populer ini makin sering sharing link. Bahkan sampai dibikin page khusus tempat dimana dia kasih link barang-barang yang dia beli. "Oh mungkin dia diendorse sama sellernya," begitu kata hati. 

Tapi makin kesini makin random dan bikin hati bertanya, apakah orang-orang yang endorse dia ini gak merasa rugi ya? Kan dia udah promosiin barang orang lain. Lalu sebaran link ini mulai masuk ke ranah ibu-ibu komplek. Dari situ saya mulai penasaran. Bukan kenapa-kenapa, karena ada ibu tetangga yang terkenal barang-barangnya hebring, kok kasih rekomen tas anak 100 ribuan? Bingung dong. 

Akhirnya saya tahu ada program dari salah satu marketplace namanya program Affiliate. Program Affiliate ini adalah program dimana orang bisa berjualan dari barang orang lain dengan cara menyebarkan link penjualan milik pedagang tersebut, disertai dengan konten kreatif berupa testimoni atau ajakan beli. Paling sering sih testimoni. Isinya tentang kepuasan si orang tersebut terhadap barang yang dia beli, dan merekomendasikan orang lain untuk ikut beli. Metode yang menarik! 

Selain sharing link ada juga cara jualan dengan metode "Live". Orang tersebut bikin display produk (saya kira produk ini milik orang yang lagi live), dan ditawarkan kepada orang yang menonton, berikut dengan promo-promonya. Usut punya usut, barang yang dia "live" kan adalah barang milik pedagang lain yang memang punya produknya. Metode ini digunakan agar pembeli merasa punya kesamaan dengan orang yang membagikan link tersebut. Sebagaimana tahapan dalam Digital Marketing 4.0 berupa tahapan 5A di atas, metode Live atau Affiliate ini mempraktikan langsung tahapan tersebut. 

Jadi gimana? Udah mau ikutan jualan cari cuan? Yuk ah daripada bengong main hp doangan! :D 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun