Saya menghela nafas lega saat tau track air ternyata bukan sungai melainkan bagian pinggir laguna. Dalamnya pun tidak sampai menelengelamkan jeep, sekitar setengah sampai tiga perempat roda jeep maksimal. Teriakan langsung membahana bersamaan dengan gronjalan-gronjalan yang membuat badan kami tergoncang ke sana-kemari. Hp aman di saku celana sehingga kedua tangan bisa berpegangan pada besi jeep.
Kira-kira 20 menit berada di ketengangan menghadapi track air, kami menutup off road di Pantai Glagah. Track pasir yang landai ini cukup asik untuk berkonvoi dan menikmati angin pantai. Sayangnya panas matahari sangat terik, maklumlah menjelang jam 12 siang
Pesona Kulon Progo dalam Budaya, Kuliner dan Eduwisata.
Keseruan Famtrip kali ini tidak hanya menaiki jeep wisata, masih ada lagi dong. Dari pantai lari ke gunung, di Kulon Progo bisaaa. Â Setelah dari Pantai Glagah kami menuju desa wisata Purwosari. Tari Angguk yang merupakan tarian khas Kulon Progo ini menjadi tarian pembuka yang menyambut kedatangan kami di Sekretariat Desa Purwosari.Â
Sementara pada bagian penutup nanti akan ada pementasan sendratari Sugriwa Subali yang dipentaskan di amphitheatre Gua Kiskendo. Semua seniman dan penari adalah putra-putri daerah Kulon Progo. Keren banget yak.Â
Tak jauh dari Sekretariat Desa Purwosari ada sebuah  perkebunan teh petani lokal dan pusat pembuatan kopi. Rupanya Pegunungan Menoreh menyediakan teh dan kopi terbaiknya. Setelah melihat proses pembuatan dan mencicipi segelas Teh Gumilir, saya memutuskan untuk membawa pulang satu bungkus agar bisa menikmatinya di Jogja. Barangkali ada kawan yang bertamu, kan saya bisa menyeduhkan teh ini sebagai suguhan, biar makin banyak orang yang kenal teh hijau khas Menoreh.
Tidak hanya teh yang membuat saya terpukau, kopi Menoreh yang konon punya rasa khas ini harus diadu oleh penikmat kopi. Sayangnya karena terburu-buru meninggalkan Kopi Jebret saya lupa membelinya. Wah rasanya harus merencanakan untuk kembali ke sini lagi dan membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dari kebun Teh Gumilir dan Kopi Jebret kami menyempatkan untuk mampir ke peternakan kambing. Eits tapi bukan kambing yang biasa untuk kurban itu lho ya.Â
Saya sempat heran karena kandangnya super elit. Dengan kayu yang dipelitur mengkilat, kandangnya juga sangat bersih meskipun ya namanya kambing tetap sedikit beraroma hahaha.Â