Mas Bayu mengajak kami untuk melanjutkan perjalanan. Ah rupanya ini adalah pemberhentian pertama sebelum kami menuju ke track off road yang sebenarnya. Ada 4 orang di masing-masing jeep plus satu driver. Satu orang duduk di bagian depan, di samping kemudi sementara yang lain ada di belakang.
Jeep melaju kencang, kami bertiga memilh untuk berdiri, lebih nyaman untuk berpegangan, merasakan angin dan melihat pemandangan. Kereeen polll, persis di sisi kanan kami adalah YIA (Yogyakarta International Airport), bandara barunya Jogja.
Sesekali  kami berpapasan dengan pesawat yang terbang sangat rendah. Senangnya bandara sudah kembali ramai, pertanda baik aktivitas ekonomi terutama pariwisata sudah perlahan kembali normal. Mudah-mudahan saja ya wisata di Pantai Glagah juga bisa kembali bergeliat setelah pandemi.Â
Bruk, lamunan saya tiba-tiba terhenti karena jeep ngerem mendadak. Aw teriak kami bersamaan saat lutut kami ketatap (membentur) jeep. Enggak terasa sakit, eh ternyata sesampainya di rumah biru-biru di lutut hahaha
Ternyata salah satu jeep terjebak di pasir dan sedang berusaha keluar. Matahari bersinar cukup terik, untung kepala saya terlindung dengan helm. Entah ya kalau lengan tangan, sudah mulai terasa perih. Saya  lupa tidak pakai sunblock, ah benar saja keesokan harinya langsung gosong dan belang.Â
Gimana tidak gosong, lokasi fun off road kami di sebuah padang pasir dengan bukit-bukit kecil yang membuat tanjakan naik dan turun dengan curam. Benar-benar membuat jantung berpacu saat melewatinya, belum lagi tikungan saat berbelok. Untungnya para driver sudah lihai semua dengan track macam ini.Â
Sayang sekali sedang tidak ada pesawat yang landing atau take off, jadi kami gagal berfoto dengan latar belakang pesawat. Â Lanjooott track berikutnya! Kali ini track air. Barang-barang bawaan yang ada di bawah dipindahkan ke atas kursi agar aman dari air.
"Tau gitu mendingan ransel ditinggal di mini bus aja ya," kata mbak Retno. "Iya, aku aja tas ditinggal, cuma bawa tas ini," ujar Chai salah seorang teman dari GENPI sambil menunjukkan tas slempang kecil berwarna coklat yang ada di dekat kakinya.Â
Ya memang seperti tahun lalu, acara Famtrip DinPar Kulon Progo mengajak komunitas pariwisata, penggiat media sosial, perwakilan Dinas Pariwisata  DIY dan stakeholder pariwisata seperti HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) dan ASITA (Association of Indonesian Tours and Travel Agencies).
Beberapa saat setelah menerobos hutan cemara, kami pun tiba di track air. Semoga tidak terlalu dalam. Jeep kami masuk berurutan karena berada agak dibelakang jadi punya sedikit jeda untuk mengatur nafas hahaha. Maklum lah saya ndak bisa renang, agak was-was kalau berurusan dengan air.Â