Kami juga ikut serta dalam Jogja World Heritage Week  (JWHW) 2022 yang diadakan dari tanggal 1-5 September 2022. Agenda utama event yang baru pertama kali digelar ini memang sengaja diadakan untuk mendukung pengajuan Sumbu Filosofi menuju Warisan Budaya Dunia. Cerita kami mengikuti acara Jogja World Heritage Week sudah ditulis oleh Mbak Agustina Purwantini dengan judul "Jalan-Jalan Pintar Melintasi Sejarah tentang Sumbu Filosofi dan Cagar Budaya"
Dinas Kebudayaan kerap mengadakan sarasehan atau diskusi tentang Sumbu Filosofi yang terbuka untuk umum. Dari pantauan @sumbufilosofi, sosialisasi juga dilakukan di kemantren (kecamatan) untuk menjangkau masyarakat di kampung-kampung wilayah Yogyakarta.
Melalui media sosial publikasi dan edukasi mengenai sumbu filosofi sudah cukup menjangkau semua masyarakat. Hanya saja beberapa kalangan yang tidak memiliki akses ke media sosial agak sulit mendapatkan update informasi.Â
Contohnya ibu saya sendiri, beliau memang tidak memiliki akun media sosial. Jadi ketika saya bilang kalau Sumbu Filosofi Yogyakarta sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, Â beliau juga tidak tahu apa itu sumbu filosofi. Duh, piye tho iki?
Makna Sumbu Filosofi Secara Universal
Apa itu sumbu filosofi? Sumbu Filosofi adalah konsep tata ruang Kraton Ngayogyakarta  Hadiningrat. Pencetusnya adalah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Saat membangun Kraton Yogyakarta, Sultan HB I mendirikannya dengan berlandaskan pada filosofi Jawa yang sangat kuat yaitu Sangkan Paraning Dumadi. Artinya dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. Konsep memiliki rmakna siklus hidup manusia dari lahir (sangkan) sampai kembali ke Sang Pencipta (paran).
Konsep Sangkan Paraning Dumadi diwujudkan melalui tiga bangunan yaitu Tugu Golong Gilig/Pal Putih, Kraton Yogyakarta dan Panggung Krapyak. Ketiga bangunan ini berada membentang dari sisi utara ke selatan yang jika ditarik garis membentuk garis lurus dengan Kraton Yogyakarta sebagai poros tengah.
Filosofi Panggung Krapyak ke utara sampai ke Keraton Yogyakarta menggambarkan perjalanan manusia dari lahir sampai beranjak dewasa, dikenal dengan konsep Sangkaning Dumadi. Sementara itu dari Tugu Golong Gilig/Pal Putih ke selatan sampai Keraton Yogyakarta merupakan konsep Paraning Dumadi yang menggambarkan perjalanan manusia setelah meninggal menghadap Sang Kholiq.
Konsep tata ruang yang memiliki nilai filosofis tinggi ini merupakan warisan budaya leluhur yang tidak ternilai. Tidak hanya bagi rakyat Jogja tetapi juga bagi dunia. Sumbu Filosofi Yogyakarta dinilai memiliki makna penting secara universal sehingga diakui sebagai warisan dunia.Â