Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Serta Ibu dari Rumah, Turut Wujudkan Net Zero Emission di Indonesia Tahun 2060

19 Juni 2024   08:31 Diperbarui: 19 Juni 2024   08:49 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber energi listrik (foto dokpri)

Percaya enggak seorang ibu ternyata bisa menyelamatkan bumi hanya dari rumah saja? The power of emak-emak katanya. Apalagi kalau ibu sudah ngomel  hehehe. Anehnya omelan yang saya sering terima dari ibu justru karena hal kecil (menurut saya). Lupa mematikan lampu. Tak terhitung lagi berapa kali kena semprot, saya kerap membiarkan lampu kamar mandi menyala setelah selesai digunakan.

Memang sejak kecil di rumah ada semacam aturan tidak tertulis untuk memadamkan lampu saat matahari sudah muncul. Rumah kami memiliki pencahayaan yang cukup baik sehingga menyalakan lampu di siang hari adalah pemborosan. Hemat energi hemat biaya demikian prinsip ibu.

Namun tahukah kalian kebiasaan mematikan lampu di pagi hari tidak sekedar hemat energi hemat biaya tetapi juga merupakan bentuk usaha menjaga dan melestarikan bumi. Lho kok bisa? Begini.

Secara umum kita mengenal energi baru terbarukan dan energi tak terbarukan. Energi baru terbarukan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui atau dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan. Contohnya energi matahari dan energi angin. Sedangkan energi yang tak terbarukan jumlahnya terbatas dan bisa habis. Misalnya minyak bumi, batu bara dan gas bumi. Ketiganya akan terbentuk kembali jutaan tahun kemudian dan akan habis jika diambil terus menerus secara serampangan.

Pembangkit listrik menggunakan sumber energi yang berasal dari bahan fosil dan menghasilkan emisi karbon. Penggunaan listrik dari sumber energi tak terbarukan dalam jumlah besar dan kurun waktu lama akan berdampak terhadap peningkatan emisi karbon. Jika emisi karbon meningkat lapisan ozon di bumi semakin menipis. Akibatnya radiasi matahari ke bumi semakin tinggi. Hal ini membuat suhu permukaan bumi semakin panas atau yang dikenal sebagai pemanasan global/global warming.

Kenaikan jumlah emisi karbon juga berdampak pada perubahan iklim yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan alam dan bencana seperti kekeringan, kelangkaan air, banjir, badai, tanah longsor dan kenaikan permukaan air laut.

Net Zero Emission sebagai Upaya Menjaga Bumi

Ya, keadaan bumi sedang tidak baik-baik saja. Kondisi ini mendorong penduduk bumi bergerak melakukan sesuatu. Pemanasan Global yang berdampak langsung terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan harus segera diatasi.

Sumber energi listrik (foto dokpri)
Sumber energi listrik (foto dokpri)
Tahun 2015 negara-negara dunia berkumpul di Paris, Prancis untuk membahas isu pemanasan global. Saat itulah istilah Net Zero Emission (NZE) muncul dalam Konferensi Iklim COP21. Konferensi tersebut melahirkan Paris Agreement (Persetujuan Paris) disepakati oleh 197 negara yang meratifikasi konvensi dan diratifikasi oleh 191 negara. Apa poin penting isinya? Dalam website resmi UNFCC disebutkan Persetujuan Paris sepakat menjaga kenaikan temperatur rata-rata global hingga 2C dibandingkan pada masa pra-industri dan menjaga kenaikan temperatur tidak lebih dari 1,5C. Tujuannya mengurangi risiko dan dampak perubahan iklim.

Lalu apa itu Net Zero Emission? Mengutip Wikipedia, Net Zero Emission atau emisi nol bersih merupakan keseimbangan antara gas rumah kaca yang masuk ke atmosfer dan pembuangnya di luar atmosfer. Sementara itu publikasi jurnal IDRI (Indonesia Research Institution for Decarbonization) menyebutkan Net Zero Emission merupakan konsep yang menggambarkan kondisi Net Zero Emission yang digambarkan dengan kondisi di mana emisi yang dihasilkan oleh manusia dengan penyerapan emisi rumah kaca yang ada menjadi seimbang, saat kondisi ini tercapai maka kondisi NZE terpenuhi.

Salah satu upaya NZE melalui transisi energi yaitu mengganti sumber energi tak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara dan gas bumi dengan energi yang terbarukan yaitu angin dan matahari. Pengalihan era bahan bakar fosil harus memperhatikan kepentingan masyarakat banyak dan dilakukan secara adil. Kenapa begitu? Ya karena justru pihak yang terdampak langsung bukanlah pihak yang harus bertanggung jawab. Misalnya kegiatan industri di negara maju yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi berimbas pada kerusakan lingkungan di negara lain.

Indonesia secara konkret memberikan komitmen terhadap kesepakatan yang tertuang pada Paris Agreement. Dilansir dari laman resmi BRIN, pemerintah konsisten telah menerapkan Rencana Aksi Nasional untuk perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca sejak 2011. Pembaharuan NDC (National Determined Contribution) di tahun 2022 dengan tujuan penurunan emisi lebih besar 31,89% dibandingkan tahun sebelumnya. Termasuk menyiapkan peta jalan Net Zero Emission tahun 2060 di mana mitigasi 2030 akan didekarbonisasi yang mencakup penerapan sistem energi yang efisien, energi terbarukan, nol emisi atau rendah emisi dan pengurangan batu bara.

