Komunikasi, berdialog, berbicara. Semua kata-kata itu selalu didefinisikan tentang bagaimana dua orang yaitu si pengirim pesan atau komunikator, dengan orang yang menerima pesan atau komunikan, mengirimkan pesan dan memberi tanggapan lewat kata-kata. Rangkaian huruf yang terjalin membentuk tatanan Bahasa.
Saking identiknya, banyak orang beranggapan bahwa saat seseorang tidak dapat mendengar, maka ia tidak dapat berkomunikasi. Dunianya sunyi.
Tapi tahukah kamu kalau menurut banyak teori dan penelitian ternyata indera manusia yang paling berkembang, paling memberikan kontribusi ke otak kita adalah mata. Kedua bola dengan kornea yang secara susunan biologis ini ada di wajah kita, dan memiliki akses paling dekat dengan otak kita ini memiliki kemampuan yang luar biasa untuk melihat, mengenali, membedakan, yang kemudian menganalisis seluruh tangkapan mata tersebut untuk lalu dikirimkan pesan ke otak kita.
Saat menulis ini tiba-tiba tersadar, pantas saja para ilmuwan di bidang antropologi dan sejarah banyak sekali menemukan jejak-jejak zaman purbakala dalam bentuk gambar atau visual. Lewat gambar-gambar ini mereka seakan-akan berkomunikasi dengan objek penelitian dari masa lampau. Dari sinilah kemudian muncul pelajaran tentang budaya visual.
Budaya visual adalah bahan pembelajaran yang terdiri dari kajian tentang budaya, seni dan sejarah, serta teori filsafat dan antropologi dengan materi yang berfokus pada aspek budaya yang diceritakan melalui gambar. Lewat pembelajaran ini orang dapat berkomunikasi lewat coretan warna, bentuk yang menarik sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih kompleks. Jadi bisa dibilang posisi budaya visual dalam komunikasi menduduki peringkat teratas dalam bentuk komunikasi itu sendiri.
Nah itu kan masa lalu. Bagaimana dengan masa sekarang?
Wah jangan ditanya. Tanpa komunikasi visual di dunia digital, saya bisa jamin orang ngobrol panjang lebar lewat ketikan kata-kata cuma dapat capeknya saja. Kenapa? Karena dengan fakta bahwa semakin kesini orang semakin malas membaca, maka pesan yang akan disampaikan melalui tulisan menjadi sederet huruf tanpa makna. Boro-boro baca, dilirik juga enggak! Begitu kira-kira kata Dilan pada Milea.
Pada akhirnya komunikasi di era masa kini pun banyak mengandalkan visual dalam beragam bentuk. Bentuk sticker lucu si pentol, bentuk emoji, sampai bentuk meme-meme aneh, nyeleneh, unik diciptakan untuk menyampaikan pesan si komunikator kepada komunikan.
Jadi dapat disimpulkan, gambar atau visual ini masih menjadi bahasa komunikasi yang utama. Setuju?
Seperti tulisan dalam profil, penulis adalah mahasiswi di Universitas Siber Asia. Karena masih belajar, yuk saling berbagi ilmu pengetahuan!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H