Selain itu adanya pemindahan arca atau bagian candi yang tidak tercatat. Tidak adanya data menyulitkan proses pemugaran karena arca/batu candi/bagian candi tidak dapat dikembalikan ke tempat semula. Sayang sekali ya.Â
Di masa kini, tugas kita adalah merawat bangunan candi dengan baik agar tetap lestari. Bangunan candi yang berasal dari batu andesit sangat rentan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh alam seperti paparan sinar matahari terus menerus dan hujan. Pelapukan dan lumut menjadi ancaman paling serius.
Keberadaan ruangan di dalam candi yang gelap dan lembab sering kali menjadi sarang hewan terutama kelelawar. Setiap hari juru pelihara Candi Sari harus membersihkan lantai candi dari tahi kelelawarÂ
Pada saat kami memasuki ruangan di bagian dalam Candi Sari, kami berjumpa dengan kelelawar yang beterbangan di langit-langit. Sementara itu bagian lantai terdapat bekas kotorannya.Â
Kondisi yang sama juga kurang lebih terjadi pada Candi Kalasan. Hanya saja pengunjung di candi Kalasan pengunjung dilarang naik ke atas candi. Batu-batu candi sudah "lapuk" dan dikhawatirkan rubuh sehingga membahayakan pengunjung.Â
Menurut keterangan Mbak Sinta, Candi Kalasan sendiri belum pernah dipugar total dan jika ada kerusakan hanya dilakukan penguatan saja pada bangunan candi.
Pemugaran oleh Belanda yang dilakukan tahun 1930-an menyisakan banyak masalah diantaranya tidak ditemukannya bagian atap dan penggunaan semen. Bagian atap yang terbuka sudah ditutup agar air tidak masuk dan mencegah kotoran burung tidak mengotori bagian dalam candi.Â
Faktor penyebab kerusakan candi dapat diminimalisir. Cara terbaik untuk menikmati bangunan candi adalah dengan mempelajari sejarah dan nilai penting candi serta mengabadikannya dalam bentuk dokumentasi foto atau video, tulisan dan karya seni.
Relief Dekoratif Candi Sari dan Candi Kalasan, Inspirasi Cantik untuk Motif Batik
Relief candi sebagai inspirasi motif batik bukanlah hal baru. Keterkaitan antara batik dan candi tampak jelas pada motif kawung yang ditemukan pada Arca Ganesha.