Bentuk Partisipasi Ibu dari Rumah untuk Mewujudkan Net Zero Emission 2060

Apa yang dilakukan untuk mewujudkan Net Zero Emission di tahun 2060? Ibu ternyata punya andil besar. Sebagai tokoh sentral di rumah, ibu punya peran penting mengatur dan mengambil keputusan agar semua kegiatan di rumah berbasis ramah lingkungan.

Konsep Net Zero Emission dan transisi energi adil yang bisa diterapkan di rumah adalah hemat listrik. Saat siang hari penerangan di rumah tidak lagi menggunakan lampu listrik melainkan beralih matahari. Sinar matahari masuk melalui jendela dan menerangi seluruh ruangan. Contoh lain yaitu tidak pernah lupa mematikan televisi, radio, komputer dan alat elektronik lainnya setelah digunakan, mencabut pengisi daya dari stop kontak, menggunakan AC seperlunya, memilih alat elektronik yang tidak mengkonsumsi daya listrik besar, mematikan keran air, menggunakan mesin pompa air otomatis. Berawal dari satu kebiasaan baik mematikan lampu saat matahari terbit, saya pun terbiasa tidak membuang energi. Prinsip hemat energi hemat biaya yang diajarkan ibu saya sudah tertanam dengan baik dan saya terapkan di mana pun

Bahaya gas rumah kaca ternyata tidak hanya karbon dioksida atau CO2 melainkan ada yang dihasilkan oleh gas metana (CH4). Gas ini dihasilkan oleh hewan dan kotoran hewan, termasuk pakan hewan yang mengandung nitrogen. Gas metana yang terlepas ke udara dalam jumlah besar akan menimbulkan emisi gas rumah kaca. Bayangkan jika konsumsi daging meningkat dan usaha peternakan semakin banyak. Pemanasan global yang ditimbulkan oleh efek gas rumah kaca meningkat. Di sinilah peran ibu sangat diharapkan untuk dapat memberikan pemahaman tentang perlunya mengurangi konsumsi daging merah kepada anggota keluarganya.

Coto Makassar berbahan baku utama daging (foto dokpri)
Coto Makassar berbahan baku utama daging (foto dokpri)
Saya beruntung pola makan di rumah kami tergolong praktis. Ibu jarang menyajikan menu daging merah. Harganya mahal dan harap maklum jatah uang belanja per hari ngepas. Sayuran menjadi menu andalan kami yang lebih ramah lingkungan. Sejak pembibitan hingga panen proses penanaman sayur mengandalkan matahari dan air agar tanaman tumbuh dengan baik. Cukup sederhana dan mudah, hanya mengatur menu pola makan hijau alias sayuran memberikan dampak positif terhadap kelestarian bumi.

Sementara itu dalam unggahan akun Instagramnya tanggal 27 Mei 2024, Oxfam organisasi global yang fokus pada pemberdayaan perempuan, mengajak ibu-ibu dan warga Desa Pene Utara, Desa Nenas dan Desa Mutis, Kabupaten TTS, Nusa Tenggara Timur berkumpul untuk belajar energi terbarukan. Mereka berdiskusi dan mendapat pengetahuan bagaimana mengolah sisa sayuran dan kotoran hewan menjadi biogas yang bisa digunakan untuk memasak.

Kompor biogas menjadi salah satu contoh transisi energi adil bagi ibu. Jika dahulu ibu-ibu di desa tersebut mengandalkan kayu sebagai bahan bakar, kini mereka beralih menggunakan biogas. Sebagai sumber energi terbarukan biogas lebih ramah lingkungan dan secara signifikan mengurangi emisi karbon.

Dapur tradisional (foto dokpri)
Dapur tradisional (foto dokpri)

Manfaat menggunakan biogas bagi perempuan khususnya para ibu di rumah yaitu lebih efisien waktu, biaya dan tenaga. Waktu yang diperlukan untuk memasak dengan kompor biogas lebih cepat, biaya beli kayu bisa dialihkan untuk pos belanja keperluan dapur yang lain, limbah biogas bisa digunakan untuk pupuk sehingga tidak ada pengeluaran biaya pupuk, para ibu juga tidak perlu lagi pergi mencari kayu bakar serta rumah lebih sehat tanpa asap.

Sejauh ini keberhasilan transisi energi adil bukan pada aspek komersial saja tetapi juga harus berfokus pada manusia. Bukan semata-mata mengalihkan sumber energi tetapi cara pandang aspek ekologi, sosial dan ekonomi dalam mengoptimalkan potensi energi sehingga masyarakat memperoleh manfaat lebih banyak.

Target Net Zero Emission di Indonesia tahun 2060 tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja tetapi seluruh warga negara Indonesia. Secara personal ada berbagai cara yang dilakukan dari rumah kita masing-masing entah dengan tujuan mengurangi emisi karbon atau melakukan transisi energi. Oxfam turut mengambil bagian membantu perempuan khususnya para ibu menghadapi proses transisi energi adil.

Ketika semua terlibat satu langkah kecil yang dimulai dari rumah menjadi kebiasaan yang berdampak baik untuk bumi. Sebut saja ibu yang mengatur kapan menu daging tersaji di meja makan demi mengurangi emisi karbon. Begitu juga dengan transisi energi dari energi listrik ke energi surya ketika mematikan seluruh lampu di rumah pada pagi hari. Bahkan para ibu di NTT menggunakan kompor biogas untuk memasak sehari-hari telah membantu mengurangi emisi gas dan transisi energi adil demi menyelamatkan bumi. Usaha/tindakan yang dilakukan seorang ibu dari rumah di atas menunjukkan peran serta ibu melakukan transisi energi adil dalam rangka turut membantu mewujudkan Indonesia Net Zero Emission 2060 Nah terbukti kan dahsyatnya the power of emak-emak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun